25. Pengkhianatan.

16 3 0
                                    

"Apa kamu yakin dia orangnya?" tanya Mirla ragu.

"Ya. Aku sering melihatnya pergi ke arah sini. Seakan-akan dia hendak menemui seseorang," jawab Hisar.

"Dari penampilannya, kurasa bukan dia si Pengkhianat itu," sanggah Ifa.

"Penampilan tidak senantiasa menunjukkan kepribadian orang. Apa yang kita lihat dari luar belum tentu di dalamnya?" sahut Arfi. "Kita coba dulu saran Hisar. Kita ikuti murid itu."

Ifa mengangguk. "Baiklah."

Mereka berempat bergegas menuju ke tempat yang dituju. Tidak jauh dari tempat pertemuan tadi. Paman Ref, Bibi Araya, Zhahib dan Erza--wanita muda tadi pergi entah kemana. Mungkin juga mencari si Pengkhianat.

"Bukankah itu salah satu akses keluar dari tempat ini?" Arfi bertanya. Di hadapannya ada jalan setapak menuju celah sempit, muat untuk orang masuk dan berjalan di dalamnya.

"Ya. Selain di bagian depan. Akses keluar juga ada di bagian ketiga. Jalan ini berguna untuk para murid Master Windu keluar menjalankan misi, memata-matai pergerakan monster," jelas Hisar.

Mereka berhenti di depan celah. Samar-samar terlihat cahaya di ujung celah lorong.

"Di sini kita akan membagi tim menjadi dua. Aku dan Arfi. Ifa dan Mirla," kata Hisar. "Untuk timku akan memata-matai dari luar dan untuk tim Ifa akan memata-matai dari dalam."

Mirla berembus kesal, "kenapa kami tidak di luar? Padahal aku penasaran bagaimana keadaan di luar? Aku sudah lama tidak keluar dari sini."

"Terima saja. Apa susahnya sih?" cecar Arfi.

Mirla melotot tajam. "Mentang-mentang kamu kedapatan di luar. Kamu melarangku, hah."

"Sudah-sudah," lerai Ifa. "Fokus ke misi. Jangan bertengkar!"

Hisar mengangguk. "Untuk tim kalian. Begitu melihat dia datang dan masuk ke celah, segera ikuti dia. Begitu sampai di luar. Bergabunglah dengan kami. Berhentilah di sisi berbeda dengan kami. Kita tunggu. Hingga kita tahu siapa orang yang akan ditemui."

"Lalu kenapa kita tidak sekalian saja menunggu di luar?" saran Mirla.

"Kalian berada di sini sekaligus memastikan jika ada apa-apa di luar. Perkataan Paman Ref tentang penyerbuan bisa saja terjadi di saat situasi seperti ini. Jika terjadi sesuatu dari tempat kami berada, segera beri tahu para Master."

"Tapi bagaimana dengan kalian? Kalian bisa berada dalam bahaya," cemas Ifa.

"Jangan risaukan itu. Kami akan bertahan hingga bantuan datang."

"Yeah. Kami pasti bisa," Arfi mengepal tangan.

"Sekarang, kita laksanakan tugas masing-masing. Sebelum dia datang!"

Ifa mengangguk.

"Berhati-hatilah. Jangan sampai kalian celaka. Terutama kamu Arfi. Utamakan keselamatan mu," kata Mirla.

Arfi mengangguk.

Mereka berdua masuk ke celah. Bergegas memata-matai dari luar. Ifa dan Mirla mencari posisi di dalam.

Waktunya menunggu.

****

Lima belas menit kemudian.

Arfi duduk bersandar pada pohon, menguap lebar. Bosan. Hisar masih siaga mengintip dari semak-semak. Sejauh ini belum ada kabar akan kedatangan orang itu. Mungkin saja dia tidak jadi datang ke tempat ini, lebih memilih pergi ke tempat lain. Andaikan saja begitu Arfi lebih memilih kembali dan tidur nyenyak di atas ranjang.

THE DRAGON ELEMENT (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang