"Ke kanan, daddy!""Ih itu bonekanya di sebelah kanan lho, mas! Kenapa capitnya malah diarahin ke kiri?!"
"Daddy, Cleva mau boneka yang beluang bukan yang sapi!"
"Mas, bisa main nggak sih?!"
Panas, telinga Ibrahim terasa panas mendengar dua gadisnya terus mengomeli kerja kerasnya dalam memainkan mesin capit boneka yang terdapat di area bermain di mall yang sedang mereka kunjungi.
Beep
Beep
Beep"Ah kan kalah!" Erang Ibrahim setelah keluar bunyi dari mesin tanda waktu bermain telah habis.
"Ishh daddy gimana sih? Cleva kan mau bonekanya!" Protes Cleva.
"Daddy nggak bisa konsen soalnya kalian berisik!" Ibrahim beralasan.
"Halah kalo jago pasti bisa-bisa aja tuh! Memang mas Ibrahim aja payah main ginian!" Timpal Mira.
Ibrahim membulatkan kedua matanya, ia tidak terima disebut payah.
"Ohya? Memang kamu bisa?"
Mira terkekeh, "Yhaa daddy kamu nantangin, Clev?"
"Ayo mommy aja yang main bial dapet bonekanya!" Sahut Cleva ikut meremehkan ayahnya.
"Awas, suhu mau main!" Ujar Mira pura-pura sombong.
Pria itu memutar matanya dan memberikan dua koin pada Mira untuk mencoba memainkan mesin capit itu.
"Nih perhatiin!" Ujar Mira lagi.
Mira pun memasukkan dua koin tersebut ke dalam lubang koin dan mulai mengarahkan stik mesin ke arah boneka beruang yang Cleva inginkan.
Tak butuh berlama-lama, dengan cepat Mira mendapatkan boneka itu.
Ibrahim yang menyaksikannya seketika terkejut, ia tak percaya permainan mesin yang selama ini ia kira mustahil untuk ia menangkan rupanya dapat dengan mudah Mira kuasai.
"Kok bisa?!" Tanya Ibrahim dengan raut kagetnya.
Istrinya tersenyum bangga, "Soft skill, dude, soft skill!"
Ibrahim hanya mendengus.
"Ini bonekanya, sayang!"
"Yeay mommy hebat! Nggak kaya daddy!"
"Cleva!"
Kini Ibrahim mengalihkan pandangannya pada Cleva. Ia menatap Cleva kesal, cemburu putrinya memuji Mira.
"Hihi siapa suluh daddy payah! Wlee!" Ucap Cleva sembari menjulurkan lidahnya mengejek Ibrahim.
Dengan cepat Ibrahim meraih anak itu ke dalam gendongannya.
"Oh gitu sekarang lebih sayang mommy daripada daddy? Hm? Nih rasain!" Kata Ibrahim sebelum akhirnya menciumi pipi Cleva dengan gemas.
Mira tertawa keras memandangi pemandangan menggemaskan di hadapannya.
Mereka kemudian melanjutkan ke mesin-mesin arcade lain hingga dua jam lamanya.
***
Rasanya hari ini Ibrahim lebih banyak mengeluh daripada bersenang-senang.
Bagaimana tidak? Hari minggu yang ia kira akan menyenangkan dengan mengajak istri dan anaknya berkeliling mall, rupanya justru berubah menjadi "girls day out".
Ia terus mengikuti Mira dan Cleva yang berbelanja kebutuhan wanita seperti baju-baju bagi keduanya, mainan barbie untuk Cleva, peralatan make up untuk Mira, dan satu hal yang membuatnya kesal yakni nail art.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duren Mateng
Romance"Saya perhatikan kalian sangat dekat, Cleva juga sepertinya menyukai kamu." "Ohiya, pak. Kita mah udah kaya bestie hehe." "Ekhem," dehem Ibrahim. "Kamu sayang sama Cleva?" Sambungnya. Mira mengerutkan keningnya, tentu saja ia sangat menyayangi gadis...