[40]

3.7K 209 3
                                    

______________________________________

HAPPY READING
DON'T FORGET TO VOTE ☆
______________________________________

🌻🌻🌻

Suara erangan kecil yang keluar dari bibir mungil Aneisha membuat Genzo menyadari bahwa gadis mungilnya ini baru saja kembali dari dunia fantasi miliknya di alam mimpi. Genzo tersenyum lebar kala melihat wajah bantal milik Aneisha yang terlihat sangat menggemaskan di kedua matanya. Sebuah kecupan ia daratkan di puncak kepala Aneisha seiring dengan kedua tangannya yang semakin erat memeluk gadis mungilnya itu.

“Makan dulu yuk Ai. Kamu kan belum makan daritadi pagi”

Aneisha menggeleng pelan. “Genzo kan janji beliin Ai Lava Cake”

“Iya, Lava Cakenya udah aku beliin kok. Tapi makan siang dulu ya Ai, terus minum obat. Baru deh aku bolehin kamu makan Lava Cake nya” ujar Genzo.

“Dua, kan?”

Genzo mencubit gemas hidung Aneisha. “as your wish Princess. Two Lava Cake special for you today

Aneisha tersenyum lebar. Tanpa sadar dia memeluk Genzo erat sebagai ungkapan rasa terimakasihnya pada pria itu. Genzo yang mendapat perlakuan manis dari Aneisha tentu merasa senang bukan main. Dikecupnya berkali-kali puncak kepala Aneisha demi menyalurkan rasa gemasnya pada gadis mungilnya itu.

“mau makan apa?” tanya Genzo mengelus kepala Aneisha.

Aneisha nampak berpikir. “hm.. kalau risotto boleh enggak?”

“boleh dong. Bentar, aku suruh Bi Maya bikinin kamu risotto dulu ya”

Usai mengatakan itu, Genzo kemudian menelfon pelayan bagian dapur untuk membawakan sarapan yang merangkap makan siang milik Aneisha. Selang beberapa saat, dua orang pelayan datang membawakan makan siang milik Aneisha ke dalam kamar Genzo.

Genzo yang dengan setia berada di samping Aneisha lantas mengambil alih piring berisi risotto itu. Dia dengan telaten menyuapi Aneisha yang masih dalam mode manjanya. Genzo bahkan dengan mudah membujuk Aneisha untuk menghabiskan makan siangnya itu meski Aneisha mengatakan untuk menyudahinya. Genzo dan segala bujuk rayunya adalah kelemahan terbesar Aneisha.

Genzo meletakkan dua butir obat di atas telapak tanganya. Dia kemudian menyodorkan dua butir obat itu kepada Aneisha. Seketika decakan sebal Aneisha mengalun di udara saat dia melihat dua butir obat yanga di telapak tangan Genzo.

Aneisha menatap Genzo dengan wajah melasnya. “Enggak usah minum obat ya Gen? Aku udah sehat kok. Lutut aku udah enggak sakit lagi”

Genzo menggeleng tegas. “enggak usah aneh-aneh ya Ai. Kalau kamu enggak mau minum obat nanti aku enggak jadi bolehin kamu makan Lava Cake, loh”

Mendengar perkataan Genzo lantas membuat Aneisha mengerucutkan bibirnya sebal. “jahat banget”

Genzo mengelus kepala Aneisha sayang. “Minum obat dulu ya. Cuma dua doang ini obatnya. Abis itu kita makan Lava Cake”

“aku enggak mau. Aku tuh bosen minum obat terus Genzo. Lihat, udah berbulan-bulan aku minum obat tapi tetep aja kan lutut aku kambuh terus. Minum obat enggak bikin aku sehat Genzo. Lutut aku tetep aja sakit setelah minum puluhan obat itu”

Genzo menangkup pipi kanan Aneisha. “Hey, bukan kayak gitu, Sayang. Justru obat ini yang ngebantu kamu buat sembuh lebih cepet”

Aneisha menggeleng pelan. “enggak mau Genzo, pahit”

okay, then next aku bakal request ke pharmacy company punya Om Hendrawan buat bikinin kamu obat baru biar ada rasanya. Kamu mau rasa apa?”

GENZO : REMORSEFULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang