34

8.4K 266 11
                                    


"Mira? Mau ngobrol sebentar?"

Drrt
Drrtt
Drrttt

Belum sempat Mira membuka mulutnya, ia merasakan getaran ponsel di sakunya yang menandakan panggilan masuk.

Dengan cepat ia meraih ponsel itu dan membaca nama si penelpon.

Ibrahim.

Dalam hati Mira merasa sangat lega karena artinya ia tak perlu mengiyakan ajakan Wisnu untuk mengobrol bersamanya barang sebentar.

Ia belum siap.

"D-duh maaf, Mas. Tapi i-ini Mas Ibrahim nelpon," Jelas Mira dengan canggung.

Wisnu sedikit memanyunkan bibirnya tanda mengerti perkataan Mira dan menatap wanita itu.

"Oh gitu ya?" Ujarnya. "Yaudah mungkin lain waktu aja deh kita ngobrol." Lanjutnya sembari mengangguk tersenyum.

Mira pun tersenyum kikuk, "Aku masuk dulu."

Lalu dengan cepat wanita itu bergegas masuk meninggalkan Wisnu yang masih menatap kepergiannya.

Jauh dalam lubuk hatinya, ia begitu merindukan Mira yang dulu sangat dicintainya.

Oh bahkan hingga saat ini.

Sedang di sudut lain, Ibrahim tengah tersenyum menunggu teleponnya terangkat.

Entah mengapa selama meeting tadi ia terus terbayang istrinya. Terlebih ketika ia membaca pesan singkat Mira yang berisi omelan-omelan tentang gaya berpakaiannya yang tidak Mira sukai.

"Halo?"

Akhirnya.

"Halo." Balas Ibrahim berusaha menyembunyikan senyumnya meski tentu Mira tak akan mengetahuinya di seberang sana.

"Kenapa nelpon, Mas? Mau nanyain Cleva ya?" Tanya Mira.

Ibrahim berdecak pelan, memang selama ini ia hanya menanyakan kabar Cleva ketika menelepon istrinya.

Tapi tidak, kali ini ia tak boleh mengorbankan putrinya lagi hanya untuk sekedar mengobrol dengan Mira di telepon begini.

Ya! Ia harus berani mengutarakannya!

"Iya, Cleva lagi ngapain?"

Huft, gengsinya masih terlalu tinggi.

Terdengar dengusan pelan Mira di seberang sana.

Memang, diam-diam Mira juga berharap Ibrahim akan menanyakan kabarnya juga.

"Cleva tidur, tadi habis bikin cookies sama saya sama Nanny-nya." Jelas Mira membuat Ibrahim tersenyum.

"Oh, udah makan?" Tanya pria itu.

Tak langsung mendapat jawaban, Ibrahim harus menunggu beberapa detik sebelum akhirnya Mira kembali menjawab.

"S-siapa?"

"Cleva,"

"Oh, udah tadi makan pake sayur sop lahap banget."

"Hmm oke." Balas Ibrahim singkat.

Dan otaknya mulai bergemuruh. Ia ingin sekali menanyakan kabar Mira, meski sekedar pertanyaan membosankan seperti 'sedang apa?' atau 'sudah makan?'. Setidaknya Mira tahu jika suaminya juga memperhatikannya.

Sepuluh detik berlalu, baik Mira maupun Ibrahim belum ada yang kembali membuka suara.

Seketika Ibrahim berteriak dalam batinnya, berusaha memberi semangat pada dirinya sendiri.

"Kamu?"

DUAR!

Tanpa Ibrahim tahu, di seberang sana Mira seperti tersambar petir di siang bolong karena pertanyaan keramat yang dilontarkan suaminya.

"E-eh? M-maksudnya?" Tanya Mira gugup.

"Ck! Ya kamu udah makan belum?" dengus Ibrahim merasa kesal sekaligus menahan malu.

"Oalah hehe belum, Mas."

"Oh, yaudah."

"Iya, Mas Ibrahim udah makan?"

"Belum."

"Makan sana, jangan lupa Dzuhuran juga ya?"

"Iya, kamu juga."

"Siap, ganteng!"

Sial!

Ada apa ini? Mengapa pipinya terasa panas? Apa semudah itu dirinya melemah hanya karena pujian 'murah' dari istrinya?

"Saya lanjut kerja dulu." Ujar Ibrahim pada akhirnya.

"Oke I lov-"

Dengan cepat pria itu memutuskan sambungan telepon mereka. Ia tak mau semakin salah tingkah.

"Huft!" Dengusnya sembari menatap layar ponsel.

Hatinya sungguh tak karuan, di sisi lain ia ingin Mira mengerti tentang perasaannya, namun di sisi lain ia tak ingin terlihat seperti ABG yang tengah dilanda asmara seakan diperbudak oleh cinta.

Oh apa itu sebutannya? Ia bahkan terlalu tua untuk mengetahui istilah-istilah cinta yang digunakan anak muda zaman sekarang.

***

H

ALO, GUYS!
IM BACKKKKKK HEHE

Maaf ya baru up lagiiii, sibuk banget akhir-akhir ini wkwk tapi sekarang udah aman kok InsyaAllah hehe

Semoga kalian suka part ini ya, makasih juga udah setia menunggu dan maaf banget gak bisa balesin komentar kalian satu-satu hehe love youu 🤗💕

—n

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Duren MatengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang