16. Senjata Pusaka Naga

17 6 0
                                    

Aku, dan Danemon sudah sampai di tempat Master Windu berada. Di sana sudah ada Zhahib, si penjaga galak menjaga di depan Pagoda. Tatapannya masih sama, datar, tegas, dan nyebelin. Meski sudah mengenal sekalipun.

"Master sudah menunggu kalian di ruangnya. Cepat segera temui beliau!" suruh nya dengan tegas.

Aku mengangguk. Tak perlu disuruh, aku juga akan ke sana. Sifat tegasnya seperti tidak bisa diubah.

"Penjaga itu selalu saja tegas seperti biasanya. Benar-benar menyebalkan!" kata Danemon, mendukung apa yang kupikir.

Ruangan Master Windu sudah ada di depan. Demi sopan santun aku mengetuk pintu dan mengucap permisi. Tak lama pintu pun terbuka dan Master Windu menyuruh kami masuk.

"Selamat malam, Kayzan. Maaf mengganggu aktivitasmu," sapa Master Windu.

"Tidak mengapa, Master," aku tidak keberatan.

"Apa kamu masih ingat dulu yang pernah kita bicarakan?" tanya Master Windu.

Aku mengangguk. "Tentang Senjata Pusaka Naga, Master. Apa itu benar?"

"Benar," jawab Master Windu.

Percakapan tentang Senjata Pusaka Naga itu sudah dibicarakan Master Windu saat pertemuan setelah latihan pertamaku, beberapa Minggu yang lalu. Senjata yang dimaksud itu adalah sebuah senjata legendaris dari para Kesatria Naga di era masa lampau. Jumlahnya ada empat puluh buah. Konon katanya senjata-senjata ini dibuat oleh Sartara, salah satu Partner Magis terhebat, cucu dari Destara sekaligus orang yang merintis terbentuknya Kesatria Naga. Senjata Pusaka ini menjadi warisan turun-temurun dan memiliki kekuatan yang tak terbayangkan. Senjata Pusaka yang dimaksud Master Windu adalah Pedang Kutub Biru, salah satu Senjata pusaka terkuat dari tiga puluh sembilan senjata lainnya. Hanya saja Senjata pusaka itu, kabarnya menghilang saat pertempuran sepuluh tahun yang lalu. Menurut penuturan beliau, terakhir kali senjata tersebut dipegang oleh diriku yang dulu. Master Windu menanyakan hal itu, karena dia pernah bertemu dengan diriku yang dulu. Dia juga pernah bertemu dengan Danemon. Hanya saja Naga itu lupa.

"Sesuai perkataanku yang dulu. Setelah kurasa kamu cukup dalam latihan. Aku ingin menyuruhmu mencari pusaka itu. Aku menduga senjata itu berada di Desa Neztoforce, atau tempat yang menjadi hubungannya dengan dirimu. Apa sampai saat ini kamu masih belum mengingat apapun Kayzan?"

Aku menggeleng. Ingatan tentang diriku di masa lampau tidak terlintas satu pun di benakku. Aku tidak yakin apa itu bisa muncul di ingatanku? Mengingat kami berbeda orang.

"Lalu kapan Master menyuruh saya pergi mencari Senjata Pusaka itu? Saya rasa itu mungkin berbahaya jika saya pergi sendirian. Saya memerlukan bantuan dari teman-teman saya," kataku

Master Windu mengelus jenggotnya, duduk di atas tikar dengan sebuah buku terbuka lebar.

"Aku tahu kamu tidak ingin meninggalkan teman-temanmu di tempat ini. Aku juga tidak akan menyuruhmu pergi sendirian mencari senjata itu. Maka Aku sudah menyuruh Patra untuk pergi menemanimu. Maaf... untuk sementara kedua temanmu akan tinggal di sini. Terlalu berbahaya jika mereka ikut. Kekuatan Magna mereka juga belum sempurna, mereka perlu latihan hingga dirimu kembali ke tempat ini."

"Untuk misi itu akan kamu laksanakan esok hari. Bersiaplah untuk menyiapkan keperluan setelah ini."

"Tapi master, bukankah lusa mendatang akan diadakan Latih-Tanding di sini? Apa tidak sekalian selesai pertandingan itu?"

Master Windu menggeleng, "itu bisa memakan waktu lama. Belum lagi aku tidak tahu bagaimana pergerakan Prajurit Zerafas dan Monster berjubah saat ini? Bisa saja akan ada pertempuran besar tidak lama lagi."

THE DRAGON ELEMENT (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang