Aku mengepal tinju, mengirim pukulan es pada Pangeran Zalata. Bum! Dentuman keluar di iringi butiran es keluar memenuhi sekitar. Pangeran Zalata terdorong, kakinya terseret meninggalkan bekas tanah. Keempat bayangan tangan yang di keluarkannya tidak mampu menahan seranganku.
Riuh bangku penonton terdengar menggema di sekitar, dentuman di luar semakin keras. Mirla segera membawa Ifa pergi menuju ke tempat Arfi.
Pangeran Zalata menatapku tajam. "Siapa kau? Berani sekali terjun dan membantu tanpa persetujuan dari Raja Zerafas? Kau ingin mati, Hah."
"Apa aku harus bilang, 'Halo semua, aku Kayzan ingin bergabung.' atau 'Tuan Raja terhormat bolehkah saya ikut bertarung.' Menyebalkan."
Aku menggenggam tangan. Cahaya biru keluar dari tanganku. Udara disekitar terasa dingin, Pedang Pusaka Kutub Biru mulai terbentuk di tanganku.
Pangeran Zalata menatap jengah, "Tidak mungkin.... Bagaimana bisa kamu memiliki senjata itu?"
Aku menatap dingin. Intonasi orang ini berbeda dari sebelumnya. Dia tahu kalau senjata ini bukan lawan setara nya.
Sebelum Pangeran Zalata menyerang. Aku duluan maju. Ikatanku dengan Danemon aktif. Naga biru itu keluar dari ranselku, spontan menyemburkan es.
KRAK! Semburan itu membekukan tangan bayangan yang melindungi Pangeran Zalata. SLING! Sabetan pedangku memotong tangan bayangan itu. Duak! Disusul tendangan yang kembali memukul mundur Pangeran Zalata.
ARGH! Pangeran Zalata mengerang marah. Bayangan biru kembali keluar dan kali ini memenuhi sekujur tubuhnya, membentuk sesosok manusia raksasa, mirip Susano o di Anime Naruto, yang membedakan bayangan itu sempurna menutupi Pangeran Zalata hingga tidak terlihat.
Bayangan raksasa itu maju. Kedua tangannya memegang dua bilah pedang. Aku memandang Danemon, saatnya meningkatkan kekuatan.
Whusssh! Angin kencang menerpa, butiran es muncul dan berubah menjadi salju tipis. Bayangan raksasa menyabet pedang. SLING! Dengan lincah kami mengelak, dan sabetan pedang itu menghantam tanah kosong. Bayangan raksasa kembali melancarkan serangan susulan. Ayunan cepat menerjang kami berdua. Spontan aku menangkisnya dengan pedang, menahan, sedangkan Danemon mengangkat tangan, membentuk dinding es untuk menahan serangan.
"Freezing Dragon Tamer!" Aku mengeluarkan jurus. Derup angin kencang disertai salju menerpa Pangeran Zalata. Bayangan yang mengelilinginya membeku oleh serangan itu.
Sebenarnya aku masih heran bagaimana bayangan bisa membeku? Jika kalian tahu penjelasannya, tolong jelaskan ya?
"Ice illusion," disusul Danemon mengirim serangan. Pandangan sekitar berubah menjadi badai salju. Bayangan raksasa tampak kebingungan ingin menyerang ke mana. Dia tidak bisa melihat apa-apa selain putih salju. Tapi kami tidak.
Aku menggenggam erat Pedang Pusaka. SLING! Sabetan kencang menghantam bayangan raksasa. Memotongnya menjadi dua. Pangeran Zalata terpental hingga menghantam dinding transparan. Baju zirahnya tampak rusak, wajah menawannya cemong dan lebam.
Dia telah dikalahkan.
****
Begitu aku mengalahkan Pangeran Zalata. Riuh semakin kencang. Beberapa Prajurit bergegas turun dan menyerang.
Brush! Sebelum mereka tiba. Mirla melempar dua gulungan dan keluar hewan buas dari gulungan itu. Di susul Griffer di gulungan satunya. Kondisi Griffin itu tampak membaik. Ikatan Partner mereka bergegas aktif. Dan mereka bergegas menahan Prajurit yang mencoba mendekat.
"Kita bertemu lagi, kawan kecil," seru suara yang cukup familiar ku dengar.
Aku menoleh. Kalian masih ingat saat Pertempuran pertama kali ku di Kota Arkapura. Ya, si Jenderal prajurit yang pernah ku hadapi kini berlari siap menghabisiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DRAGON ELEMENT (End)
FantasiKenangan pasti dimiliki di setiap ingatan semua orang. Tentang suka cita, duka lara. Semua tersimpan di memori. Adakalanya kenangan itu terputar kembali, membuat duka lara terngiang di hati, membuat jiwa terasa sedih. Semua pasti memiliki kisah sedi...