14. Latihan (Part 2)

6 0 0
                                    

Berlatih sihir adalah latihan selanjutnya. Dari pengalaman bersama Danemon beberapa hari terakhir, membuatku perlahan mulai paham banyak mengenai sihir, termasuk mantra yang dibaca yang bahasanya menggunakan bahasa Inggris. Di zaman sekarang bahasa itu lebih dikenal sebagai bahasa Elf yang memang berasal dari negara itu. Mantra itu sendiri ada ribuan jenis dan cara penyebutan yang berbeda-beda. Seperti 'Frezzing Dragon Tamer' mantra itu kalau diartikan kira-kira adalah 'Penjinak Naga Pembekuan'. Sihir itu terdengar aneh bagiku. Tapi artinya mirip seperti jurus itu dikeluarkan yang mampu membekukan banyak benda.

Master Windu sendiri yang kali ini melatih. Beliau bilang banyak hal mengenai sumber dan titik dimana Magna berada. Beliau juga memberi tahu mantra-mantra sesuai kekuatan Magna masing-masing. Kekuatan Magna-ku adalah pengendalian unsur alam, maka aku harus berlatih mantra untukMagna itu

Master Windu memberikan materi berupa mengendalikan unsur bumi.
Unsur dasar yang mudah dikendalikan.

"Bumi itu bersifat kokoh, keras dan daya terhadap serangan. Kamu harus bisa menjadi bumi, sekeras mungkin mengendalikannya, dan paling penting gunakan emosi hati untuk mengendalikan unsur alam ini." Master Windu menjelaskan.

Aku mengangguk pelan. Di depanku terdapat sebongkah batu lumayan besar. Pertama yang kulakukan adalah mengangkat batu ini tanpa menyentuhnya. Aku rada heran, apa aku bisa? Tapi karena melihat dengan mata kepala, ada orang-orang yang bisa mengangkat benda tampak menyentuhnya. Aku hilangkan saja rasa ragu itu.

Saat pertama mencoba. Jelas batu ini tidak terangkat. Tapi mendengar perkataan Master Windu yang bilang sifat bumi yang keras dan kokoh. Aku harus tahu sifat emosi apa yang seperti bumi. Beberapa orang lama mulai menatapku, seakan mengejek, seolah aku tidak bisa mengangkat batu ini. Aku menghiraukannya, buat apa itu diperdebatkan. Lagipula aku kan masih belajar. Seketika dibenakku muncul jawaban dari sifat Bumi.

Bumi itu selalu diinjak-injak. Dirinya selalu berada di bawah, sebagai pemompa kehidupan, sebagai pondasi bangunan, sebagai tempat segala pembuangan. Tapi bumi tidak pernah mengeluh hal itu, dia senang menjalani perannya. Sebagai penjaga agar manusia tidak melayang, menjadi agar pohon bisa tumbuh, agar air bisa mengalir, agar bisa hewan-hewan tinggal dan berkembang biak. Bumi itu bersifat rendah hati, dia tidak mudah marah, dia tidak mudah sedih. Selalu tersenyum, meski dianggap rendah, tetapi memiliki peranan penting dalam kehidupan.

Itulah sifat bumi yang kutahu. Rendah hati.

Perlahan kedua tanganku tertuju pada sebongkah batu. Tanganku seperti mengangkatnya, tatapanku fokus, berusaha menahan emosi hati, serendah mungkin, melupakan ejekan dan tatapan orang sekitar. Perlahan tanpa kusadari bongkahan batu itu perlahan terangkat ke atas. Pertama sepuluh centimeter, kedua seratus centimeter hingga setengah meter dari tanah. Sontak Aku tidak menyangka hal itu, membuat bongkahan batu itu jatuh seketika. Kefokusanku hilang seketika.

Orang-orang di sekitar tiba-tiba menatapku. Mereka pasti heran bagaimana orang Pemula sepertiku bisa cepat mengangkat batu itu. Aku hanya menghiraukannya dan kembali mengulangi latihan.

Sama seperti sebelumnya bongkahan batu itu perlahan terangkat, kali ini aku lebih mudah melakukannya. Menggerakkannya bagai mainan.

"Mengagumkan anak pemula itu ternyata cepat sekali menguasai Magna-nya." Terdengar suara berseru.

"Kebetulan saja dia menguasainya," yang lain menimpali.

"Apa jangan-jangan pemuda itu yang memiliki seekor Naga Elemen? Dia menjadi perbincangan banyak orang," terdengar lagi seorang berbicara.

"Yang pasti dia terlihat tampan sekali. Aku tidak menyangka pemuda ini memiliki penampilan yang sempurna," seorang gadis berkomentar lain.

Hei aku bisa mendengar apa yang kalian bicarakan. Aku menoleh ke sumber suara. Yang ditatap seolah-olah fokus pada benda di depannya. Padahal ekor matanya melihat diriku, seraya tersenyum sendiri.

THE DRAGON ELEMENT (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang