Jiho mengaduk-aduk masakannya, dan mencium aromanya yang sudah wangi sempurna sesuai ekspektasinya. Memasak hampir setiap hari di untuk Mujin membuatnya lama kelamaan jadi pintar dalam urusan masak memasak. Ia mengambil sendok dan mencicipi rasa kuahnya. Matanya terbuka lebar mencoba rasanya yang benar-benar mirip dengan masakan ibunya lalu ia mencobanya lagi. Tiba-tiba seseorang mengambil tangan Jiho dan memasukkan sendok itu ke dalam mulutnya.
"Hmm. Enak."
"Jinjja?"
"Masakanmu tidak pernah gagal," Mujin memegang kedua pipi Jiho dan mencium bibirnya.
Astaga, gombal.
Walaupun dengan wajah yang datar seperti biasanya, wajah yang sudah sangat dihafal oleh Jiho, nada bicara pria itu terdengar tulus. Jiho tidak tahu ternyata ia juga bisa memasak, selama ini ia hanya malas saja. Ia sudah mengucapkan terimakasih kepada ibunya yang senantiasa membagikan resep yang sudah teruji rasanya.
Jiho terus tersenyum sambil memperhatikan Mujin yang berjalan menuju meja makan. Ia mengeluarkan ponselnya dari saku jasnya dan menunggu. Pria yang mudah lapar itu sudah siap makan.
"Bagaimana harimu?" tanya Jiho sambil meletakkan piring dan mangkuk di hadapan Mujin. Gadis itu meremas bahu Mujin dan mencium ubun-ubunnya.
"Ada kiriman yang datang dari Thailand. Aku mengurusnya sampai sore, selanjutnya Taeju yang mengurusnya. Besok aku akan datang dan mengecek pabrik baru."
"Pabrik baru?"
"Hmm."
Jiho mulai menuangkan sup masakannya di mangkuk-mangkuk dan menyajikan nasi putih.
"Pabrik itu seharusnya dikelola oleh seseorang yang kukenal. Tapi sayangnya ia mengkhianati organisasi, jadi aku harus membunuhnya."
"Err... Emm, okay," dengan sedikit gugup Jiho menelan ludahnya.
Karena sudah memilih bersama Mujin, Jiho harus bisa menerima konsekuensi pekerjaan Mujin. Bukan sebuah hal yang aneh sama sekali bahwa Mujin membunuh seseorang bahkan banyak orang. Apalagi di mata orang yang sudah lama mengenalnya, Mujin dikenal sebagai orang yang tidak memberi ampun.
"Kuharap sekarang semuanya berjalan baik-baik saja."
"Semua baik-baik saja," jawab Mujin santai. Ia malah terlihat cukup puas dengan apapun yang terjadi hari ini.
Mujin tersenyum kepada Jiho, lalu mulai menyendokkan makanannya ke dalam mulutnya.
Sudah dua bulan Jiho berada di penthouse dan tidak masuk kantor sama sekali. Jiho masih digaji penuh setiap bulannya, tepat seperti janji Mujin dan dia tidak pernah mendapatkan pertanyaan ataupun teguran dari atasannya, hanya teman-temannya saja yang menanyakan kabarnya, mengkhawatirkan keadaannya. Jiho hanya bisa menjawab bahwa ia sedang mengambil cuti panjang dan mengaku tidak digaji selama ini agar tidak menimbulkan pertanyaan aneh dari teman-temannya.
"Mujin-ah..."
"Hmm?"
"Sudah dua bulan aku di penthouse dan tidak kemana-mana. Bolehkah aku mulai bekerja di kantor lagi?"
Mujin menghela nafasnya, lalu kembali melanjutkan makannya.
"Apa kamu harus merusak suasana seperti ini?"
Aish...
"Aku tidak... Emm, maaf, aku tidak bermaksud begitu. Aku hanya tidak ingin terlalu lama berdiam diri. Aku terbiasa banyak bekerja dan aku merasa senang saat berada di kantor. Maksudku, jika seharian berada di penthouse aku tidak bisa berhenti mengkhawatirkan keadaanmu. Itu membuatku sedih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Strangled [Choi Mujin] - Completed
RomanceAlternative Title: I'll Kill You Main character: Choi Mu Jin from Netflix's My Name You as Lee Ji Ho ⚠️tw: abusive/toxic relationship, domestic abuse, violence, physical and emotional restraints start: 16 april 2022 completed: 20 august 2022 Includ...