XIII. 🔞

1K 71 19
                                    

"Lee Jiho, kamu perawan?"

Jiho malu harus jujur. Wajahnya menjadi merah padam.

"Nde," gadis polos itu menggigit bibirnya dan mengiyakannya dengan suara yang pelan.

Sialan. Mujin bisa gila. Lee Jiho berada tepat di bawahnya, menyerahkan seluruh dirinya kepadanya.

Mujin menatap Jiho dengan tatapan tidak percaya. Tidak percaya kalau gadis yang begitu disukainya ini perawan—belum ada menyentuhnya (atau memang tidak ada? Jiho tidak membiarkan seorang pria menyentuhnya dengan mudah), dan dia akan menjadi yang pertama untuk Jiho. Hal sebaik apa yang dilakukannya, sehingga ia bisa bertemu gadis seperti Lee Jiho, bahkan memiliki perasaan yang saling berbalas dengannya? Mujin tidak bisa berhenti tersenyum kepada Jiho.

Choi Mujin, apa kau pantas mendapatkan dia?

"Kau ingin melakukannya denganku... sekarang?"

Mujin membelai pipi Jiho dengan lembut. Ia belum pernah merasakan hal seperti ini. Biasanya Mujin tidak pernah berpikir dua kali tentang seks, tapi kali in berbeda. Mujin merasa harus berhati-hati karena Jiho akan merasakan rasa sakit yang sangat. Sementara gadisnya itu sudah cukup berurai air mata karena ledakan kemarahannya tadi. Mujin adalah pria yang kompleks. Terkadang ia tidak bisa mengerti perasaannya sendiri. Emosinya bisa berubah 180 derajat dalam waktu yang berdekatan.

"Aku tidak tahu, tapi aku ingin melakukannya denganmu," Jiho mengecup bibir Mujin.

"Rasanya akan sakit sekali...," Mujin mencium dahi, hidung, dan turun ke bibir Jiho. "Is it okay?"

"Hmmm..."

Jiho bisa mendengar detak jantungnya sendiri di telinganya karena debarnya yang sangat kencang. Ia tidak punya pengalaman dan bingung. Jiho hanya menginginkan Mujin. Ia hanya ingin Mujin untuk menjadi yang pertama kali baginya.

"Kalau sakit, bisakah kita berhenti?"

Mujin mengangguk dan tersenyum.

"Tentu saja."

Mujin menundukkan kepalanya untuk mencium Jiho lagi. Perlahan ia mengangkat punggung Jiho dan dengan cepat melepas kemeja gadis itu, juga melepas kancing celana jeansnya dan menelanjangi kedua kaki jenjang dan indah itu. Mujin terus mengumpat dalam hatinya, melihat sebagian payudara Jiho yang tertutup oleh half-cup bra berwarna hitam, dan kewanitaannya yang terlihat samar di bawah underwear semi transparan itu.

Such a beautiful girl. Setelah malam ini berakhir, aku akan membuatmu melakukan apapun untukku, Lee Jiho.

Mujin bertumpu di lututnya, membuka dasi dan kemejanya dengan cepat. Jiho mengagumi tattoo di dada Mujin. Ia ingin menciumnya, lagi. Kali ini dengan kesadaran penuh. Bunyi ikat pinggang kulit yang terlepas dari celana Mujin membuat Jiho semakin gugup. Saat ini Mujin sudah telanjang bulat. Jiho menelan ludah melihat tubuh Mujin yang sempurna, kekar dan bidang. Namun, ukuran penis Mujin yang panjangnya normal tapi tebal dan gemuk membuatnya bergidik. Ia hanya bisa membayangkan rasa sakit yang akan ia rasakan nanti.

Mujin melepas pakaian dalam Jiho dan melemparnya ke lantai. Ia mulai menciumi payudara Jiho yang lembut, menghisap putingnya dan menjilatnya dengan gerakan lidah yang cepat.

"Ah..."

"Kamu suka, hmm?"

Mujin sedikit mendongak untuk melihat ekspresi wajah Jiho yang seperti kesakitan merasakan nikmatnya hisapan dari mulut Mujin.

"Mmhhm..."

Jiho meremas bahu Mujin. Ia merasakan cairan mulai keluar sedikit demi sedikit dari vaginanya. Jika Jiho melihat di kaca, mungkin ia akan terkejut melihat banyaknya bekas hisapan di leher dan di sekitar payudaranya yang ditinggalkan Mujin. Pria itu tidak pernah main-main dengan 'sesuatu' yang menjadi miliknya.

Strangled [Choi Mujin] - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang