5

13.8K 852 11
                                    


"Daddy?" Panggil Cleva melongok dari balik pintu kamar ayahnya.

Ibrahim yang sedang terduduk di sofa dengan sebuah laptop di pangkuannya pun menoleh ke arah pintu. Ia mendapati putrinya di sana.

"Kenapa, sayang? Sini masuk." Sahut Ibrahim lembut.

Gadis kecilnya itu berlari menghampirinya. Ia langsung menghambur ke pangkuan sang ayah.

"Kamu kok belum tidur, hm?" Tanya Ibrahim sembari menciumi pipi tembam putrinya dengan gemas.

"Cleva nggak bisa tidul soalnya masih pengin punya adek bayi." Jawab Cleva dengan polosnya.

Memang, sejak peristiwa di restoran siang tadi, Cleva jadi tak henti-hentinya membicarakan tentang betapa inginnya dia memilik adik bayi pada ayahnya.

"Kan daddy udah bilang sama Cleva, keluarin adek bayi itu nggak mudah, sayang."

"Ish makanya daddy temenin tante Mila bial adek bayinya bisa kelual."

"Ya nggak bisa gitu dong, sayang. Kan tante Mira nggak mau ditemenin daddy."

"Kata siapa? Masa ditemenin nggak mau?"

"Err bukan gitu maksudnya. Nanti kalo udah besar Cleva tau sendiri kok apa yang daddy omongin ini."

Cleva mendengus kesal.

"Tapi Cleva mau punya adek bayi sekalang, daddy! Bial Cleva ada temen bobo. Masa Cleva bobonya sendilian telus?"

"Yaudah bobo sama daddy aja biar nggak sendirian."

"Nggak mau sama daddy, daddy kalo tidul suka peluk-peluk Cleva ishh."

Ibrahim tertawa gemas, "Kan Cleva lucu kaya teddy bear, jadinya daddy suka peluk-peluk Cleva deh."

Anak gadisnya tertawa geli.

"Tapi daddy, tante Mila baik, ya?" Lirih Cleva.

Ibrahim menaikkan satu alisnya, bingung mengapa Cleva mengatakan itu.

"Iya baik, kan suka nemenin Cleva kalo daddy lagi meeting. Kenapa memangnya?" Tanya Ibrahim.

"Cleva pengen deh punya mommy kaya tante Mila."

"Nahkan bener!" Batin Ibrahim.

Sebenarnya perasaannya sudah tidak enak sejak ia mendengar Cleva meminta pendapatnya tentang Mira. Ia juga paham hal ini akan terjadi suatu saat nanti, saat Cleva sudah merasa nyaman dengan seorang wanita dewasa.

Sedari lahir Cleva memang sudah ditinggalkan oleh ibunya, Kinan, yang meninggal saat melahirkannya. Wajar saja jika Cleva sangat membutuhkan kasih sayang seorang ibu, karena sejak hari pertamanya di bumi ia hanya mendapatkan kasih sayang dari ayah dan neneknya yang sangat amat menyayanginya.

Dan wanita itu adalah Mira.

"Daddy suka nggak sama tante Mila?" Tanya Cleva lagi semakin membuat Ibrahim ketar-ketir.

"Hmm suka kok, pokoknya daddy suka sama semua orang yang baik sama Cleva." Jawab Ibrahim apa adanya.

Ia sendiri tidak memiliki rasa apa-apa pada salah satu pegawainya itu. Memang Mira amat baik, bahkan perempuan itu tidak bisa menyembunyikan rasa sayangnya pada Cleva. Akan tetapi hati tidak bisa dipaksakan. Sampai saat ini hati Ibrahim masih setia untuk Kinan, mendiang istrinya.

"Kalo suka belalti daddy bisa pacalan sama tante Mila dong?"

Ibrahim tersenyum masam mendengar pernyataan putrinya. Ia tidak menyangka Cleva akan sepintar itu, belajar dari mana dia?

"Cleva belajar kaya gini dari mana?"

Gadis kecil itu tersenyum menampakkan gigi-gigi susunya, "Jason waktu itu bilang suka sama Cia, telus meleka pacalan deh."

"Ohya? Jason sama Cia siapa?"

"Temen Cleva di sekolah dulu, daddy."

Di sekolah dulu? Ya, karena sekarang Cleva tidak lagi bersekolah. Ibrahim memutuskan untuk tidak menyekolahkan Cleva di sekolah umum lagi setelah penyakit gadis manisnya ini kambuh. Pria itu lebih memilih untuk menyekolahkan Cleva di rumah atau homeschooling daripada harus mengambil risiko dengan tetap membiarkan Cleva bersekolah bersama teman-temannya.

"Kalian, ya! Masih kecil udah pacar-pacaran aja. Cleva jangan pacaran ya, nanti daddy sama siapa kalo Cleva pacaran?" Tutur Ibrahim.

"Makanya daddy pacalan sama tante Mila bial daddy nggak sendilian waktu Cleva punya pacal nanti."

Ibrahim kembali bergeming. Sepertinya Cleva benar-benar menginginkan Mira untuk menjadi ibunya. Mengingat dari beberapa wanita yang telah berusaha mendekati putrinya selama ini termasuk Agnes, hanya Miralah yang berhasil mendapatkan hati Cleva.

"Cleva beneran kepingin punya mommy?" Tanya Ibrahim memastikan keinginan putrinya itu.

Yang ditanya mengangguk semangat sebagai tanda bahwa dirinya benar-benar serius dengan keinginannya.

"Cleva juga pengin punya adek bayi."

Duh.

***

DUH HAYOLO PAK WKWK

NI AKU UP SOALNYA UDAH 15 VOTE XIXIXI
YU TABURIN BINTANG LAGI ✨

Duren MatengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang