Gadis itu berhenti tepat di depan lokernya, membukanya dengan tergesa gesa, lantas mengambil sebungkus obat lalu membukanya, dan meminumnya dengan air yang sengaja ia taruh di dalam loker, selesai sudah ritual meminum obat serasa racun itu, ahhh shitt, begitu ampuh obat ini, baru menelannya saja terasa lebih baik
Nadya meletakan kepalanya di sisi lokernya yang masih terbuka, mencerna pertanyaan Dian di kantin tadi, apa yang harus Nadya jelaskan tentang kemoterapi? Semua itu tiba tiba berputar di kepala Nadya, "damn it" umpat nya, lantas menutup pintu loker
Ups! Nadya terkejut ketika mendapati presensi cowok perawakan tinggi di samping lokernya,
yeah, Dian masih dengan tatapan aneh nya itu
"K-kenapa ngikutin gue?"
Ah sial, kenapa nadya malah bertanya seperti itu
"Obat nya banyak ya, lo mati matian nyembunyiin penyakit Lo? Haha. Selamat y, Lo udah buat gue jadi sahabat yg gak guna" ucap Dian datar, tapi sukses nyelekit di hati Nadya
"g gitu maksudnya" Nadya menundukan kepalanya, takut ketika melihat figur tampan itu mendekat dengan tatapan yg begitu mematikan, lagi lagi tatapan itu, tatapan yg tidak pernah teruntuk kepada gadis kesayangannya
"jawab pertanyaan gue sebelumnya! Lo sakit apa? Jangan buat gue ngerasa jadi cowo gak guna, karna gak tau masalah sahabatnya sendiri" Dian menekan setiap kata yg keluar dari bibir nya
"Gue cuma sakit biasa,pusing pusing gitu, baru dua hari ini aja kok" jawab Nadya, mati Matian ia menahan butiran itu terjun dari matanya
"Bulshit! Nipu Lo?" seringai kecil muncul di bibir cowok itu
Damn it!!
Nada suara cowok itu berubah drastis dari sebelumnya
"Kemoterapi? Ngapain mau kemoterapi?" Suara itu sukses membuat tubuh Nadya terpatung, apa Dian tahu sesuatu
"Ke-kemotrapi? Apa maksudnya"
"Dokter ana-"
Nadya membulatkan matanya terkejut
"Jangn bilang Lo sakit kangker" pertanyaan itu sukses mengundang tawa garing dari bibir gadis di hadapannya
"Kangker apaaan? Kantong kering,haha, gue banyak duit, ga mungkin kekurangan duit" kekeh Nadya sambil melemparkan candaan tawa
"Ga ada yg lucu" Suara dingin itu terdengar
Yeah Nadya langsung bungkam di buatnya
"Jawab sejujur jujurnya" dingin plus datar dari bibir cowok itu kembali terdengar
"Ya'awlooh. Jadi Lo nyangka gue mau terapi terapi yg kayak orang sakit kangker itu?" Suara kekehan terdengar, ya dari gadis itu
"Bukan gue ataupun bunda yg mau kemoterapi" ujar Nadya sesantay mungkin
Dian mengernyitkan keningnya "maksudny?" Nada bicara nya mulai biasa aja
"Jadi ceritanya gini, karyawan bunda di butik, dia kena kangker tumor otak, udah lumayan sih, trus bunda sama gue mau usahain bantu dia buat sembuh, ya.. karyawan bunda gue itu udah berjasa bgt sama bunda dan juga butik bunda"
Dian masih terdiam, pandangannya menyelidik manik cewek itu, dengan cekatan Nadya memeluk tubuh tegap sahabtnya guna menetralkan agar cwok itu tidak dapat menerawang mata Nadya yg agaknya berbohong "kalo gak percaya kita telpon dokter Anna" ujar Nadya masih memeluk cowok itu
"Oke gue telpon" Nadya menjauhkan tubuhnya, merampas ponsel miliknya yg sedari tadi masih di pegang Dian, jari jemarinya lihat megetik nama seseorang lantas menekan gambar telepon dan menelponnya
KAMU SEDANG MEMBACA
This is NaDian
Roman pour Adolescents"Eh tadi kamu kesakitan ga si?" "Soalnya tadi aku liat ada bidadari jatuh dari langit, serius kamu gak papa?" 🌑🌑🌑 "Kamu bulan aku matahari, kita menerangi bumi, kamu menerangi malam aku menerangi siang, kita emang saling membutuhkan, tapi kita t...