Ruang Pemulihan terasa hampa ketika aku tertatih membantu Mirla ke sini. Hisar di gendong oleh Paman Ref yang datang ke tempat kami persis saat Jenderal Liu telah pergi, menyandera Ifa dan Arfi. Kondisi pemuda ini begitu parah, beberapa luka masih menganga di sekujur tubuhnya. Sepertinya dia baru saja bertarung melawan Vanda saat Ifa berusaha menyembuhkan lukanya.
Paman Ref membaringkan tubuh Hisar di atas ranjang. Aku membawa Mirla ke ranjang sebelah. Danemon juga ikut menaruh Griffer di tempat tak jauh dari kami. Avara tiba-tiba menghilang saat Jenderal Liu menyandera Ifa dan Arfi, mungkin kuda Pegasus itu juga ditangkap Jenderal licik itu. Puh! Bertambah lagi sanderanya.
Suasana ruang pemulihan masih sunyi, tapi beberapa ranjang sudah di isi oleh murid-murid yang terluka.
"Kalian tunggulah sebentar. Aku akan cari pertolongan," suruh Paman Ref.
Aku mengangguk. Lukaku sih gak terlalu parah, hanya lebam dan butuh sedikit istirahat.
Mirla meringis kesakitan, memandangi kedua tangannya yang memerah akibat luka bakar, sedangkan Griffer tidak sadarkan diri akibat luka yang dideritanya.
Selang beberapa menit kemudian, beberapa murid yang memiliki kemampuan penyembuhan mulai menyembuhkan Hisar. Sebagian ada juga yang menyembuhkan Mirla dan Griffer.
Penyerangan monster berhasil di pukul mundur. Kumpulan Makhluk itu lari dan kabur meninggalkan tempat ini.
Kemenangan ada di pihak kami. Hanya saja korban terluka cukup banyak dan mencakup sebagian besar Murid Master Windu.
Aku termenung memandang beberapa murid penyembuh hilir mudik, mengobati pasien.
"Kak Kayzan...," seru seseorang.
Aku menoleh, mendapati Herza berlari ke arahku.
"Kak Kayzan baik-baik saja. Aku dengar kakak baru saja bertarung," kata anak kecil itu.
"Dimana Kak Arfi dan Kak Ifa? Kenapa aku tidak melihat mereka?" tanya Laca.
"Apa mereka baik-baik saja?" sambung Trisa cemas.
Aku memandang ketiga anak kecil ini, seraya berkaca-kaca. Bagaimana aku menjelaskan kalau Ifa dan Arfi di sandera oleh Jenderal Liu? Nanti bagaimana respon mereka.
"Kak Ifa dan Kak Arfi masih membantu membereskan sisa pertarungan. Jadi kalian gak usah cemas sama mereka," jawab Mirla.
"Tapi kata teman-teman Kak Arfi sama Kak Ifa ditangkap oleh musuh," ujar Laca.
"Gak usah dipikirin. Mereka baik-baik saja kok. Kalian tenang saja," sahut Mirla.
Tapi ketiga anak itu memandang sedih, bahkan Trisa tampak meneteskan air mata.
"Kak Mirla bohong. Aku tahu kalau Kak Ifa dan Kak Mirla ditangkap oleh musuh. Seharusnya Kak Mirla tidak usah membujuk kami tentang keberadaan mereka. Kak Mirla menyebalkan, aku benci Kakak," teriak Trisa.
Alhasil Mirla memeluk gadis kecil itu, "maafin Kakak, ya. Kakak hanya gak ingin kalian bersedih atas hal ini. Jujur saja Kakak sudah berbohong pada kalian, jadi Kakak minta maaf sebesar-besarnya. Kakak janji akan menyelamatkan mereka. Kakak janji akan membawa Kak Ifa dan Kak Arfi kembali."
Trisa masih menangis di pelukan Mirla. Aku menggeleng, memandang dua temannya.
"Kak Kayzan gak usah cemas. Aku yakin kok Kak Ifa dan Kak Arfi baik-baik saja di sana. Sekarang Kakak pulihkan dulu tenaga Kakak. Master Windu pasti akan menyelamatkan mereka," kata Herza membesarkan hatiku.
Untuk anak seusianya ternyata dia pandai sekali dalam membesarkan hati orang. Aku yakin di antara mereka bertiga, Herzalah yang pantas menjadi Kakak kedua temannya, yang pantas menjadi pemimpin jika kelak mereka akan menjadi Petarung sama seperti ku. Sesuai dengan cita-cita mereka yang pernahku dengar beberapa hari lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DRAGON ELEMENT (End)
FantastikKenangan pasti dimiliki di setiap ingatan semua orang. Tentang suka cita, duka lara. Semua tersimpan di memori. Adakalanya kenangan itu terputar kembali, membuat duka lara terngiang di hati, membuat jiwa terasa sedih. Semua pasti memiliki kisah sedi...