22. Kekuatan Mirla

24 5 1
                                    

Riuh keramaian terdengar begitu pertarungan siap dimulai. Mirla, Ifa dan Griffer mengambil duduk di tempat peserta yang akan bertarung--walau Ifa sudah bertarung sih, tugasnya hanya menemani Mirla di sana. Tersisa delapan orang Peserta, berarti tinggal empat sesi pertarungan dan latih-tanding ini akan selesai.

Mirla menghela napas cemas, dadanya berdetak kencang. Setelah tahu lawannya bukan Arfi. Mirla merasa bimbang dan ragu jika lawan yang dihadapi terlalu kuat, sehingga  membuat dirinya tak sanggup melawan.

"Kekuatan seseorang bukan diukur dari seberapa besar energi, kemampuan dan banyaknya jurus yang dikuasai. Tetapi dilihat seberapa bijak dia menggunakannya, serta kepandaian dan strategi bertarung yang mumpuni."

Mirla membuang asumsi buruk itu, teringat pesan gurunya beberapa hari lalu.

Gadis berambut panjang sebahu itu memantapkan hati, mengusir keraguan ini. Dengan dua kekuatan magna, serta bantuan Girffer yang kini resmi menjadi hewan Partner setianya. Mirla yakin bisa menghadapi lawannya. 

Juru pertarungan menaiki atas panggung, menyapa seluruh penonton. Riuh sorakan terdengar membahana. Walau jumlah penduduk kurang lebih empat puluh orang. Stadion ini terasa ramai oleh teriakan dan tepukan.

"Kita kembali ke pertandingan akhir pekan. Sekarang kita memasuki sesi ke sebelas. Kira-kira siapa yang akan bertarung kali ini?" Juru pertandingan menggantungkan suara, membuat penasaran.

Mirla mengepal tinju, siap jika namanya dipanggil.

"Tanpa menunggu lama. Kita panggil Abbey dari fase Pengguna. Pemilik kekuatan Telekinesis. "

Abbey yang duduk tak jauh dari tempat Mirla bergegas menuju lapangan. Dia adalah gadis yang sangat menganggumi Kayzan, sekaligus yang membuat Mirla risih karena kedekatannya dengan sahabatnya. Mirla bukannya cemburu, dia tidak tak enak saja melihatnya. Tak tahu kenapa?

Abbey telah siaga di lapangan, menunggu lawan tandingnya.

"Dan sekarang kita panggil lawannya.... Mirla dari fase Pemula berserta Hewan Destoforce yang menjadi Partnernya, Griffer."

Riuh tepuk tangan terdengar. Mirla menelan ludah, tak percaya dirinya akan menjadi lawan gadis itu. Ifa menepuk pundak Mirla, memberi semangat. Mirla mengangguk mantap, berlari menuju ke lapangan dengan tampang sedikit grogi. Griffer bergegas mengikutinya.

"Sama seperti Arfi. Mirla ini terbilang murid baru, tapi beberapa hari terakhir ini dia mampu menekuni kekuatannya hingga masuk ke Fase Pemula. Dia juga seorang Partner Magis, mungkin sangat cocok menjadi lawan Abbey yang merupakan murid berbakat, " sambung Juru Pertandingan.

Mirla berhenti di depan Abbey yang memandang rendah seraya tersenyum sinis. Juru pertarungan menyuruh saling bersalaman, menandakan persahabatan. Mirla dan Abbey saling menjabat tangan.

"Siap untuk kalah, Mirla?" tanya Abbey.

"Aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Walau pangkatmu jauh di atasku. Aku akan mengalahkanmu, Abbey, " balas Mirla santai.

"Oke. Aku merasa tertantang sekarang. Pastikan kucingmu sudah siap menerima pukulanku.," dia tersenyum, mengambil posisi.

Mirla juga mengambil posisinya.

Dasar gadis sombong! Dia belum tahu seberapa hebat kemampuan kita. Akanku kasih pelajaran yang berharga untuknya, Griffer mengerung pelan. Kesal Abbey memandang rendah dirinya.

Mirla mengeluarkan sebuah gulungan kecil segenggam tangan dari tas pinggang. Tapi itu bukan gulungan biasa, di dalamnya tersimpan hewan buas yang tersegel dengan tulisan kuno. Gulungan ini merupakan pemberian gurunya. Sebagai seorang pengendali hewan, Mirla jelas membutuhkannya. Tanpa perlu mencari hewan di alam liar.

THE DRAGON ELEMENT (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang