[24]

4.2K 232 9
                                    

______________________________________

HAPPY READING
DON'T FORGET TO VOTE ☆
______________________________________

🌻🌻🌻

Sinar mentari pagi yang bersinar cerah mampu menghangatkan siapa saja yang merasakan sinarnya itu. Dunia yang tadinya kelam kini beralih menjadi terang benderang membuat siapa saja mampu menikmati keindahan dunia di kala siang.

Suara tawa yang saling bersahutan nampak jelas terdengar dari salah satu sudut bangunan. Di sana ada Aneisha dan Zetta yang kompak berjalan berdampingan dengan wajah penuh kegembiraan di pagi hari yang cerah ini. Entah apa yang mereka bicarakan hingga mampu membuat keduanya tertawa bahagia seperti itu.

Suara tawa keduanya mendadak terhenti saat netra mereka masing-masing mampu menangkap bayangan seorang pria yang berdiri menyandar di sisi samping mobil dengan tangan kanannya yang membawa sebuah buket bunga mawar pink berukuran besar dan di tangan kirinya ada sebuah paper bag salah satu brand tas ternama dunia.

Suara tawa keduanya mendadak terhenti saat netra mereka masing-masing mampu menangkap bayangan seorang pria yang berdiri menyandar di sisi samping mobil dengan tangan kanannya yang membawa sebuah buket bunga mawar pink berukuran besar dan di tanga...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aneisha dan Zetta kompak saling pandang satu sama lain. Seolah berbicara melalui tatapan itu. Kalian tau kan, peempuan itu bisa saling berkomunikasi hanya melalui tatapan mata saja? Itulah yang istimewa dari seorang perempuan.

"Itu Genzo kan? Gue enggak salah lihat kan Sha? Ngapain dia nangkring pagi-pagi di kosan kita. Mana bawa bunga segede itu lagi" bisik Zetta heran pada Aneisha.

Aneisha mengendikkan kedua bahunya. "mana gue tau, Ta. Emang gue dukun apa"

Zetta berdecak sebal mendengar jawaban Aneisha. "lo samperin sana. Gue yakin dia nangkring pagi-pagi di kosan kita buat ketemu sama lo"

Aneisha dan Zetta lantas melanjutkan langkah mereka menuju gerbang kos yang dijaga oleh Pak Wawan. Namun pangilan dari Genzo membuat kedua langkah mereka terhenti.

"Ai.."

Aneisha menghentikan langkah kakinya tepat dua langkah setelah melewati Genzo. Dengan enggan dia memutarkan badannya agar bisa menghadap ke arah Genzo seutuhnya. Aneisha memiringkan kepala berusaha untuk bertanya kepada Genzo ada apa pria itu memanggil dirinya.

Genzo mengulurkan bunga yang dia pegang ke depan. "buat kamu"

Aneisha menhembuskan napas pelan. "Gen, aku rasa kamu masih inget dengan jelas apa yang aku bilang tadi malem. So pelase, stop doing this things to me. Kamu enggak perlu repot-repot buat ngelakuin ini semua kalau cuma karena mau minta maaf sama aku. Aku udah maafin kamu kok. Jadi kamu enggak perlu lagi lakuin hal kayak gini. Kamu cukup urus aja urusan kamu sendiri dan aku urus urusan aku sendiri. I'm really sorry, but I have to go now "

Usai mengatakan itu, Aneisha berjalan mendekat pada mobil Zetta. Tanpa menoleh lagi kepada Genzo, Aneisha masuk dengan yakin ke dalam mobil Zetta.

Aneisha menoleh pada Zetta. "yok berangkat"

"lo yakin mau ninggalin Genzo di sana sendirian?" tanya Zetta ragu.

Aneisha mengangguk. "enggak usah perduliin dia. Mending kita cepetan berangkat sebelum telat di kelasnya Pak Bambang"

Mendengar jawaban Aneisha membuat Zetta menjalankan mobilnya ragu. Dia bisa melihat Genzo yang masih setia berdiri di tempatnya tadi dengan kedua tangan yang terisi oleh buket bunga dan paper bag. Zetta yakin paper bag itu adalah hadiah untuk Aneisha.

"Sha, lo beneran enggak mau ambil itu paper bag? Dior loh itu Sha" seru Zetta gemas.

Aneisha berdecak sebal. "lo masih mikirin itu sekarang Ta? Udah basi tau. Astaga temen gue dodol banget sih"

Bagaimana Aneisha tidak kesal, pasalnya mereka sudah jauh meninggalkan bangunan kos yang mereka tinggali dan Zetta baru mengatakan hal itu sekarang. Emang minta dihajar ini si Zetta.

"Sha, gue rasa kali ini Genzo beneran serius nyesel deh sama kesalahan dia yang kemaren. Lo lihat sendiri kan, mana pernah Genzo mau ditolak. Tapi tadi dia diem aja pas lo nolak bunga dari dia. Lo tau kan gimana keselnya gue sama tu anak, tapi kali ini gue rasa dia beneran serius sama lo" ujar Zetta hati-hati.

Aneisha menoleh kepada Zetta. "gue enggak tau, Ta. Gue bingung. Gue takut jawaban gue bikin gue sakit hati lagi. Bohong banget kalau gue udah enggak sayang lagi sama dia. Naif banget gue rasanya kalau gue bilang kayak gitu. Tapi gue takut, Ta. Gue terlalu takut buat mulai semuanya lagi. Gue tau sebaik apa dia sama gue. Tapi gue juga tau sebrengsek apa dia di belakang gue. Dia itu kayak malaikat dan dajjal sekaligus di mata gue"

"Lo beneran yakin nutup hati lo buat dia?"

Aneisha mengangguk ragu. "gue rasa iya. Genzo udah keterlaluan. Gue emang bilang udah maafin dia. Tapi setelah gue pikir lagi, gue udah terlalu banyak ngasih dia kesempatan"

"Kalau dia bener-bener nunjukin keseriusan dia buat berubah gimana? Lo yakin enggak bakalan goyah karena itu?"

Aneisha memandang lurus ke depan. "gue cuma pengen bahagia sekarang, Ta. No more drama again "

"kalau bahagia lo ada sama dia gimana? Gue tau dia emang brengsek, brengsek banget malahan. Tapi lo tau kan, dia cinta mati sama lo. Dia bakalan ngelakuin apa aja buat dapetin lo balik"

"gue enggak tau, Ta. Semuanya terlalu rumit buat gue" lirih Aneisha pelan.

Zetta menghembuskan napas pelan. Baiklah. Ini adalah masalah antara Aneisha dan Genzo. Dia tidak memiliki hak apapun untuk ikut campur di dalamnya. Zetta hanya orang asing bagi hubungan mereka. Dia tidak berhak ikut campur dalam kerumitan kisah percintaan Aneisha dan Genzo. Biarlah Aneisha dan Genzo yang menyelesaikan sendiri permasalah percintaan mereka yang rumit ini.

🌻🌻🌻

____________________________________

SEE YOU IN THE NEXT CHAPTER
DON'T FORGET TO VOTE ☆

Anyway, you can call me Debibu 🧡
____________________________________

GENZO : REMORSEFULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang