XVI. 🔞

1.1K 63 19
                                    

Mujin tidak bisa mengontrol perilakunya setiap kali Jiho berada di depannya, dengan pakaian yang minim dan wajah cantik yang menggoda seperti ini. Ia bisa melihat Jiho tidak melawannya, tapi ia melawan rasa kantuk yang merupakan efek dari benzodiazepine yang diberikan Mujin di dalam air putihnya tadi. Mujin terus memberikan ciuman di bahu hingga dada gadis itu yang mulus, sambil memasukkan jari tengahnya ke dalam vagina basah itu dan ibu jarinya menstimulasi klitorisnya.

"Does that feels good?"

"Hmmh? Yes... So good..."

Jiho tidak berhenti mendesah. Tangannya meremas paha Mujin. Badannya terasa panas. Ia menikmati ciuman Mujin, ia hanya merasa khawatir karena ini tempat terbuka dan siapapun bisa melihatnya dengan keadaan hampir telanjang dan tidak berdaya seperti ini.

"Mujin... Jangan... Kita lakukan—nghhh... d-di kamar saja, hmm?"

"Ssshhh... No, no," Mujin menutup mulut Jiho dengan ciuman. Gerakan jarinya semakin cepat. "I'm going to fuck you wherever I want."

"Ohh.."

"Sudah kubilang, kamu harus menuruti apapun yang aku katakan."

"Mujin... Ahh! Pelan-pelan sayang..."

"Atau? Kamu akan keluar lagi, hmm?"

Shit.

"I make you cum so fast?"

"Mmmhh..."

Jiho memegang tangan Mujin dan berusaha mendorongnya tapi gagal karena tenaga Mujin lebih kuat. Belum sampai lima menit Jiho sudah mencapai orgasmenya lagi. Dinding vaginanya berdenyut di sekitar jari Mujin dan ia mengeluarkan cairan licin dari dalamnya. Mujin menatap wajah Jiho dengan lekat saat gadisnya itu mengalami orgasme hebat hanya menggunakan jari tengahnya.

"Fuck, I did not expect that."

Jiho mengerang menahan gejolak di dalam tubuhnya dan gerakan tangan Mujin secara bersamaan.

"Please—Mujin... Siapapun bisa melihat kita..."

"So what? It's just Choi fucking his girlfriend. No big deal."

Jiho menggigit bibirnya, cemas. Tapi ia tidak bisa berbuat apapun selain pasrah. Kepalanya terhuyung ke depan saat Mujin menggendong tubuhnya ke atas meja. Jiho tersenyum nakal dan menatap Mujin yang wajahnya sangat dekat dengan wajahnya, seolah sedang memeluknya, padahal ia sedang membuka resleting dress Jiho di belakang.

Bagaimana aku bisa menolaknya? Pria nekat ini—Dia sangat tampan.

Material dress yang terbuat dari satin itu terjatuh dengan lembut dari bahu gadis itu. Kedua buah dadanya tersingkap penuh. Angin bertiup menyapu kulit di tubuh telanjangnya.

Mujin mengambil tiga langkah mundur, dan mulai menanggalkan pakaiannya satu per satu, dengan kontak mata yang tidak pernah terlepas dari Jiho—Jas birunya, perlahan mengangkat kedua tangannya untuk membuka sweaternya, dan terakhir membuka ikat pinggang dan celananya. Jiho terlalu menikmati pertunjukan itu. Tattoo seksi itu terlihat lagi. Dan batang penis itu, milik Mujin yang pernah membuatnya menangis kesakitan, berdiri tegak dan keras—mungkin akan terasa berbeda sekarang. Sial. Sepertinya Jiho tidak bisa mengeluh lagi.

Mujin kembali mendekati Jiho, dan meraba vagina basah di depannya itu dan menepuknya lembut.

Tap, tap, tap.

"Kamu sadar? Kamu terus mengeluarkan cairan dari lubangmu yang membuatmu sekarang pasti terasa sangat becek, saat kamu melihatku membuka bajuku tadi?"

"A-aku tidak tahu..."

Strangled [Choi Mujin] - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang