10. Para Monster

40 8 0
                                    

Pemimpin Prajurit itu memandang tajam kami. Aku sebut Jenderal saja biar gak kepanjangan. Pedangnya terangkat mengeluarkan cahaya merah, tanda dia bisa menyerang kapan saja. Danemon telah siaga di sampingku, bersiap mengeluarkan jurusnya.

"Naga Elemen. Sudah lama aku tidak melihat hewan ini," Jenderal itu memasang kuda-kuda, "Raja Zerafas pasti senang mendapatkan hadiah seperti dia."

Aku mengeram marah, mengambil pedang, mengabaikan rasa sakit . Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Aku tidak akan membiarkan siapapun menangkap Danemon. Ifa di sampingku menatap risau.

"Jangan paksa dirimu Kayzan. Tanganmu masih terluka," katanya.

"Tidak mengapa. Aku baik-baik saja," Aku telah siaga.

Ifa masih cemas, tapi dia juga telah mengaktifkan cahaya hijau di telapak tangan. Tiga lawan satu. Pertarungan dimulai.

Jenderal itu merangsek maju, pedangnya terangkat. Trank!Aku menangkisnya, di susul Danemon menyemburkan es dari arah samping. Jenderal itu melompat mundur, semburan es mengenai jalanan dan membekukannya. Ifa mengangkat tangan. Tombak, pedang dan bebatuan mengambang, melesat dan menyerang.

Sling! Trank! Ding! Jenderal itu menebas satu persatu senjata yang hendak mengenainya. Danemon menambah serangan, tembakan-tembakan es berbentuk runcing melesat ke arahnya.

"fire shield" Jenderal itu menghadang tangan. Kobaran api keluar membentuk pusaran api kencang. Tombak-tombak es tertampik, dan seketika meleleh.

Kobaran api itu lenyap. Jenderal itu kembali tersenyum.

"Hanya segini saja kekuatanmu Naga Elemen. Ayo tunjukkan lagi kehebatanmu! Sebelum kau menjadi peliharaan indah bagi Raja Zerafas."

Danemon melenguh kencang, jelas dia marah dihina oleh Jenderal murahan macam dia. Naga itu meningkatkan kekuatan.

"Freezing Dragon Tamer," Naga itu mengeluarkan jurus esnya.

Hawa dingin menyeruak keluar dari mulut dan tubuh Danemon, membekukan apapun yang terlintas di depannya. Jenderal itu kembali mengeluarkan Fire Shield menapik serangan. Namun energi yang dikeluarkan perlahan memadamkan kobaran api hingga lenyap. Jenderal itu bergegas mengelak sebelum tubuhnya membeku.

Begitu ia lengang, Jalanan dipijaknya terangkat dan cepat mengapit Jenderal itu. Ifa segera menyekapnya. Aku tidak mengiyakan kesempatan itu, lantas mengirim pukulan dan telak menghajar pipinya. Buk! Dia terpental menghantam pagar kayu. Sebenarnya ingin ku tebas saja kepalanya, namun urung karena aku tidak tega.

Kepulan debu keluar dari tempat dia mendarat. Aku masih siaga, ku lirik Arfi dan Mirla berada di tempat aman dengan Griffer melindungi mereka. Beberapa Prajurit tampak terkapar di sekeliling mereka.

Sunyi seketika. Apa Jenderal tadi sudah kalah? Belum sempat ku memeriksa. Sebuah cahaya terang muncul di tempat itu. Debu yang mengelilinginya, terhempas ke sekeliling seolah terdorong oleh energi besar.

Begitu debu menghilang, Jenderal tadi kini mengenakan sebuah Zirah kokoh berwarna merah darah. Pedangnya berkilauan bersama cahaya-cahaya tipis keluar di sepanjang batangnya.

"Dia mengeluarkan kekuatan aslinya," seru Ifa.

Danemon juga ikut terkejut. Ternyata Jenderal ini tidak bisa di remehkan. Tanpa banyak basa-basi, dia telah maju.

"Awas," peringatku.

Bum! Dia memukul, lantas keluar ledakan kencang. Kami bertiga telah menghindar sedetik sebelumnya. Tetapi dia masih buas menyerang, dan mengincarku.

Aku telah siaga, kuarahkan pedangku. Lalu dalam gerakan lincah aku melompat dan menerjangnya.

Tring! Pedangku menghantam pedang Jenderal, namun dalam hitungan detik, retakan keluar dari pedangku, lantas batangnya hancur lebur. Aku terperanjat! Jenderal itu bersiap membalas serangan, tangannya mengepal. Danemon pun segera memotong sembari mengeluarkan Dinding Es. Serangan itu tertahan, tetapi ekor serangannya mampu membuatku terpental ke belakang, hingga terduduk di tanah. Kekuatannya besar sekali. Dari mana dia mendapatkan kekuatan sebesar itu. Pertarungan kami semakin sengit, sepertinya kami akan kalah olehnya.

THE DRAGON ELEMENT (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang