[17]

5.2K 246 1
                                    

______________________________________

HAPPY READING
DON'T FORGET TO VOTE ☆
______________________________________

🌻🌻🌻

Genzo melangkah perlahan memasuki kediaman megah milik Thomas Bimantara. Tadi saat Aneisha bangun, gadis itu merajuk ingin segera pulang dari rumah sakit. Genzo tentu tidak mengabulkan permintaan Aneisha begitu saja. Terlebih kondisi Aneisha yang tidak sedang dalam keadaan baik-baik saja. Alhasil lelah berontak ingin pergi dari kamar rawat inapnya, Aneisha mendiamkam Genzo sejak siang hingga sore hari. Aneisha tidak mau berbicara satu patah kata pun kepada Genzo meski Genzo sudah membujuknya dengan berbagai cara.

Hingga akhirnya Genzo bertanya sekali lagi kepada dokter yang bertugas tentang kondisi terbaru Aneisha. Beruntung dokter mengatakan kondisi Aneisha sudah jauh lebih baik setelah mendapatkan perawatan serius oleh tim dokter. Dokter juga mengatakan Aneisha tidak perlu dirawat inap. Hanya saja Aneisha membutuhkan istirahat yang cukup selama beberapa hari.

Alhasil demi bisa membuat Aneisha tersenyum lagi, Genzo akhirnya memutuskan untuk membawa Aneisha ke rumah kedua orang tuanya. Selain karena agar bisa dekat dengannya, Genzo juga memikirkan tentang keamanan Aneisha. Di sana sudah pasti banyak pelayan yang bisa membantu Genzo untuk mengawasi Aneisha. Selain itu ada juga Thomas, Livia, serta Shena yang menginap sejak kemarin di kediaman Thomas Bimantara.

Langkah kaki Genzo yang terdengar berat membuat Livia yang sedang duduk di sofa ruang keluarga sontak menolehkan kepalanya ke arah Genzo.

"Gen, kenapa baru pulang? Darimana aja kamu?" tanya Livia pada Genzo yang berjalan pelan menyusuri rumah. "eh itu siapa yang kamu gendong?"

"Ai"

Jawaban kelewat singkat Genzo membuat Livia, Shena, dan Thomas yang memang tengah berkumpul bersama di ruang keluarga kompak menolehkan kepalanya ke arah Genzo. Dari tempat mereka berada, ketiganya bisa melihat Genzo sedang menggendong bridal seorang perempuan yang tengah memejamkan mata menyender pada dada bidang Genzo.

Livia mengernyit heran. "Ai? Maksud kamu Asha?"

Enggan menanggapi pertanyaan Livia membuat Genzo malah terus meneruskan langkah kakinya menuju lift. Dia akan membawa Aneisha untuk beristirahat di kamar miliknya yang ada di rumah ini.

Melihat keterdiaman Genzo lantas membuat Livia dan Shena berjalan cepat menyusul Genzo. Namun sayang belum sempat mereka masuk ke dalam lift, pintu lift sudah terlebih dahulu menutup.

Genzo membaringkan Aneisha di atas ranjang tidur miliknya. Dia duduk terdiam memandang Aneisha yang memejamkan mata. Tadi saat dalam perjalanan pulang, Aneisha kembali tertidur. Mungkin Aneisha kelelahan karena merajuk pada Genzo sepanjang hari ini. Aneisha juga belum tau kalau Genzo membawanya ke rumah Thomas sebab tadi Genzo bilang akan membawa Aneisha ke penthouse miliknya.

Tidak lama kemudian Livia, Shena, dan Thomas masuk ke dalam kamar Genzo dengan rusuh. Mereka - lebih tepatnya Livia dan Shena - berlari cepat menuju kamar Genzo. Mereka ingin segera membuktikan perkataan Genzo tadi kalau yang ada di dalam gendongannya adalah Aneisha.

Livia dan Shena kompak terdiam saat kedua mata mereka mampu menangkap bayangan Aneisha yang tengah tertidur di atas ranjang milik Genzo. Langsung saja Livia mendekati Aneisha. Genzo yang melihat Livia dan Shena ingin mendekat, kemudian berangsur bangkit dan memberikan ruang kepada kedua wanita itu untuk melihat Aneisha lebih dekat.

Tangan kanan Livia terulur untuk menangkup pipi kiri Aneisha. Dia mengelus pipi Aneisha lembut. "ini beneran kamu, Sayang? Ini beneran Asha Sayangnya Mami? Ini beneran Asha calon mantu kesayang Mami? Ya Tuhan, terimakasih sudah mengembalikan Asha pada kami"

Rasa bahagia yang tidak bisa dibendung membuat Livia menangis. Tangis bahagia yang selama ini dia impikan. Melihat calon menantu kesayangannya hadir kembali di dalam kehidupan mereka. Livia merasa ini suatu keajaiban bisa melihat Aneisha lagi dengan kedua matanya sendiri.

Livia menoleh kepada Genzo. "Mami butuh penjelasan, Genzo"

Genzo akhirnya menjelaskan bagaimana Aneisha bisa ada bersama dirinya. Ternyata sejak kehilangan Aneisha, Genzo meletakkan kamera pengintai di dalam kamar kos gadis mungil itu. Genzo yang tidak percaya akan kematian Aneisha berpikir suatu saat nanti Aneisha akan kembali. Karena itulah Genzo meletakkan kamera pengintai bermaksud untuk mengawasi kamar kos Aneisha apabila gadis itu kembali.

Benar saja, Aneisha kembali. Berkat kamera pengintai itulah Genzo bisa mengetahui keberadaan Aneisha tadi malam. Mengetahui Aneisha ada di dalam kamar kos membuat Genzo segera meluncur menuju kos Aneisha. Dia lantas membawa Aneisha ke penthouse miliknya.

Sudah jelas bukan alasannya kenapa?

Genzo tidak ingin kehilangan Aneisha lagi.

Genzo berusaha untuk membuat Aneisha selalu berada di dalam pengawasannya.

Genzo melirik kepada Thomas yang sedari tadi diam. Thomas bahkan tidak repot-repot berteriak antusias karena melihat kedatangan Aneisha. Hal itu tentu membuat Genzo curiga. Pasalnya selama ini Thomas selalu terlihat antusias saat melihat Aneisha. Wajar saja, Thomas dan Livia kan sudah menganggap Aneisha seperti anak mereka sendiri.

"apa yang Papi sembunyiin dari kita semua?" tanya Genzo to do point pada Thomas.

Thomas tersenyum kecil. Genzo memang selalu bisa diandalkan. "kita bicarakan di luar. Kasihan Asha butuh istirahat sekarang"

Usai mendengar titah Thomas, akhirnya mereka keluar dari kamar Genzo. Mereka kemudian berkumpul di ruang santai yang ada di lantai dua rumah. Baik Genzo, Livia, maupun Shena memandang Thomas menuntut ingin mengetahui hal apa yang sebenarnya ingin dibicarakan oleh laki-laki itu.

"Papi udah tau semuanya. Semua hal yang terjadi sama Asha delapan bulan yang lalu" ujar Thomas memulai cerita.

Thomas kemudian menceritakan bahwa sebenarnya dia sudah tau Aneisha masih hidup satu minggu yang lalu. Radiyan yang memberitahunya mengenai hal itu. Radiyan menceritakan semua hal yang dia tau tentang Aneisha dan Liam. Radiyan juga menceritakan bagaimana kondisi Aneisha setelah kecelakaan itu terjadi. Terakhir Radiyan juga meminta maaf atas perbuatan Liam yang tidak bisa dibilang benar karena secara tidak langsung perbuatan Liam itu yang menjadi penyebab Genzo mengalami depresi pada waktu itu.

Keheningan melanda ruang santai yang ditempati oleh keempat orang itu. Mereka tidak menyangka Aneisha menjalani kehidupan rumit itu sendirian. Terlebih kondisi Aneisha cukup memprihatinkan setelah kecelakaan itu terjadi.

Koma.

Hilang ingatan.

Cedera lutut parah.

Semua itu bukanlah hal yang mudah untuk dilalui Aneisha selama delapan bulan ke belakang. Livia dan Shena mengerti alasan yang membuat Liam dengan berani melakukan hal itu kepada Aneisha. Darah posesif dan protektif Bimantara juga mengalir deras pada keturunan Behzad. Wajar saja Widjaya Bimantara dan Baskara Behzad adalah kakak beradik. Sehingga mau tidak mau darah itu mengalir deras memenuhi diri masing-masing keturunan mereka.

Lain dengan Livia dan Shena yang bisa memaklumi perbuatan Liam, Genzo sang rival utama tentu tidak bisa memaklumi itu. Enak saja Liam membawa Aneisha kabur tanpa izin darinya. Persetan dengan ikatan persaudaraan. Genzo hanya ingin membalas perbuatan Liam saat ini juga.

"Easy boy. All of this happened because of your fault. If only you hadn't cheated on Asha again, maybe none of this would have happened " ujar Thomas saat melihat rasa amarah mulai menyelimuti Genzo.

"ENGGAK BISA PI! KARENA DIA AKU KEHILANGAN ANEISHA DELAPAN BULAN YANG LALU. AKU HARUS BALAS DENDAM SAMA DIA SEKARANG JUGA" teriak Genzo menggebu-gebu seriring dengan rasa amarah yang terus menumpuk di dalam hatinya.

Livia menggenggam tangan Genzo erat. "Sabar dulu, Sayang. Jangan emosi gini"

JDEERR

"AAKHH!"

🌻🌻🌻

____________________________________

SEE YOU IN THE NEXT CHAPTER
DON'T FORGET TO VOTE ☆

Anyway, you can call me Debibu 🧡
____________________________________

GENZO : REMORSEFULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang