5. Arcotika

55 9 0
                                    

Silau, cepat, dan dingin bagai es. Seperti itulah gambaranku saat melintas portal. Aku berusaha membuka mata, semua terlihat biru menyilaukan disertai kabut aurora berpendar-pendar di sekeliling. Angin kencang menerpa bersama butiran es terasa begitu dingin. Aku menatap ke depan, lorong di sana begitu panjang. Seakan tak ada ujungnya.

Selang berapa detik, terlihat cahaya terang di ujung sana. Begitu kami melewatinya. Aku mendarat mulus di atas tanah, di susul Arfi, Mirla dan Danemon.

Tak selang lama ransel milikku dan Mirla menyusul. Entah siapa yang membawa masuk ke dalam portal. Mungkin saja ikut tersedot, mengingat tekanan portal itu kuat bagai pusaran angin.

Ugh! Arfi mengadu kesakitan. Dia mendarat tepat di semak belukar. Mirla bangkit mengibas pakaiannya yang kotor.

Aku berdiri, mengambil ransel. Barang-barangku berserakan dan lusuh. Tapi setidaknya tidak ada yang hilang. Tapi, Aku memandang hapeku yang retak. Astaga! Kenapa bencana ini terjadi? Bagaimana nantinya aku bisa nge-push rank gameku? Mana sebentar lagi season? Alamak... Gagal deh naik mighty.

Danemon mengibas sayap. "Anda tidak apa-apa tuan?" tanyanya.

Aku mengangguk, "Aku baik-baik saja," jawabku menatap sekeliling.

Terlihat sebuah hutan lebat dengan rerimbunan pohon berdekatan, nyaris tak menyisakan jalan. Suasana menjelang malam, membuat hutan terlihat gelap dan menyeramkan. Bulan sabit dengan bintang-bintang menghiasi langit. 

(Sumber: https://www.kibrispdr.org/unduh-11/gambar-hutan-di-malam-hari.html)

"Ini tempat apa? Kenapa hutannya asing bagiku? Apakah ini masih dikawasan Hutan Angin Keras?" tanyaku pada Danemon.

"Ini adalah hutan Forternez, hutan magis di kawasan Arcotika," jawab Danemon.

Aku menepuk dahi, "Apa namanya tadi? Forester? Acitokita?"

"Forternez dan Arcotika," Danemon mengulangi jawaban. "Memang namanya terdengar aneh, karena aku telah mengirim kalian kembali ke masa tiga ribu tahun yang lalu."

Aku terperangah, "Apa? Tiga ribu tahun yang lalu? Kenapa kamu membawaku ke masa lalu, sih? Bagaimana nanti aku kembali, hah?"

"Tenang saja. Aku bisa membawa anda kembali kok," Danemon tersenyum, berusaha menenangkan diriku, "Hanya saja untuk sementara ini tidak bisa, karena aku memerlukan tenaga besar untuk membuka portal tersebut. Sedangkan saat ini tenagaku masih belum pulih sepenuhnya."

"Lantas. Kapan tenagamu pulih?"

"Perkiraan, paling cepat dua Minggu dari sekarang, tuan."

"Apa?" Aku melongo. "Itu lama banget tahu. Lagian, kenapa sih kamu ngirim kami ke masa lalu? Bagaimana nantinya jika tidak bisa kembali? Malah terjebak di sini untuk selamanya?"

Danemon terdiam memandangku lamat-lamat. "Aku minta maaf tuan. Tidak cara lain selain mengirim kalian kembali ke masa lalu. Karena jika saja aku tidak melakukan hal itu. Monster Berjubah akan menyerang tuan, belum lagi dia bisa membuat onar di zaman tuan."

Benar juga ya. Aku bisa membayangkan bagaimana jika dia menyerang warga sekitar. Moga saja tidak. Monster jelek itu. Hm... Bisa-bisa....

Aku menatap Arfi dan Mirla yang memandangku dengan tatapan heran.

"Kenapa kalian menatapku seperti itu?" tanyaku.

"Kayzan," Arfi melirik Danemon yang juga melihatnya. "Apa kamu bisa berbicara dengan Naga itu? Dari tadi kamu seperti berbicara dengannya?"

THE DRAGON ELEMENT (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang