[1]

8.9K 402 17
                                    

______________________________________

HAPPY READING
DON'T FORGET TO VOTE ☆
______________________________________

🌻🌻🌻

Suara derap langkah yang berasal dari sepasang sepatu pantofel memenuhi keheningan ruang kediaman Thomas Bimantara. Langkah kaki yang terdengar berat dan mengerikan di setiap langkahnya itu membuat para pelayan yang berada di seluruh penjuru rumah menunduk hormat kala sosok itu melewati mereka.

Genzo Bimantara.

Demikianlah orang-orang memanggil namanya. Seorang pria muda yang merupakan generasi ketiga dari keluarga Bimantara, satu dari sekian banyak keluarga terpandang yang kehadirannya sudah tidak diragukan lagi dalam dunia bisnis.

Tidak terasa sudah delapan bulan berlalu sejak Genzo kehilangan sosok gadis mungil yang sangat dia cintai. Delapan bulan terakhir menjadi hari yang sangat sulit untuk Genzo lalui seumur hidupnya. Genzo harus berjuang untuk mengembalikan kejiwaannya yang terus mengalami penurunan. Saat itu Genzo didiagnosis mengalami depresi akibat kehilangan Aneisha.

Benar.

Kehilangan Aneisha membuat Genzo terpuruk. Genzo benar-benar berada di titik terendah dalam hidupnya pada saat itu. Genzo berusaha keras untuk menerima kenyataan yang bahkan sangat sulit untuk dia yakini. Terlebih Genzo baru saja mengulangi kesalahannya yang sama pada saat itu. Tepat beberapa hari sebelum dia kehilangan Aneisha. Genzo merasa sangat bersalah. Rasa bersalah dan ketidakrelaan untuk melepas Aneisha pergi membuat kejiwaan Genzo terganggu. Alhasil Genzo seringkali berhalusinasi tentang kehadiran sosok Aneisha.

Meski begitu, Genzo harus bersyukur karena dengan kondisinya yang terpuruk seperti itu masih ada keluarga yang mendukung kesembuhannya. Thomas, Livia, dan Shena terus bergantian memberikan Genzo semangat dan motivasi untuk bangkit. Mereka terus memberikan sugesti positif kepada Genzo agar pria itu tidak lagi berada dalam dunia halusinasi yang diciptakannya seorang diri.

Perlahan namun pasti Genzo akhirnya bisa kembali seperti semula. Bahkan kini Genzo sudah mengambil alih salah satu perusahaan properti milik Axana Group. Tetapi Genzo berubah. Sosok Genzo tidak lagi sama seperti dahulu. Tidak ada lagi sosok Genzo yang selalu tersenyum. Tidak ada lagi sosok Genzo yang manja pada Livia. Tidak ada lagi sosok Genzo yang jahil pada Shena. Semua yang ada pada diri Genzo seolah ikut menghilang bersama dengan kepergian Aneisha.

Kini Genzo menjadi pria yang seolah tidak tersentuh. Genzo tidak lagi pernah tersenyum di hadapan siapapun, sekalipun itu hanya kepada Livia. Genzo juga semakin tidak bisa mengendalikan emosinya. Genzo seringkali marah pada siapapun yang melakukan kesalahan, meski hanya kesalahan kecil. Genzo ingin semuanya sempurna. Tidak ada celah sedikit pun bagi siapapun untuk bisa berbuat kesalahan. Karena Genzo tidak ingin mengulangi hal yang sama lagi. Dia tidak ingin kehilangan lagi.

Genzo meyakini kepergian Aneisha adalah kesalahannya. Andaikan waktu itu Genzo tidak meninggalkan Aneisha seorang diri di bandara, mungkin ini semua tidak akan terjadi. Andaikan waktu itu Genzo tidak membiarkan Aneisha pulang bersama dengan supir, mungkin Aneisha masih ada di sampingnya saat ini.

Kecelakaan itu terjadi karena supir yang mengantar Aneisha pulang bekerja dalam keadaan mengantuk. Kelalaian supir itu membuat mobil yang dia kendarai menabrak beton pembatas jalan tol. Supir itu langsung meninggal di tempat. Sementara Aneisha meninggal di rumah sakit.

Lihat, semua itu adalah salah Genzo. Andai Genzo bisa memaksa Aneisha untuk ikut dengannya ke Amerika, itu semua pasti tidak akan terjadi. Aneisha tidak akan meninggal dalam kecelakaan tunggal itu. Akal sehat Genzo terus saja menolak kenyataan bahwa Aneisha sudah pergi dari dunia ini. Karena itu jugalah, setelah dinyatakan sembuh dan berhasil mengambil alih perusahaan, Genzo kembali menyelidiki kasus kecelakaan yang menimpa Aneisha. Dia juga mengerahkan orang-orang kepercayaannya untuk mencari keberadaan Aneisha.

GENZO : REMORSEFULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang