III.

731 66 2
                                    

Jiho keluar dari kamarnya, tempat ia tidur semalam. Di pagi hari seperti ini, Mujin sudah berpakaian rapi dan sibuk berbicara di telepon. Mujin mendengar suara langkah Jiho dan memutar badannya untuk melihat gadis itu pergi ke dapur mengambil segelas air putih. Jiho tidak menyadari Mujin sedang mengamatinya.

Gadis cantik berhidung mancung dan berambut cokelat pirang panjang itu duduk di meja makan dan mengambil setangkap roti panggang yang sudah tersedia di meja, yang dimasak oleh pelayan di penthouse. Mujin mendekatinya. Hari ini Mujin menggunakan jas berwarna biru tua dan dasi berwarna abu-abu terang. Jiho berbohong jika ia mengatakan Mujin terlihat biasa saja. Pria yang sudah berumur itu terlihat sangat menawan, tampan dan aroma tubuhnya pun sangat menggoda.

"Annyeonghashimnikka," sapa Jiho sedikit membungkuk.

Mujin tersenyum tipis.

"Pagi," balasnya. "Kau akan pergi bekerja, atau kuliah?"

"Aku akan pergi bekerja, Tuan Choi."

Rasanya aneh sekali gadis itu memanggilnya Tuan.

"Panggil aku Mujin saja."

"Nde? Hmm," Jiho merasa itu tidak sopan karena perbedaan umur mereka yang cukup jauh. Tapi Jiho juga tidak ingin membuatnya jadi tidak nyaman. "Arasseo."

Mujin mengintip ke luka di sikut Jiho yang sedikit tertutup oleh lengan baju yang kebesaran itu. Sepertinya gerakan lengan Jiho sudah lebih fleksibel.

Mujin mengambil dompetnya dan mengeluarkan selembar kartu nama miliknya. Ia memberikannya kepada Jiho.

Jiho terkejut saat membaca kartu nama tersebut.

"Uhk!"

Ia buru-buru meminum air putihnya agar tersedaknya hilang. Memalukan.

"Cheosonghamnida."

"Ada apa?"

"Aku... belum pernah bertemu dan berkenalan dengan seorang CEO."

Sikap lugu Jiho membuat Mujin terhibur. Semakin manis sikapnya semakin Mujin menyukainya.

"Tujuanku bukan itu. Maksudku, simpanlah kartu namaku. Kau bisa menghubungiku jika diperlukan."

"Ah, hmm. Baiklah. Akan kusimpan," Jiho tersenyum polos.

"Seorang anak buahku nanti akan menemanimu pergi ke rumahku yang kusebutkan kepadamu semalam."

"Ah. Nde, nde. Terimakasih, Tuan—ani, Mujin-ssi."

"Tidak masalah. Aku lebih menyukai rumah itu ada yang menjaga daripada kosong seperti itu."

"Hmm, aku mengerti."

"Aku harus berangkat," Mujin melihat jam tangannya dan pergi meninggalkan gadis itu.

"Mwo? Dia sudah pergi?"

Sebelum Jiho membalasnya ia sudah menghilang dari hadapannya.

•••

Hari yang buruk bagi Jiho di kantornya. Dengan pakaian seadanya yang ia pinjam dari temannya, Chae Yoo Na, ia juga harus menghadapi klien  brengsek yang memakinya, disaat ia membela anak buahnya.

Jiho bekerja sebagai seorang supervisor di perusahaan teknologi ternama di Korea Selatan. Benar, dia adalah gadis yang pintar. Tapi itu urusan pekerjaan. Diluar pekerjaannya, Jiho adalah gadis yang masih belum banyak pengalaman.

Ia putus dengan pacarnya karena pacarnya berselingkuh dengan salah satu sahabatnya. Bayangkan, mereka sering bepergian di belakang Jiho, tapi Jiho tidak mencurigainya. Sampai akhirnya ia memergoki pacarnya berciuman dengan sahabatnya di pub semalam. Laki-laki itu merupakan kekasih pertamanya yang sudah berpacaran dengannya selama 7 tahun. Meski Jiho melakukan segalanya demi pria itu, tapi pria itu malah memanfaatkan kepercayaannya.

Strangled [Choi Mujin] - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang