XXXIX. 🔞

764 119 45
                                    

Tok... tok... tok...

Jiho menunggu sekitar 30 detik sampai ia mendengar suara Mujin. Pria itu sedang berbicara di teleponnya dan secepat mungkin mengakhiri panggilannya setelah tahu Jiho akan menemuinya.

"Masuk."

Jiho mendorong pintu kayu yang berat itu dan melangkah masuk ke dalam ruang kerja Mujin. Tidak seperti skenario di kepalanya, ia akan masuk dan mengomel kepada Mujin, Jiho malah mengamati setiap sudut ruangan itu dan membayangkan apa saja yang pernah Mujin lakukan di dalam ruangan ini. Ia mencuri pandangan kepada Mujin yang membuatnya salah tingkah karena ketampanannya hari ini. Jiho hampir lupa rasanya bagaimana rasanya melihat Mujin yang sudah berdandan rapi dan tampan setiap pagi.

"Mwo?" tanya Mujin menaiki satu alisnya melihat bahasa tubuh Jiho yang salah tingkah ketika memasuki ruangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mwo?" tanya Mujin menaiki satu alisnya melihat bahasa tubuh Jiho yang salah tingkah ketika memasuki ruangannya.

Gadis yang paling cantik di matanya itu menggunakan dress di atas lututnya dengan warna putih yang cukup menerawang, dan sebuah cardigan manis berwarna cokelat muda yang menutupi kedua lengannya. Rambut cokelat berombak-nya diikat setengah dan kedua sisinya yang panjang dibiarkan tergerai di dadanya.

Kamu cantik sekali, Lee Jiho-ku.

"A-aniya."

Gengsi dan sifat keras kepala Jiho memang sama besarnya. Ia berdiri di depan meja kerja Mujin dan menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya.

"Katakan apa yang kamu inginkan."

"Berikan barangku yang kamu ambil," ujar Jiho tegas.

"Kamu pikir semudah itu mengambilnya dariku?"

"Apa yang kamu inginkan dariku?"

Mujin bangun dari duduknya, perlahan berjalan ke hadapan Jiho—gadis itu mengambil satu langkah mundur. Kegugupan Jiho membuat Mujin tersenyum. Semakin Mujin mendekat, Jiho semakin mundur hingga akhirnya Mujin menarik lengan Jiho dengan kencang.

"Ah! M-Mujin, apa yang kamu lakukan?"

Jantung Jiho berdetak kencang dan nafas kasarnya terdengar oleh Mujin. Semakin Jiho gugup maka Mujin menjadi semakin senang.

"Mendekatimu?"

Mujin meletakkan telapak tangannya di wajah Jiho, dan perlahan mengangkat dressnya dari pahanya.

"Mujin, jangan gila! Bagaimana jika orang-orang—"

Tik!

Mujin menjentikkan jarinya dan seluruh kaca ruangannya pun tertutup dengan warna buram seperti kabut.

"Bagaimana kalau seperti ini? Lebih baik, hmm?"

Jiho menggigit bibirnya. Matanya turun dari wajah tampan Mujin ke lehernya, dan tangannya yang sedang mengendurkan dasinya, kembali ke bibir pria itu yang terlihat begitu menggoda.

Strangled [Choi Mujin] - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang