"Ayam sekilo, kelapanya seperempat, sama apa lagi yo, nduk?" Ucap Ibu mengabsen apa-apa saja yang harus Mira beli di pasar pagi ini.
"Lombok cengis? Tahu? Tempe?" Tebak Mira.
"Ha iya itu! Lombok cengisnya setengah kilo saja, masih banyak di kulkas." Sahut ibunya.
Pagi ini, wanita paruh baya itu menugaskan Mira untuk pergi berbelanja bahan-bahan masakan untuk memasak makan siang mereka nanti. Tentunya ibu akan memasak makanan yang spesial karena ada calon menantu dan calon cucunya.
"Ini uangnya," Ibu memberikan selembar uang seratus ribu.
"Menopo tah, bu? Pake uang Mira saja ndak apa-apa." Tolak Mira sembari mengembalikan uang tersebut.
"Kamu ki kaya punya uang saja lho, nduk. Wes pake uang ibu saja!" Tegas sang ibu.
Mira mendengus, meski benar dirinya tidak punya banyak uang. Akan tetapi ia merasa malu jika tidak bisa membantu ibunya meski sekedar membeli bahan-bahan masakan seperti ini.
"Iyo iyo, Mira otw dulu. Assalamualaikum." Pamit Mira sembari mencium tangan ibu.
"Waalaikumsalam, cah ayu." Balas sang ibu.
Mira kemudian melangkah keluar rumah untuk menaiki motor beat-nya.
"Tante Mila mau kemana?" Panggil Cleva yang rupanya sedang bermain bersama Ibrahim di teras.
"Eh Cleva!" Sapa Mira. "Tante Mira mau ke pasar, Cleva mau ikut?" Tanya Mira.
Tanpa ba bi bu, Cleva langsung berlari ke arahnya dan memeluk kedua kaki Mira.
"MAU!" Seru gadis mungil itu.
Mira tertawa sembari mengacak-acak rambut pendek Cleva yang terurai gemas.
"Izin daddy dulu dong." Celetuk Ibrahim.
Pria itu berjalan menghampiri mereka. Ia terlihat sangat tampan hari ini dengan sweater biru yang dipadukan dengan celana panjang berwarna krem yang nampak membuat kakinya terlihat lebih jenjang.
"Eh ini Park Seo Joon ngapain ke sini deh?" Canda Mira dalam hatinya.
"Daddy, Cleva ikut tante Mila ke pasal ya? Boleh ya? Pweeeessssee!" Rengek Cleva.
Kini gadis kecil itu beralih memeluk kedua kaki ayahnya.
"Iya, boleh. Tapi janji jangan rewel ya?"
"Janji! Yeay! Daddy ikut juga yuk!"
Ibrahim mengerutkan keningnya, "Nggak bisa dong, sayang. Motornya aja kecil banget."
"Yahh Cleva kan pengen daddy ikut bial nggak cuma sama tante Mila!"
"Motornya muat kok, pak. Bonceng empat aja muat." Kata Mira tersenyum.
"Kamu yakin? Ini motornya kecil banget. Apa mau pake mobil aja?"
"Jangan dong, pak. Yang ada nanti jadi heboh mereka liat mobil mewah begitu." Elak Mira.
Pasalnya mobil yang mereka tumpangi kemarin memang terkesan sangat mewah, BMW M340i. Bayangkan saja jika mobil itu terparkir di parkiran pasar yang hanya dipenuhi oleh gerobak, motor, dan mobil bak.
"Udah ayo kita naik motor ini aja." Lanjut Mira mempersilakan Ibrahim untuk mengendarai motornya.
Namun pria itu hanya bergeming.
"Ayo naik, daddy! Cleva udah nggak sabal mau naik motol!"
"Ekhem." Bukannya bergerak, Ibrahim justru berdehem. "Saya kan atasan kamu, masa saya yang nyetir?" Ujarnya beralasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duren Mateng
Romansa"Saya perhatikan kalian sangat dekat, Cleva juga sepertinya menyukai kamu." "Ohiya, pak. Kita mah udah kaya bestie hehe." "Ekhem," dehem Ibrahim. "Kamu sayang sama Cleva?" Sambungnya. Mira mengerutkan keningnya, tentu saja ia sangat menyayangi gadis...