XXX.

400 74 20
                                    

Sudah sepekan lebih Jiho kembali bekerja, dan ia beradaptasi dengan rekan kerja barunya dengan cepat dan baik. Namun, Jeong Hyuk masih kalah cekatan dan cerdasnya dengan Jiho, jadi Jiho harus mengajarinya dengan sabar.

Setiap hari Jiho selalu pulang tepat waktu. Ia bahkan menyetel alarm 10 menit sebelum waktunya pulang. Ia berusaha menepati janjinya kepada Mujin dan tidak ingin mengecewakan Mujin, meskipun sesekali ia harus meminta back-up dari Jeong Hyuk saat ada meeting diluar jam kerja. Jiho ingin Mujin tenang dan tidak mengkhawatirkannya.

"Mujin-ah," bisik Jiho lewat telepon.

Ia bersembunyi di sebuah ruang meeting kosong dan harus berbicara dengan suara yang sangat pelan.

"Hmm?"

"Kamu sedang apa? Sudah bersiap pulang?"

"Ada apa? Kamu merindukanku?"

"Nde... Satu hari tidak bertemu denganmu, aku sangat ingin pulang saat ini. Aku sedang pusing menghadapi pekerjaan. Aku hanya ingin berpelukan denganmu, itu saja."

"Heh," Mujin tersenyum. "Aku akan pulang sore ini. Ada sesuatu yang kamu inginkan?"

"Tubuhmu saja, bawakan kepadaku. Aku ingin menciummu, dari wajahmu sampai kakimu, semuanya."

Mujin terkekeh.

"Baiklah. Makan yang banyak, Jiho-ya. Kamu harus cukup tenaga malam ini."

Membayangkannya saja membuat wajah Jiho memerah.

"Aku akan menjemputmu saat pulang nanti," ujar Mujin melirik jam tangannya. "Tapi mungkin sedikit terlambat."

"Mujin-ah, kamu.. akan tetap di mobil kan?"

Mujin mengernyitkan alisnya, dan tidak menjawab pertanyaan Jiho.

"Aku, hanya tidak ingin orang-orang tahu tentang hubungan kita. Maksudku, mungkin tidak semua orang mengenali wajahmu dan menyadari siapa dirimu tapi mereka akan sangat cepat mencari tahu. Beberapa temanku sudah berspekulasi. Kamu tahu kamu pemilik perusahaan ini, dan aku tidak ingin siapapun di kantorku tahu tentang itu."

"Benarkah begitu maksudmu?"

Deg.

"Tentu saja, aku berterus terang."

Kenyataannya memang itulah yang Jiho rasakan. Tidak seperti gadis lain yang ingin memamerkan kekasihnya yang tampan dan kaya, Jiho malah malu jika orang-orang tahu tentang hubungannya dengan Mujin, pemilik perusahaan tempatnya bekerja. Mujin menarik nafas panjang dan menyandarkan punggungnya di kursinya.

 Mujin menarik nafas panjang dan menyandarkan punggungnya di kursinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Geurae. Aku akan menghubungimu lagi nanti."

Tut, tut, tut...

Jiho menatap layar ponselnya dengan perasaan bingung dan sedikit takut.

Apa aku salah berbicara? Sialan. Sialan, Jiho. Apa yang kamu lakukan? Bagaimana aku bisa salah? Bukankah dia juga bilang kalau dia tidak ingin semua orang tahu tentang kita? Aish! Sial, apapun yang kulakukan sepertinya salah.

Strangled [Choi Mujin] - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang