Mira masih bergeming dengan ketakjubannya setelah memasuki kamar Ibrahim, oh kamarnya juga mulai dari sekarang."Semua baju dan barang-barang kamu ada di sini. Lemari sisi kiri punya saya, sisi kanan punya kamu." Jelas Ibrahim sembari menunjuk satu ruangan yang terdapat dalam kamarnya, walk in closet.
"Dan kalo kamu butuh bantuan pelayan, tinggal pencet tombol ini aja." Lanjut Ibrahim menunjuk sebuah tombol perekam yang terpasang di dinding. "Tombol ini ada di setiap ruangan, tinggal pencet dan bilang apa kebutuhan kamu, nanti biar pelayan dengerin." Sambungnya.
Istrinya yang diajak bicara hanya melongo di tempatnya. Sejak pertama kali menginjakkan kakinya di rumah ini Mira memang tak henti-hentinya takjub, padahal belum ada satu hari ia tinggal di rumah tersebut. Bahkan belum genap satu jam. Ia kira fasilitas yang mereka tempati di hotel selama lima hari itu sudah cukup mewah, tetapi rupanya rumah Ibrahim jauh lebih mewah.
"Mira? Kamu ngerti apa yang saya omongin kan?"
Mira mengerjapkan matanya beberapa kali, "I-iya saya ngerti kok, pak."
"Bagus, kalo gitu kamu silakan istirahat."
"Bapak mau kemana?"
"Saya mau ke ruang kerja saya dulu." Dengan begitu Ibrahim berlalu meninggalkan Mira untuk beristirahat di kamar mereka.
Setelah Ibrahim benar-benar keluar dari kamarnya, Mira langsung menghempaskan dirinya di kasur yang super empuk itu.
Perjalanan Bali-Jakarta cukup melelahkan tubuhnya, terlebih Cleva yang selama perjalanan sangat manja dan tak mau lepas darinya. Namun kini anak itu sudah tertidur di kamarnya, Mira bisa beristirahat seperti yang dipersilakan Ibrahim sekarang.
"Seru juga ya jadi nyonya Atmadja?" Tanya Mira pada dirinya sendiri.
Ia tersenyum bahagia. Suami tampan, anak lucu, dan kaya raya, bukankah itu perpaduan yang apik?
"Eh liat-liat walk in closet dulu kali ya?" Gumamnya.
Mira segera beranjak dan melangkahkan kakinya memasuki walk in closet.
"BUSET INI DIA BUKA TOKO BAJU APA GIMANA?" Teriak Mira dalam hatinya dengan mulut yang terbuka lebar.
Baginya ruangan itu sudah seperti toko-toko baju di mall yang beberapa kali ia kunjungi bersama Beni saat akhir pekan.
Terdapat enam lemari tinggi besar yang saling berhadapan di setiap sisi tembok, sebuah lemari kaca di tengah ruangan berisi koleksi parfume, dan sebuah sofa panjang tanpa kepala yang terletak di depan lemari-lemari sepatu.
Persis seperti toko.
"Ini baju segini banyak apa dia nggak bingung mau pake yang mana?" Gumam Mira.
Tangannya bergerak membuka salah satu pintu lemari Ibrahim yang berisi puluhan kemeja dan jas yang tergantung rapih.
"Gue aja yang miskin suka bingung mau pake apaan kalo mau keluar, padahal baju gue juga itu-itu aja." Lanjutnya.
Mira kembali melihat-lihat. Kali ini rasa tertariknya jatuh pada lemari parfume itu.
"Parfume apaan nih?"
Ia meraih salah satu parfume dengan asal.
"Lah ini kan wangi cewek!" Seru Mira setelah menghirup aroma parfume tersebut.
"Givenchy L'Interdit Eau de Parfume? Mana namanya susah banget lagi hih," komentarnya.
"Tapi baunya enak sih. Gue pake dikit nggak apa-apa kali ya? Bosen juga gue pake parfume disney princess mulu." Katanya lagi. "Eh mandi dulu nggak sih? Biar nanti pas ayang masuk kamar, gue udah wangi kan pahala juga bikin ayang seneng." Sambungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duren Mateng
Romansa"Saya perhatikan kalian sangat dekat, Cleva juga sepertinya menyukai kamu." "Ohiya, pak. Kita mah udah kaya bestie hehe." "Ekhem," dehem Ibrahim. "Kamu sayang sama Cleva?" Sambungnya. Mira mengerutkan keningnya, tentu saja ia sangat menyayangi gadis...