38. Partner Sejati

36 2 0
                                    

Di lokasi Kota Zerafas, terlihat sebuah ledakan dari kejauhan.

Mirla yang saat itu sedang bertarung melawan kawanan monster, spontan menoleh ke sana. Juga beberapa orang.

Dia tercengang. Apa yang terjadi di sana? Kenapa ledakannya bisa terlihat di sini?

Kekuatan ini. Danemon pasti yang mengeluarkannya! ucap Griffer di pikirannya.

"Kekuatan Danemon. Apa jangan-jangan? Kayzan telah mengeluarkan kekuatan aslinya. Tapi kenapa bisa berada jauh dari sini?"

Dia pasti tidak ingin mengeluarkan kekuatan itu di sini. Jika saja begitu, otomatis seluruh bangunan kota dan penduduknya akan tersapu oleh ledakannya.

Mirla menatap cemas. "Kayzan. Apa kamu baik-baik saja?"

Patra tiba-tiba muncul di sisi Mirla, ikut menatap bekas ledakan yang kini mengeluarkan asap.

"Kayzan sepertinya dalam bahayanya. Kita harus cepat ke sana."

"Jangan dulu!" tiba-tiba seseorang menyergah. Erza menghampiri mereka. "Kekuatan itu terlalu berbahaya buat kalian. Dulu para kesatria naga banyak yang tewas akibat terkena imbas serangan ini."

"Jadi apa yang harus kita lakukan? Apa membiarkan Kayzan bertarung sendirian di sana?"

Erza menghela napas. "Tidak ada cara lain. Itulah yang harus kita lakukan. Berharap agar dia bisa memenangkan pertarungan itu."

Mirla menekuk dahinya. Dia benar-benar risau. Apakah Kayzan bisa memenangkan pertarungan itu?

"Aku percaya kamu bisa memenangkannya, Kayzan? Aku yakin kita pasti bisa kembali ke masa depan," batin Mirla.

****

Ledakan kencang terjadi begitu kekuatan u dan Varax seimbang. Tubuhku terhempas ke belakang, terseret di atas Padang rumput, terhenyak kemudian.

Zirah yang kukenakan segera terlepas dan berubah menjadi sosok Danemon. Naga biru itu ikut terhenyak, menatap lemah.

"Danemon," panggilku.

Danemon bangkit. Diriku juga berusaha untuk berdiri, namun tenagaku terasa sangat lemah, membuatku kesulitan untuk menegakkan tubuh.

Varax di depan sana mengerang kencang. Zirah yang dikenakan berubah kembali menjadi naga merah. Naga itu juga tampak terluka

"Danemon...," Entah kenapa? Naga biru itu memanggil Danemon.

"Zarika," balas Danemon tercengang.

"Kamu harus selesai semua ini.  Sebelum...Varax mengaktifkan...,"

Cahaya merah tiba-tiba menyerembak keluar dari tubuh Zarika, membuat naga itu mendeking kencang.

"Zarika!!!" Danemon mengerang kencang.

"Dasar Naga bodoh! Kau harus tunduk padaku!" suruh Varax.

"Kau harus menyelesaikan, Kakak. Aku percaya kamu bisa melakukannya.," Teriak terakhir kali Zarika, sebelum tubuhnya kembali menjadi serpihan cahaya.

Varax menggenggam erat senjata. Pedang apinya berkobar tinggi. Cahaya Zarika tiba-tiba lenyap, menuju ke tengah Padang rumput. Sebuah altar tiba-tiba terbentuk, dengan lambang Laspragam terukir di sana.

"Petarung kita belum usai," Varax menerjang maju.

Aku segera menangkis pedang. Adu pukulan terjadi antar kami. Dentingan pedang bersahutan saat kedua senjata kami bertemu.

Danemon menatapku dengan lemah. Di dalam pikirannya dia masih terngiang dengan ucapan Zarika. Entah bagaimana kabar adiknya saat ini? Namun ada setetes air mata keluar dari naga itu. Kesedihan tersirat di wajahnya.

THE DRAGON ELEMENT (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang