Epilog

38 2 0
                                    

Perpisahan merupakan hal yang terberat yang pernahku alami. Kepergian Danemon masih membekas, bahkan saat menulis cerita ini seolah-olah aku bisa merasakan kehadirannya. Jiwa Naga biru itu seperti tidak akan lepas dan terus bersamaku. Dimanapun aku berada.

Saat ini hujan turun deras, persis seperti suasana yang kurasakan saat ini. Kalbu dan duka.

Sembari menaruh punggung ke kursi. Ku tatap langit. Petualangan itu seperti terjadi kemarin saja. Tak terasa sudah satu tahun aku tidak bersama Danemon, Ifa, Patra, Paman Ref dan teman-temanku di masa lampau. Tak tahu bagaimana kabar mereka sekarang. Yang pasti mereka semua telah tiada, mengingat-ngingat masa telah berubah. Aku masih penasaran apakah Bangsa Elf, Monster dan manusia hewan masih ada di dunia ini? Ataukah itu hanya mitos belaka?

Memutar batang pensil. Aku mengingat kembali perpisahan itu lagi. Bukan kepergian Danemon, ataupun Avara maupun Abbey.

Ini perpisahanku dengan Ifa dan lainnya. Saat kami hendak pamit kembali ke masa depan.

****

Sisa pertarungan bisa di tebak. Dengan kekalahan Pemimpin Monster Varax, para Monster bisa dikalahkan dengan mudah. Pasukan itu perlahan-lahan lenyap di tangan pasukan pemberontak maupun otoritas kerajaan Zerafas. Penyerbuan kota Zerafas bisa diatasi, walau banyak korban berjatuhan baik dikubu kaum pemberontak maupun prajurit kota Zerafas. Juga Raja Arkaras dan jajaran menterinya, membuat kepemimpinan Arcotika harus diubah.

Era baru Arcotika dimulai saat itu.

Mirla, Arfi, Ifa, Master Windu, Patra dan Paman Ref mendatangiku persis selepas kepergian Danemon. Arfi memeluk erat diriku, menguatkan hatiku. Nasib kami sama. Harus berpisah dengan Partner untuk selamanya. Mirla ikut menetaskan air mata.

Sembari Ifa menyembuhkan lukaku. Aku mendengarkan Master Windu berbicara padaku.

"Janganlah sedih Kayzan. Walaupun dirimu harus berpisah dengan Danemon, mungkin ini cara yang terbaik untuk kalian. Mau bagaimana pun, kalian pasti bakal berpisah, terpisah oleh waktu, dan kehidupan. Danemon tidak sepatutnya hidup di zaman kalian, begitu pula sebaliknya. Perpisahan ini mengajarkan agar kau tidak menjadi pribadi rapuh dan terambang duka mendalam."

Master Windu menepuk pundakku, tersenyum tulus.

"Sekarang sudah saatnya kalian kembali ke masa mendatang. Meskipun berat, berpisah dengan kami. Mau bagaimana pun kalian harus kembali ke masa dimana semestinya kalian berada."

Aku menatap Arfi, juga Mirla. Kedua temanku mengangguk bersamaan. Ada rasa duka mendalam. Kenangan tiga Minggu terakhir mulai terukir di ingatanku. Kebersamaan dengan Ifa, Hisar, Paman Ref, Patra dan tentu saja Danemon menjadi kenangan yang tak terlupakan.

Aku menggenggam erat cincin safir putih. Cahaya terang menyelimuti tubuhku, kemudian seberkas sinar keluar menyorot ke depan dan membentuk sebuah portal.

Mirla memeluk erat Ifa, air mata perpisahan mengalir di wajahnya.

"Selamat tinggal Ifa. Terima kasih sudah menemani kami selama ini," ucap Mirla sesenggukan.

"Aku juga. Terima kasih sudah menganggapku sebagai teman bukan sebagai bangsa kotor. Aku akan mengenang kalian sampai akhir hayatku."

Mirla menatap Griffer, mengelus Griffin merah itu.

"Aku titip Griffer padamu. Mungkin hanya diriku saja yang tidak berpisah dengan Partnerku. Jadi aku titipkan kawanku padamu."

Ifa mengangguk. Griffer mengerung senang.

"Ayo Mirla. Kau malah membuat perpisahan ini semakin sedih saja," celetuk Arfi.

"Iya. Sabar juga kali," balas Mirla.

THE DRAGON ELEMENT (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang