18. Perasaan Mirla.

21 7 0
                                    

Aku duduk di sebelah ranjang, menatap malam dari balik jendela. Bulan setengah lingkaran tergantung indah, bersinar terang kuning-keemasan. Terasa angin malam bersiul pelan dari sela jendela. Diiringi gemerisik daun saling bergesekan.

Aku tidak tahu ini sudah pukul berapa, yang pasti sudah larut dan aku masih belum mengantuk.

Setelah 'diusir' oleh teman karib Master Windu. Aku dan Patra memutuskan menginap di penginapan yang tersedia di pedesaan. Sembari memikirkan bagaimana membujuk orang itu agar mau membantu. Aku juga memikirkan apa saja yang dilakukan sahabatku saat ini.

Tidak sehari ditinggal pergi. Sudah keingat saja.

Danemon mendengkur pelan. Naga itu terlelap dipangkuanku. Aku membelai tengkuknya, tersenyum tipis. Beberapa saat lalu naga ini menemaniku berbincang hangat. Tidak berlangsung lama, dia tiba-tiba sudah terlarut tidur. Danemon pasti kelelahan.

Aku membaringkan Danemon ke kasur. Beranjak menuju meja, mengambil sesuatu dari ransel. Sudah lama aku tidak membiasakan hobiku sejak dulu, yaitu menulis.

Buku tua pemberian Kakek, kubuka lebar. Dulu saat ulang tahunku ke sembilan. Kakek memberikan buku ini sebagai kado. Aku tidak tahu buat apa buku setebal ini diberikan padaku. Terlebih isinya kosong pula. Karena aku tidak ingin mengecewakan Kakek, kusimpan saja, hingga ku gunakan sebagai diary beberapa bulan yang lalu.

Aku membuka halaman terakhir tulisanku. Tanpa banyak berpikir. Ku tulis layak diary pada umumnya. Tentang keluh-kesah, suka cita, kebersamaan, kesedihan dan apa yang di jalani hari ini, atau hari yang sudah berlalu.

Dear Diary.

Tak terasa sudah hampir dua Minggu lebih aku dan teman-temanku terjebak di masa lampau. Banyak hal yang kutemui termasuk petualangan baru, kawan-kawan baru dan hal baru yang tak pernahku lihat. Bahkan di dunia nyata sekalipun.

Hari ini pada waktu malam, di saat semua orang terlelap, di saat bulan menemani di langit sana. Aku termenung.

Semenjak bertemu dengan Danemon, aku jadi mengerti apa arti dari kebersamaan. Dulu aku lebih suka menyendiri, tidak terlalu berinteraksi dengan orang. Sibuk dengan diri sendiri. Namun kini aku tahu, kebersamaan adalah salah satu hal penting di kehidupan. Dia bisa menjadi teman penghibur di kala gundah, dia juga bisa menjadi pemompa di kala hati sedang gelisah. Kebersamaan membuat hidup terasa lebih berwarna. Memang benar ucapan Mirla, aku harus membuang sifat cuekku ini. Tidak semua orang selalu menyebalkan, dan menjengkelkan. Aku benar-benar berhutang pada gadis itu.

Dear Diary.

Mungkin cukup ini saja yang kutulis. Di malam ini aku berharap persahabatan kami terus berjalan, tidak terpisahkan oleh waktu, bahkan dengan monster dan makhluk jahat lainnya.

Tertanda Kayzan

Aku menghentikan tulisan. Tidak banyak sih kata yang ku buat. Tapi tak mengapa, setidaknya hati ini terasa tentram setelah meluapkan apa yang kupikirkan pada buku diary ini.

Tak terasa aku menguap lebar. Kantuk mulai menyerang. Baiklah lebih baik aku tidur. Aku yakin Patra pasti menemukan cara mendekati orang itu.

Aku meringkuk ke ranjang, dan memejamkan mata. Perlahan dunia mimpi menyambut kedatanganku.

****

Pagi harinya Patra membangunkanku untuk sarapan dan bersiap-siap. Dia terlihat tergesa-gesa seperti ada urusan penting. Tanpa banyak tanya, aku beranjak ke kamar mandi, menyiapkan diri. Setelah memakan beberapa potong roti keras. Aku bergegas keluar kamar penginapan. Danemon sudah berada di dalam ranselku, jadi tidak akan menimbulkan kecurigaan.

THE DRAGON ELEMENT (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang