[18]

5.1K 282 14
                                    

______________________________________

HAPPY READING
DON'T FORGET TO VOTE ☆
______________________________________

🌻🌻🌻

JDEERR

“AAKHH!”

Suara gemuruh kilat yang mengalun keras di udara terdengar bersahutan dengan suara teriakan Aneisha. Mendengar teriakan kelewat keras milik Aneisha membuat Genzo dan yang lain kompak menolehkan kepala mereka ke arah kamar Genzo. Merasa ada yang tidak beres dengan Aneisha lantas membuat Genzo melangkahkan kakinya cepat menuju kamar miliknya.

Genzo membuka kasar pintu kamar. Kedua matanya mengedar mencari keberadaan Aneisha saat dirinya tidak menemukan gadis mungil itu di atas ranjang miliknya. Genzo tersentak saat melihat Aneisha tengah meringkuk sambil menutup kedua telinganya di atas lantai. Lebih tepatnya di samping kiri ranjang tidur. Dengan segera Genzo menghampiri Aneisha.

Genzo berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan tinggi Aneisha. Dia memegang kedua bahu Aneisha erat. Genzo bisa melihat badan Aneisha yang bergetar hebat. Air mata sudah membanjiri kedua pipi gadis itu.

JDEERR

“AAKHH!”

Aneisha lagi-lagi berteriak keras ketika suara kilat kembali terdengar di udara. Kedua tangan mungil Aneisha semakin erat menutup kedua telinganya. Bibir Aneisha bergetar hebat seiring dengan badannya yang juga ikut bergetar.

Melihat kondisi Aneisha yang terlihat tidak baik membuat Genzo menatap Aneisha bingung. Genzo menangkup kedua pipi Aneisha erat. Berusaha untuk membuat perhatian Aneisha hanya terfokus kepadanya saja.

“Ai, Hey. Ai. Ini aku.. ini aku, Genzo”

Aneisha menatap Genzo sayu dengan air mata yang terus mengalir dari kedua mata indahnya. “takut.. Ai takut banget Gen. Mobil.. mobilnya meledak”

Mendengar penuturan Aneisha membuat Genzo langsung mendekap tubuh mungil Aneisha erat. Dia mengurung Aneisha dengan kedua lengan kekarnya. Memastikan Aneisha merasa aman di dalam rengkuhan hangatnya itu.

Berada dalam rengkuhan Genzo membuat tangis Aneisha semakin mengeras. Kedua tangan mungilnya bahkan mencengkram kuat baju yang Genzo pakai. Badan Aneisha masih bergetar bersamaan dengan isak tangis yang terus mengalun menyedihkan dari bibir mungilnya.

JDEERR

Satu kali lagi kilat bergemuruh di udara. Seolah-olah mengatakan kepada seluruh semesta bahwa dia adalah penguasa langit malam ini. Suara gemuruh yang keras membuat Aneisha mendorong dada Genzo kuat. Berusaha untuk melepaskan diri dari dekapan erat pria itu.

Aneisha memandang nanar kedua kakinya. Tangannya bergetar menyentuh kedua lututnya. “sakit.. Kaki Asha sakit. Ayah, Bunda, tolong Asha.. tolong Asha.. kaki Asha kejepit.. tolong.. sakit.. sakit”

Pandangan Genzo beralih menatap kedua kaki Aneisha yang terlihat baik-baik saja. Tidak terjepit seperti yang Aneisha racaukan tadi. Sedetik kemudian Genzo teringat akan perkataan dokter yang memeriksa kondisi Aneisha tadi siang.

Trauma semu.

Apakah mungkin ini trauma semu yang dimaksud dokter itu.

Aneisha menangis keras seolah benar-benar merasakan sakit di kedua kakinya. “hiks hiks.. sakit.. tolong Asha Bunda.. Ayah tolong Asha.. hiks.. sakit”

Mendengar racauan Aneisha membuat Genzo menangkup kedua pipi Aneisha. “Hey, Hey, Ai lihat aku. Lihat aku Ai”

Aneisha menggeleng keras berusaha menolak perkataan Genzo. Melihat penolakan Aneisha membuat Genzo menghentak kedua pipi Aneisha sedikit keras. Beruntung cara Genzo itu berhasil membuat fokus Aneisha beralih sepenuhnya kepada dirinya.

Take a deep breath. Inhale.. exhale..” ujar Genzo perlahan sembari berusaha untuk membuat Aneisha tenang. “feel better?

Aneisha menatap kedua mata Genzo dengan berkaca-kaca. Bibirnya masih bergetar dengan kedua bahunya yang naik turun seiring dengan suara isakan kecil yang masih terdengar mengalun di udara. Merasa Aneisha sudah lebih tenang daripada sebelumnya lantas membuat Genzo membawa Aneisha untuk masuk ke dalam dekapan hangatnya. Genzo mengecup lama puncak kepala Aneisha. Seolah memberitahu kalau ada dirinya di sini bersama dengan gadis itu.

it’s okay. It’s okay. You’re saved now. Jangan takut lagi Ai, ada aku di sini. Aku akan jagain kamu. Jangan takut lagi. Aku pasti akan jagain kamu. Aku akan lindungi kamu dari apapun yang menyakiti kamu” ujar Genzo bersungguh-sungguh.

Aneisha mencengkram erat baju yang dipakai Genzo. “takut Gen.. Ai takut.. sakit banget rasanya Gen. Kaki Ai sakit, Genzo. Ai.. Ai sendirian. Ai sendirian nangis di sana. Darah.. ada banyak darah Genzo”

Genzo semakin mengeratkan dekapannya pada Aneisha ketika gadis itu kembali meracau ketakutan. Genzo bahkan bisa merasakan badan Aneisha yang masih bergetar. Delapan bulan setelah kecelakaan itu berlalu saja Aneisha masih ketakutan seperti ini. Bagaimana keadaan Aneisha pada saat kecelakaan itu terjadi. Tidak bisa Genzo bayangkan bagaimana kondisi Aneisha pada saat saat itu. Aneisha pasti sangat ketakutan.

Gadis mungilnya pasti sangat ketakutan.

“Maaf Ai. Maafin aku udah buat kamu jadi kayak gini. Maafin aku Ai..” ujar Genzo dengan rasa bersalah menyelimuti relung jiwanya.

“Tolong Gen.. jangan pergi.. jangan tinggalin Ai sendirian, Genzo. Ai.. Ai takut..” lirih Aneisha lagi.

Genzo menggeleng pelan. “enggak akan. Aku enggak akan pernah pergi Ai. Aku janji aku enggak akan pernah tinggalin kamu sendirian lagi. Maafin aku. Maafin kesalahan aku Ai”

I promise I will always be by your side, Little Ai

🌻🌻🌻

____________________________________

SEE YOU IN THE NEXT CHAPTER
DON'T FORGET TO VOTE ☆

Anyway, you can call me Debibu 🧡
____________________________________

GENZO : REMORSEFULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang