XXXII.

418 76 20
                                    

"Mwo?"

Darah di wajah Jiho seperti terkuras. Wajahnya pucat seketika. Ia tidak bisa mempercayai apa yang ia dengar. Mujin membunuh seseorang karenanya? Membunuh seseorang yang tidak bersalah? Seseorang yang bahkan ia tidak anggap serius?

Ini gila. Ini sudah diluar dugaanku. Akal sehatku tidak bisa menerima ini.

"Apa kamu serius, Choi Mujin?"

Mujin tidak menunjukkan reaksi. Ia melempar Colt 1911 miliknya ke atas kasur.

"Itu senjata yang kugunakan untuk menembaknya. Ambillah dan bawa ke kantor polisi jika kamu ingin," Mujin memalingkan kepalanya, pasrah.

"Mujin...," air mata Jiho perlahan turun. Ia tidak ingin mempercayai ini, tapi Mujin tidak mungkin bercanda saat ini. "Kenapa kamu melakukan ini? Kenapa kamu bertindak sejauh ini?!!"

Mujin menelan ludahnya. Tubuhnya kaku melihat Jiho yang meneriakinya. Baru pertama kali Jiho berani berteriak sekencang ini di hadapannya. Apakah Jiho sudah mulai sadar?

"Choi Mujin!! Jelaskan padaku! Jangan diam saja!" Jiho berteriak, mencengkeram kerah baju Mujin.

Mata Mujin melotot menatap Jiho balik.

"Aku sudah mengatakan kepadamu bahwa aku tidak normal, Lee Jiho

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku sudah mengatakan kepadamu bahwa aku tidak normal, Lee Jiho. Aku akan menghancurkan segalanya jika itu tidak sesuai keinginanku. Apakah aku harus menyegarkan ingatanmu?"

"Tapi!! Lee Jeong Hyuk tidak bersalah. Aku tidak menerima segala bentuk kontak apapun dengannya kecuali dalam pekerjaan."

"Dia menyukaimu."

Jiho tidak bodoh. Dia juga bisa merasakan Jeong Hyuk menyukainya, karena itu ia mengambil langkah tegas dan menjauhinya.

"Lalu?! Kau pikir tidak ada perempuan lain yang menyukaimu, tergila-gila padamu dan mengagumimu dari kejauhan, bahkan diam-diam menyimpan fotomu? Kau tahu bagaimana aku selalu terpikir bahwa akan selalu ada perempuan yang mendekatimu, saat kita sedang berjauhan??! Kamu sering meninggalkanku berhari-hari. Kau pikir itu tidak menyita waktu dan pikiranku? Hah?!"

Mata Mujin mulai berkaca-kaca. Jiho tidak pernah semarah ini.

"Mujin-ah, kamu sungguh sekeji ini? Aku berharap kamu hanya main-main dengan ucapanmu tadi. Katakan padaku ini tidak sungguhan terjadi, Mujin... Ya! Saekkia!" suara Jiho gemetar karena tangisannya yang pecah.

"Jiho..."

Jiho terduduk dan menangis seadanya. Ia tidak terbayang apa yang dipikirkan oleh kedua orangtua Lee Jeong Hyuk, kerabat dekatnya, dan teman-temannya yang menyayanginya. Ia tidak menyangka ia yang menjadi penyebab mengapa nyawa seseorang bisa berakhir. Ia hanya tidak bisa membayangkan berapa orang lagi yang akan menjadi korban kedepannya. Tidak ada yang bisa mencegah seseorang menyukai siapapun itu. Jiho pun tidak bisa mencegah wanita lain menyukai kekasihnya.

Strangled [Choi Mujin] - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang