IX.

532 65 13
                                    

Jiho terbangun karena mendengar suara langkah kaki bersepatu yang mondar-mandir di sekitarnya. Ia membuka matanya dan keadaan masih cukup gelap. Siapa yang dia lihat itu? Jiho mengucek matanya dan melihat Mujin sedang memakai jas berwarna hitam. Jiho tidak kaget seperti pagi kemarin. Ia sudah bisa menebak pasti ini adalah kebodohan baru yang ia perbuat semalam.

Bukannya bangun, Jiho lebih memilih untuk tetap berbaring di sofa dan melihat Mujin bersiap-siap kerja.

Hmm, dia terlalu tampan untuk dilewatkan.

"Sampai kapan kau akan tertidur disitu? Bangunlah. Pindah ke kamar agar lebih nyaman."

Jiho tersipu ternyata Mujin tahu bahwa ia sudah bangun.

"Kenapa kamu disini?" tanya Jiho dengan suara yang pelan.

"Kamu melarangku pulang, meskipun aku sudah bilang aku harus berangkat pagi untuk bekerja."

Mujin mengambil sisir dari pouch kulit miliknya dan menyisir di kaca depan kamar mandi. Jiho menontonnya seolah adegan Mujin berdandan adalah scene di sebuah film.

"Benarkah?"

"Hmm," angguk Mujin. "Seharusnya aku merekam suaramu semalam saat mengatakannya."

Ini bukan pertama kalinya Jiho mendengar cerita bahwa ia berbicara dalam tidurnya. Bahkan Jiho akan membalas saat orang menanggapi igauannya. Jadi Jiho percaya kepada Mujin. Jiho hanya tidak menyangka bahwa bawah sadarnya meminta Mujin untuk tetap bersamanya malam tadi. Ia tidak pernah memikirkan perasaannya kepada Mujin. Yang ia tahu hanya Mujin selalu membuatnya gugup dan berdebar setiap mereka berdekatan.

"Jam berapa ini?" tanya Jiho malas.

"5 pagi."

Rasanya aneh sekali berada di satu rumah bersama pria ini di pagi hari. Seperti mereka adalah pasangan kekasih. Jiho menutup wajahnya dengan selimut yang Mujin pakaikan untuknya.

Mujin memakai dasi bermotif paisley-nya sambil berdiri menatap Jiho yang bersembunyi di balik selimut.

"Aku akan berangkat. Apakah kamu akan membuat kekacauan lagi hari ini?"

"Ehmm..."

Jiho menggigit bibirnya, tidak bisa menjawab. Ia tidak yakin, mengingat sudah 3 hari berturut-turut selalu ada saja kejadian yang menimpanya.

Mujin tersenyum melihat kepolosan gadis itu. Saat bangun tidur Jiho terlihat sangat cantik. Rambut lurusnya sedikit berantakan, matanya sedikit sembab dan bibirnya sedikit lebih penuh daripada biasanya. Mujin berhasil membuat pipinya memerah, yang juga membuatnya terlihat semakin menggemaskan.

"Kau tidak tahu?" Mujin menyunggingkan senyum jahil. Lucu sekali. Apakah hari ini aku akan mengerjainya lagi? "Arasseo. Hati-hatilah saat kamu berangkat nanti. Aku pergi."

Mujin mengambil langkah besar keluar dari rumah itu. Mata Jiho terus mengikutinya sampai Mujin masuk ke mobilnya. Ia malu sekali saat melihat ajudan Mujin berdiri di depan pagar rumah itu. Yang berarti ajudan itu tahu bosnya malam ini menginap di rumah dan tidur bersama seseorang.

Ahh, Jiho... Mengapa kamu terus melibatkan dia di kehidupan barumu ini!

•••

Dua minggu berlalu.

Sudah seminggu lebih ini Jiho pulang bersama Minshik. Ternyata, selama ini Minshik hanya tidak enak ingin mendekati Jiho karena Jiho punya pacar. Tapi, setelah ia mendengar kabar burung soal Jiho putus dengan kekasihnya yang sudah bertahun-tahun itu, akhirnya Minshik memberanikan diri untuk mendekati Jiho dan memastikan soal kabar itu, yang ternyata benar. Minshik yakin ia akan mendekati Jiho.

Strangled [Choi Mujin] - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang