23

10K 577 11
                                    


Ceklek!

Ibrahim mendorong pintu kamarnya secara perlahan.

Pukul setengah dua belas malam, ia baru saja pulang dari kantornya. Hari ini memang ia pulang lebih larut dari biasanya dikarenakan jadwal meeting yang cukup padat.

"Eh, udah pulang, mas?" Lirih suara serak khas bangun tidur dari balik sofa.

Ditengoknya sofa besar tersebut, rupanya Mira. Wanita itu nampak menggemaskan dengan wajah bangun tidurnya.

"Kamu ngapain tidur di sofa?" Tanya Ibrahim.

Mira beranjak menghampiri suaminya, "Nungguin mas Ibrahim hehe."

"Kan ada kasur, kenapa gak tidur di kasur sekalian?" Tanya Ibrahim lagi.

"Sayang, mas. Udah saya beresin nanti jadi berantakan kalo saya tidurin." Jelas Mira diselingi kekehan.

"Besok lagi nggak usah nungguin saya pulang, ya?"

"Lho kenapa?"

"Nggak apa-apa, mendingan kamu tidur daripada nungguin saya."

Mira menghela nafas berat, "Mendingan saya nungguin mas Ibrahim pulang deh daripada tidur, lagian sama aja kalo tidur juga mimpinya mas Ibrahim. Kalo bisa liat yang nyata ngapain harus mimpi?"

Ibrahim yang menyadari bahwa istrinya sedang merayunya pun mendengus. Bagaimana bisa wanita itu lebih gombal daripada dirinya yang seorang pria?

Lalu dengan inisiatif tinggi, Mira meraih dasi biru bergaris yang masih Ibrahim kenakan untuk membantu melepaskannya.

Hal tersebut sontak membuat Ibrahim sedikit terkejut, pasalnya ia bahkan tidak mengira Mira akan melakukan hal itu

"Saya bisa lepas sendiri."

"Jangan rewel!"

Tak butuh waktu lama, Mira berhasil melepaskan dasi suaminya dengan mudah.

"Pokoknya mulai sekarang, mas Ibrahim nggak boleh nolak perhatian saya." Tutur Mira.

Ibrahim mengerutkan keningnya bingung, "Kenapa gitu?"

"Ish kan tadi pagi udah saya bilang!Mas Ibrahim bukan duda lagi, udah ada saya yang bisa bantu ngurusin segala keperluan mas, saya nggak mau dicap sebagai istri yang pemalas nggak mau ngurusin suami." Jawab Mira menjelaskan pada Ibrahim agar pria itu berhenti menolak perhatiannya.

Ibrahim terkekeh pelan.

Siapa sangka kekehan itu justru membuat Mira segar kembali dari kantuknya?

"Oke deh, kanjeng ratu." Ucap Ibrahim di tengah kekehannya.

Detik itu juga Mira serasa ingin pingsan. Apa tadi? Kanjeng ratu?

"Ih kok kanjeng ratu sih?"

"Soalnya kamu banyak mau kaya kanjeng ratu."

"Trus rajanya?"

"Pak Agus?"

Mira mendengus kesal, pak Agus adalah sopir pribadi Ibrahim. Usianya mungkin sama dengan ayah Mira.

Duren MatengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang