[27]

3.9K 251 2
                                    

______________________________________

HAPPY READING
DON'T FORGET TO VOTE ☆
______________________________________

🌻🌻🌻

Genzo semakin mengeratkan lingkaran tangannya pada pinggang Aneisha saat dirinya dan Aneisha melangkah beriringan memasuki lobby perusahaan. Genzo memandang lurus ke depan tidak mempedulikan berbagai tatapan penasaran seluruh karyawan kantor yang berada di lobby. Pasalnya baru kali pertama mereka melihat Genzo memasuki perusahaan bersama dengan seodang wanita. Terlebih lagi Genzo merangkul pinggang wanita itu penuh kemesraan.

Lain dengan Genzo yang acuh, lain lagi dengan Aneisha yang tampak malu-malu. Tadi saat selesai menyantap makan siang di Restoran Nasi Padang, Genzo membawa Aneisha ke kantor. Genzo bilang ada hal mendesak yang harus dia urus. Aneisha yang menolak dibawa ke kantor hanya bisa pasrah saat Genzo secara halus memaksa dirinya. Genzo dan segala tipu muslihatnya adalah kelemahan Aneisha.

Aneisha diam-diam mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru lobby. Dia memerhatikan satu per satu wajah karyawan yang ada di sana. Aneisha bisa melihat raut penasaran dari seluruh karyawan. Tetapi mereka tidak menunjukkan itu secara gamblang. Seperti ada rasa takut saat mereka menatap Genzo.

Melihat raut para karyawan itu membuat Aneisha melirik Genzo yang memasang wajah kelewat datar miliknya. Bukan hanya datar, siapapun yang melihat Genzo dengan wajah seperti ini sudah pasti akan bergetar ketakutan. Pantas saja para karyawan itu menatap Genzo takut-takut.

Galak banget dah jadi Boss

Genzo mendudukkan Aneisha di sofa saat mereka sampai di ruang kerja milik Genzo. “Aku ada meeting sebentar di sebelah. Kamu tunggu aku di sini. Inget, jangan kemana-mana. Awas aja kalau aku udah selesai meeting nanti kamu enggak ada di sini. Kalau kamu butuh apa-apa, kamu tinggal bilang aja ke Tara, dia sekretaris pribadi aku”

Aneisha melirikkan matanya ke arah wanita bernama Tara yang berdiri di sebelah Eros. Tara nampak sangat cantik dengan blouse dan rok span selutut yang mampu menampilkan lekuk tubuhnya yang tinggi semampai itu.

“Dia cuma sekretaris aku, enggak lebih” bisik Genzo di telinga Aneisha seolah tau maksud dari tatapan Aneisha pada Tara.

Aneisha mencebik sebal. “apaan sih. Udah sana kamu pergi meeting. Kasihan mereka nungguin kamu daritadi”

Genzo tersenyum lebar. Dia mengelus kepala Aneisha sayang. Sebelum pergi Genzo menyempatkan diri untuk mengecup pipi kiri dan puncak kepala Aneisha. Mendapat perlakuan tiba-tiba seperti itu dari Genzo membuat Aneisha salah tingkah. Kenapa sih Genzo itu suka sekali menciumnnya di depan banyak orang.

Emang dasar urat malunya udah putus

Setelah kepergian Genzo dan Eros, tinggallah Aneisha berdua dengan Tara di dalam ruang kerja Genzo. Aneisha memerhatikan tangan kanan Tara yang tersenyum lebar padanya.

“Perkenalkan Bu, saya Tara. Sekretaris Pribadi Bapak Genzo” ujar Tara dengan senyum lebar.

Aneisha ikut tersenyum. “Hai Mbak Tara. Salam kenal ya, aku Aneisha. Anyway, Mbak jangan panggil aku Ibu ya. Mbak bisa panggil aku Asha aja”

Tara tersenyum pada Aneisha. “kalau seperti itu boleh saya panggil dengan Nona Aneisha saja? Tidak sopan rasanya kalau saya memanggil Nona dengan sebutan nama saja”

Aneisha berpikir sejenak. Lalu menganggukan kepala menyetujui permintaan Tara. “oh iya kalau Mbak Tara lagi banyak kerjaan, boleh dilanjutin aja lagi Mbak. Aku enggak papa kok ditinggal sendirian di sini. Maaf ya udah ngerepotin Mbak Tara”

“Tidak Nona. Pak Genzo sudah memberikan saya amanat untuk menemani Nona di sini sampai Pak Genzo kembali dari meeting. Jadi sudah seharusnya saya berada di sini untuk menemani Nona. Apa ada yang Nona butuhkan. Atau mungkin Nona mau saya ambilkan minum?”

Aneisha menggeleng. “enggak Mbak. Enggak usah. Aku baru banget selesai makan Nasi Padang tadi. Nih lihat perut aku jadi buncit begini karena kebanyakan nambah”

Tara tersenyum lebar mendengar pengakuan Aneisha yang terlihat sangat menggemaskan. Sebelum benar-benar pamit undur diri, Tara juga menjelaskan kepada Aneisha bahwa ada kamar pribadi Genzo di dalam ruang kerja ini. Aneisha bisa masuk ke dalamnya dan beristirahat di sana.

Aneisha mengedarkan pandangan ke sekeliling. Dia memerhatikan satu per satu barang yang ada di ruang kerja Genzo. Hampir seluruh barang yang ada di ruangan ini berwarna hitam. Ciri khas seorang Genzo sekali. Warna hitam yang ada hampir di seluruh barang kemudian dipadukan dengan warna abu-abu yang membuat kemaskulinitas ruang kerja Genzo ini semakin terasa.

Aneisha meletakkan tote bag miliknya di atas meja. Dia berjalan mendekat ke arah meja kerja Genzo. Di sana ada satu buah komputer dan juga laptop yang Aneisha yakini sebagai laptop pribadi milik Genzo. Selain itu ada juga beberapa peralatan kantor lainnya, seperti alat tulis dan juga berkas-berkas penting.

Kedua mata Aneisha berhenti berpendar ketika dia melihat satu buah frame foto yang terpajang sempurna di bagian kiri meja kerja Genzo. Tanpa diberitahu pun Aneisha bisa melihat dengan jelas foto-fotonya yang terpampang di dalam frame foto itu. Di frame itu ada dua foto polaroid yang disusun vertikal ke bawah.

Foto pertama adalah foto saat Aneisha tersenyum lebar.

Foto kedua adalah foto Aneisha yang sedang melakukan duck face.

Tapi tunggu dulu.

Ini seperti foto polaroid yang ada di kamar kosnya. Memang di kamar kosnya, Aneisha membuat sebuah photo section di dinding kamar kosnya. Dia membentangkan tali jerami dan menjepit beberapa foto polaroidnya di sana.

Genzo nyolong foto di kosan gue? Wtf! Emang akhlakless banget itu anak

Malas memikirkan kelakuan Genzo yang dengan seenaknya mengambil foto polaroidnya dari kamar kos, Aneisha memilih untuk mendudukkan dirinya di sofa yang ada di sana. Aneisha kemudian mengambil ponsel dan memulai aksinya berselancar di dunia maya.

🌻🌻🌻

____________________________________

SEE YOU IN THE NEXT CHAPTER
DON'T FORGET TO VOTE ☆

Anyway, you can call me Debibu 🧡
____________________________________

GENZO : REMORSEFULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang