L. 🔞

572 145 32
                                    

"Kamu akan mendengarkanku sekarang?"

Mujin menatap Jiho tajam dengan mata yang terbuka lebar-lebar dan jantung yang berdegup kencang. Tidak hanya Jiho yang berdebar, Mujin pun juga. Ia terbayang kesalahannya di masa lalu dan konsekuensi dari perbuatannya. Tapi sekarang ia tidak peduli apapun reaksi Jiho, Mujin tidak bisa tinggal diam menghadapi perkara ini, Jiho harus tahu.

"E-e-eotteoke—Apa yang sedang terjadi, Mujin-ah?"

Bibir Jiho bergetar. Kengerian terpancar dari bola matanya. Ia tidak pernah terpikir sejauh itu. Mungkin karena sejak ia bertemu dengan kedua orangtuanya, ia terlalu fokus memikirkan orangtuanya, dan mengenyampingkan pikiran-pikiran negatif.

Mujin tidak bisa menjelaskannya sekarang. Ia butuh situasi dan kondisi yang kondusif. Siapapun bisa melihat dan mendengarnya disini. Ia tidak yakin disini benar-benar aman.

"Pergilah ke dalam. Tidak ada bantahan. Ikut denganku sekarang."

"T-Tapi..."

"Lee Jiho!!"

Tangan Jiho mulai gemetar. Ia tahu, sudah tidak ada kesempatan untuk dirinya sekarang. Jika Mujin tidak segera memberitahunya, mungkin Hyungim sudah mencari jalan lain untuk mengintainya. Tapi Jiho harus tahu, buat apa dia melakukan ini semua? Hanya Mujin lah yang tahu fakta dibalik semua ini.

"B-baiklah."

"Taeju akan mengantarmu. Aku akan mengurus bajingan itu."

Belum sempat bertanya maksud dari perkataannya, Mujin pergi dan masuk ke dalam mobilnya yang melaju dengan cepat. Jiho lalu masuk ke dalam rumah dengan tergesa-gesa.

"Wae geuraeyo? Siapa itu tadi?"

Pertanyaan Seohyun pun diabaikan oleh Jiho.

Ia berjalan secepat mungkin menuju kamarnya. Pikiran Jiho benar-benar kosong saat ini. Semua kemungkinan bisa terjadi, mengapa pria asing itu datang tiba-tiba dan ingin mengintai kehidupannya? Dari awal sebenarnya itu semua sudah sangat mencurigakan. Tapi kedua orangtuanya sudah terlanjur begitu terbuka kepada pria itu.

"Eonni," panggil Seohyun, panik melihat kakaknya membawa koper keluar. Gadis itu terkejut mendengar kakaknya sempat berargumen dengan pria yang tidak dikenalnya di depan rumahnya tadi. "G-gwenchanayo?"

Jiho menghampiri Seohyun, dan memeluknya lembut.

"Aku membuat sebuah kesalahan. Pria di depan tadi adalah Choi Mujin, dia pacarku, dan aku harus mengurus sesuatu bersamanya. Tapi tenang saja, semua baik-baik saja."

Meskipun di hati kecilnya Jiho merasa ditipu dan tidak bersalah, Jiho sadar ini semua tidak akan terjadi jika Jiho benar-benar menutup komunikasi dengan Hyungim secara tegas dari awal, walaupun harus terlihat seperti wanita yang sombong dan tidak tahu terimakasih.

"Mwo? Itu pacar eonni? Kenapa dia tidak masuk dan bertemu dengan eomma dan appa?"

"Eomma dan appa sudah mengerti. Kami akan bertemu di kesempatan yang lebih baik, nanti," Jiho tersenyum kepada adiknya. "Sekarang, aku menitipkan appa dan eomma kepadamu. Jangan lupa selalu ingatkan appa untuk minum obat dan tidak terlambat makan. Ia harus kembali ke rumah sakit minggu depan. Nanti, aku akan menghubungi kalian semua. Aku pergi dulu, Seohyun-ah."

"Tunggu. Bagaimana dengan Hyungim oppa?"

Jiho menggigit bibirnya dan memalingkan wajahnya, bingung bagaimana menjawabnya.

"Aku tidak bisa memastikan keadaannya. Seohyun-ah, dia menjebakku. Dia bukan orang yang baik. Tapi biar itu menjadi urusanku. Dan aku memintamu untuk tidak menghubunginya. Aku akan menghubungimu secepatnya. Arasseo?"

Strangled [Choi Mujin] - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang