Waktu tidak terasa tahun dan bulan sudah berganti tidak terasa kini sudah genap kepergian mew yang ke empat tahun sampai sekarang tidak ada yang bisa melupakan sosok pria tampan itu walaupun ia sangat di kenal kejam tapi tidak ayal orang-orang merindukan sosok itu.
Hari ini weekend kana sedang berdiri di balkon kamarnya melihat pemandangan hutan yang lebat terlihat sangat damai burung-burung saling meyaut satu sama lain.
Pria manis itu sudah berdiri semenjak 1 jam yang lalu pikirannya kosong begitu juga dengan tatapannya entah apa yang di pikirannya membuat tidak menghiraukan bibirnya yang sudah membiru akibat dinginnya pagi sehabis hujan tadi malam.
Tampa terasa air mata jatuh jatuh pada pipi tirusnya yang dulunya berisi kini berubah drastis dari wajah hingga tubuhnya.
Pria manis itu mati-matian menahan agar dirinya tidak meninggalkan dunia ini entah megapa hati dan fisiknya seakan ingin pergi tapi ada dari belahan dalam sana seperti menahannya sehingga membuatnya ragu.
Kana megusap air matanya kini jam menunjukkan pukul 6 kana hanya menggunakan piyama tipis semalam ia tidak bisa tidur padahal malam itu malam yang damai untuk masuk dunia mimpi serta keadaan yang damai membuat siapa saja akan memejamkan matanya dengan erat rumah yang mewah di jaga ketat tidak ada keributan suara orang ataupun kendaraan serta suara burung yang merdu membuat siapapun seakan tidak ingin bangkit dari kasur empuknya.
Tapi berbeda dengan kana ia tidak merasakan nyaman sekalipun yang ia inginkan hanya sosok hangat yang telah lama hilang sosok yang membuatnya selalu merasa nyaman dan aman.
Kana tersadar dari lamunannya mendengar suara seseorang memangilnya dari pintu kamar suara yang tidak asing orang yang sudah ia anggap ibu kandungnya itu.
"Ada apa mom"
"Apa kau sakit putri*
"Tidak"
"Lalu ada apa dengan bibirmu Kenapa bisa biru begini dan mata ini kenapa membengkak"
"Mom jangan khawatir kana baik-baik saja mungkin ini efek capek saja"
"Benarkah putri baik-baik saja"
"Hm"
"Baiklah ayo kebawah Mommy sudah masak untukmu kita makan bersama na"
"Tumben Mommy datang sepagi ini ada apa"
"Tidak ada hanya saja Mommy ingin memasak untuk putri kesayangan Mommy ini"kana tersenyum dan mereka turun menuju meja makan.
"Pagi Nyonya muda Jongcheveevat"sapa daddy jong.
"Pagi juga Daddy"jawab kana dengan pipi yang sudah memerah.
"Pagi kana"ucap mild dan boun.
"Pagi juga phi"jawab kana sambil tersenyum.
"Sudah sini piring kalian biar Mommy yang ambilkan"
"Kana bisa sendiri mom"
"Ayolah putri Mommy tidak masalah"mereka semua pun menyerahkan piring mereka masing-masing Mommy jong megambil nasi Daddy,kana,mild,dan boun bergantian.
Mereka megambil nauk masing-masing dan makan tampa berbicara ingat kan peraturan turun-temurun Jongcheveevat.
Setelah semuanya selesai makan Mommy jong membantu jane membawakan piring kotor kedapur kana ingin membantu tapi di larang oleh Mommy jong ia teringat mew melarang keras kana menyentuh barang-barang yang dapat membuat terluka bayangkan saja jika kana tidak hati-hati terus piringan pecah terkena tangan mew pasti sangat marah walaupun pria itu sudah tidak ada tetap saja orang-orang rumah selalu melarang kana apapun yang mew larang.