[15]

5.7K 283 6
                                    

______________________________________

HAPPY READING
DON'T FORGET TO VOTE ☆
______________________________________

🌻🌻🌻

Genzo menatap Aneisha tajam. “aku enggak akan biarin kamu pergi lagi Ai. Aku enggak mau kehilangan kamu lagi. Kalau perlu aku bakalan kurung kamu di sini biar kamu enggak bisa pergi dari aku lagi”

“Lo mau ngurung gue? Silahkan. Tapi jangan salahin gue kalau gue semakin benci sama lo” geram Aneisha menahan kesal pada Genzo.

“Terserah. Satu hal yang harus kamu tau, kamu itu milik aku Ai. Selamanya akan jadi milik aku. Mau atau pun enggak mau kamu harus kembali sama aku”

Aneisha mendengus. Dia tersenyum miring menatap Genzo. “kenapa? Kenapa gue harus balik sama orang kayak lo. Lo lupa apa yang udah lo lakuin ke gue. Gue emang udah maafin lo, tapi buat balikan sama lo lagi? Never! Ngimpi aja lo sana bisa balikan sama gue”

Genzo menggeleng lemah. Tidak. Dia tidak ingin kelihangan Aneisha lagi untuk yang kedua kalinya. Genzo tidak akan mengizinkan itu terjadi. Tidak akan Genzo biarkan Aneisha pergi lagi dari kehidupannya. Cukup delapan bulan lamanya Genzo menderita tanpa kehadiran Aneisha. Kali ini biarkan Genzo memohon pada Aneisha agar gadis itu tidak pernah pergi dari hidupnya lagi.

Genzo menekuk kedua lututnya ke bawah. Dia berlutut tepat di hadapan Aneisha. Hal tiba-tiba yang dilakukan Genzo tentu membuat Aneisha terkejut. Peran apalagi yang sedang dimainkan pria itu sekarang hingga membuatnya mau untuk berlutut seperti ini di hadapan Aneisha.

Genzo menatap kedua mata Aneisha sayu. “Maaf Ai. Aku bener-bener minta maaf sama kamu. Maafin semua kesalahan yang udah aku lakuin ke kamu. Aku tau, semua yang aku lakuin itu nyakitin hati kamu. Aku tau kata maaf aja enggak akan cukup buat ngungkapin rasa bersalah aku ke kamu. Tapi please jangan tinggalin aku lagi, Ai”

Aneisha tertawa remeh. “lo lupa kalau gue tiga kali mergokin lo ciuman sama cewek lain. Oh, yang ketauan sama gue ada tiga, kalau yang enggak ketauan sama gue ada berapa? Lima? Tujuh? Sepuluh? Atau bahkan lo gonta ganti cewek tiap hari? Lo tau, lo itu cowok paling brengsek yang pernah gue kenal”

Aneisha menghempaskan tangan Genzo kasar dari pergelangan tangannya. “so please stop begging me. Because I’m really tired of hearing all the bullshit from you. You apologize to me, I forgive you. But to get back with you, it will never happen again

Usai mengatakan itu Aneisha melangkah pergi menjauhi Genzo. Dia berjalan cepat keluar dari kamar Genzo. Kedua tangannya mengepal erat berusaha untuk menahan mati-matian semua rasa kesal yang menyelimuti relung hatinya. Aneisha marah. Aneisha sedih. Aneisha kecewa. Semua itu rasanya bercampur manjadi satu di dalam hati Aneisha.

Namun sialnya belum sempat Aneisha menggapai pintu apartemen, Genzo sudah terlebih dahulu menahan lengan Aneisha. Dia memutarkan tubuh Aneisha paksa. Dia mendorong Aneisha menyandar pada dinding penthouse. Lalu tanpa permisi Genzo mencium bibir Aneisha.

Aneisha yang tidak terima dengan perlakuan semena-mena Genzo tentu membuat Aneisha berontak. Dia memukul-mukul dada bidang Genzo bermaksud meminta pria itu untuk melepaskan pagutan bibirnya di bibir Aneisha. Ciuman Genzo kali ini bukan ciuman lembut yang biasa Aneisha dapatkan. Ciuman kali ini terasa lebih kasar dan menuntut. Genzo seolah ingin memberitahu kepada Aneisha bahwa hanya dialah pemegang kendali di antara dirinya dan Aneisha.

Setelah berbagai usaha yang Aneisha lakukan, akhirnya dia berhasil melepaskan pagutan bibir Genzo dari bibirnya. Dengan amarsh yang menggebu Aneisha melayangkan sebuah tamparah keras kepada Genzo.

Aneisha menatap Genzo tajam. “LO BENER-BENER BRENGSEK!”

Genzo tersenyum miring. Dia menatap Aneisha tanpa rasa bersalah. “Bibir kamu masih sama, manis”

Aneisha mengepalkan kedua tangannya kesal. “Denger ya Kak, kelakuan lo barusan bikin gue yakin untuk enggak pernah nerima lo lagi. Selamat, lo kehilangan gue lagi. You nailed it jerk!

Dengan perasaan menggebu Aneisha berjalan cepat meninggalkan Genzo. Dia tidak peduli dengan reaksi Genzo atas perkataannya tadi. Lagipula untuk apa dia peduli dengan reaksi pria brengsek itu. Hanya membuang-buang waktu saja.

“Aaakh!”

Aneisha meringis kesakitan saat kedua lututnya tiba-tiba terasa ngilu. Ini sakit. Percayalah ini sangat sakit. Aneisha ambruk begitu saja ketika kedua lututnya yang terasa sakit itu tidak mampu lagi menopang bobot tubuhnya sendiri. Kedua tangan Aneisha refleks memegang kedua lututnya yang kesakitan.

“Ai!”

Genzo panik sepanik-paniknya saat melihat tubuh mungil Aneisha ambruk di atas lantai penthouse. Dengan segera Genzo berlari mendekat kepada Aneisha. Dia memerhatikan wajah kesakitan Aneisha yang terlihat begitu jelas. Lihat saja wajah merah padam Aneisha tadi sudah berubah menjadi pucat tak berdarah.

“kenapa? Kamu kenapa? Mana yang sakit?”

Aneisha mengiggit bibirnya menahan rasa sakit. “s..sakit Gen. Sakit..”

Tidak ingin melihat raut kesakitan Aneisha lebih lama lagi, secepat kilat Genzo mengangkat tubuh mungil Aneisha ke dalam gendongan bridalnya. Lalu tanpa pikir panjang Genzo membawa Aneisha keluar dari penthouse. Genzo akan membawa Aneisha ke rumah sakit sekarang juga.

Bertahan Ai.. Please bertahan..

🌻🌻🌻

____________________________________

SEE YOU IN THE NEXT CHAPTER
DON'T FORGET TO VOTE ☆

Anyway, you can call me Debibu 🧡
____________________________________

GENZO : REMORSEFULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang