28. Sebuah Ungkapan

13 2 0
                                    

"Apa cuma segini saja kemampuan bocah? Padahal belum cukup serius kau sudah kelelahan. Benar-benar lemah," ejek Jenderal Liu.

Hisar tersenyum ringkas, bangkit perlahan. "Ini juga masih belum seberapa kutunjukkan padamu. Masih banyak teknik dan sihir yang belum ku keluarkan."

"Teknik, sihir..." Jenderal Liu tertawa, "Teknik yang hanya bisa memperlambat musuh, itu yang kau sebut teknik. Ck, murahan. Benar-benar mudah sekali dipatahkan."

Naga merah mengerang kencang, seperti berbicara pada Jenderal Liu.

"Nagaku sudah kesal padamu. Lebih baik kita selesaikan pertarungan ini."

Naga merah terbang menukik tajam layak elang yang siap menerkam mangsanya. Hisar mengerahkan sihir waktu, memperlambat gerakan naga, namun cuma berlangsung dua detik. Sihir itu dengan mudah dipatahkan. Kini Naga Merah siap menghabisi Hisar seketika.

Roar! Seekor Serigala salju tiba-tiba muncul, memotong serangan Naga Merah dengan mengigit hidupnya. Naga itu spontan meraung keras.

Splash! Dengan gerakan cepat Arfi muncul di hadapan Hisar, menyambar tubuhnya dan membawa pergi menjauh.

Roar! Naga merah meraung keras, menggeleng-gelengkan kepala. Serigala salju bergegas menjauh sebelum api naga menyembur dan membakarnya.

Whush! Arfi tiba di tempat cukup jauh dari keberadaan si Naga merah. Di sana sudah ada Avara menunggu.

"Kau tidak apa-apa, kawan?" tanya Arfi nyengir.

"Ck, kenapa kamu menolong? Bukankah kusuruh kalian pergi memberi tahu kabar ini pada Master Windu?" Hisar tampak gusar.

"Pergi dan membiarkanmu dalam bahaya," Arfi mendengus tajam. "Aku gak akan membiarkanmu bertarung sendirian."

Avara meringkik pelan. Betul tuh. Jangan keras kepala.

"Pulihkan dulu tenagamu. Biarkan kami mengatasi penyusup ini," Arfi memegang belati, mulai mengaktifkan ikatan Partner. Aura muncul dari tubuh Avara, melesat memasuki Arfi, membuat bola matanya berubah menjadi abu-abu.

Ikatan Partner telah diaktifkan

Dari tempat Naga Merah berada. Jenderal Liu jengah akan kehadiran bantuan dari lawannya. Kini di hadapannya, berdiri dua orang gadis dan dua hewan yang salah satunya Serigala salju.

"Siapa kalian? Berani sekali mengganggu latihanku," seru Jenderal Liu.

Mirla dan Ifa bergeming, tidak menjawab. Menatap siaga.

"Jawab pertanyaanku atau kupaksa kalian menjawab." Jenderal Lui mengerang.

"Tak perlu kau bertanya. Kau sudah tahu siapa kami?" teriak Arfi yang tiba-tiba muncul di sisi Mirla.

Jenderal Liu menatap gusar. Bertambah lagi seorang pemuda dan seekor pegasus kecil. Dia semakin membuang waktu meladeni mereka.

"Tikus pengerat rupanya memanggil bala bantuan. Sangat merepotkan!"

Naga Merah mengerung kencang, asap pekat keluar dari lubang hidungnya.

Griffer mengerung marah, disusul Avara meringkik keras sambil menghentakkan kaki depannya. Bola mata Arfi dan Mirla semakin bercahaya.

"Hewan Destoforce!" Jendela sedikit tertegun. "Dua diantara kalian pasti seorang Partner Magis. Tidak menyangka aku bisa berhadapan dengan kalian."

Jenderal Liu dari punggung Naga Merah, berdiri lima meter dari mereka.

Vanda yang masih terluka akibat dari serangan Abbey berjalan mendekat. "Tuan Jenderal. Mereka bukan Partner magis biasa, mereka adalah orang dari masa depan yang sering ku jelaskan."

THE DRAGON ELEMENT (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang