37. Kekuatan Sejati Danemon.

17 2 0
                                    

Cahaya terang menyelimuti Jenderal Lui, perlahan-lahan tubuhnya berubah menjadi sesosok yang ku kenal. Sosok berjubah dengan wajah menyeramkan. Varax si Pemimpin Monster, kini ada di hadapanku.

Aku menggenggam erat pedang pusaka. Hawa ngeri seketika terasa di sekitar, membawa sesak di hati.

Apa aku takut? Tidak, aku tidak kenal takut. Bahkan dengan Monster berjubah ini sekalipun. Dengan kekuatan yang ku miliki sekarang. Aku akan mengalahkan mu Varax.

Whusssh! Aku melesat dulu, menyerang Varax. Pedang Kutub Biru mengeluarkan energi dingin. Sling! Pedangku menyabet. Ting! Dengan sigap Varax menangkis. Kedua pedang kami saling beradu.

SLING! TRANK! TING!

Adu pukul serangan terjadi antar kami. Percikan es berserta kobaran api muncul di sekitar kami.

Aku berteriak. Kilatan cahaya biru keluar dari pedangku, menyambar Varax.

Monster itu terpukul sembari memegang perut, dia berdecih pelan.

"Stab a thousand fire swords."

Varax mengayunkan pedang dengan cepat. Seribu tusukan menyerangku.

"Ice Magical Protection!"

Krak... Dinding es terbentuk di sekeliling ku, berwarna putih bersih dan terlihat kokoh.

Trank! Trank! Trank! Seribu tusukan itu menghantam dinding es, membentuk goresan.

"Stab the Flame Tongue!"

Varax mengacungkan pedang sejajar ke depan. Kobaran api setajam panah melesat, dan menghantam dinding es.

Pyar! Dinding itu hancur berantakan. Kobaran api itu masih melesat menujuku.

Tanpa persiapan diriku terhantam kobaran api itu, membuat tubuhku terpental ke belakang menghantam batu, pepohonan dan kemudian terduduk menyeimbangkan tubuh.

Pasukan Monster sebagai mulai menyerbu stadion Meganaha. Beberapa Prajurit berserta Pasukan Pemberontak berusaha menyerang pasukan tersebut. Beberapa penduduk kota ada yang menjadi korban keganasan Pertempuran ini.

"Kenapa? Apa kau tidak tega melihat penyerbuan ini? Lebih baik serahkan Nagamu padaku. Dengan demikian tidak ada lagi korban berjatuhan di tempat ini."

"Tidak akan!" Aku berteriak marah.

"Magnetic Pole Pierce!¹"

Aku berseru, mengeluarkan salah satu jurus yang pernahku pelajari.

Pedangku menyala terang. Guguran salju turun deras. Aku mengayunkan pedang. Bum! Ledakan es keluar begitu pedangku menghantam. Varax sempat terdorong beberapa sentimeter. Bum! Begitu pula sabetan kedua yang lagi-lagi mendorong Monster berjubah itu. Bum! Ledakan ketiga menyeretnya, nyaris terjungkal.

Varax menjentikkan jari. BLAR! BLAR! BLAR! Ledakan beruntun keluar dari sekeliling Varax. Sebagian ada yang menyerangku.

Tubuhku terasa melambung tinggi dan mendarat di atas pohon. Ugh.. aku merasa punggungku bekas. Dengan tertatih aku bangkit, namun Varax tiba-tiba muncul di hadapan ku. Kemudian dengan cepat dia menyerang tanpa memberi jeda waktu untuk menghindar. Serangan pertama membuat ku terpental ke belakang, serangan kedua melemparku ke atas, dan serangan ke tiga menghantam tubuhku ke dinding transparan.

Aku terbatuk-batuk, memperbaiki posisi tubuh. Sialan! Sebelum Varax melancarkan serangannya. Aku melesat duluan. Kali ini waktunya mengerahkan Magna unsur alam.

THE DRAGON ELEMENT (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang