XXIII.

482 59 17
                                    

A/N
Target votenya belum kesampean tapi gue update aja karena lagi sempet, takutnya besok-besok lelet lagi updatenya. Mianhaeyo🙏🏻

Jangan lupa vote lagi yukk biar gue makin rajin nulis dan mikir next chapternya gimanaa hahaha. Yuk yg penting votenya 25++ ajaa ku syudah senengg 🤩

Selamat membaca!

•••

Jiho buru-buru kembali ke mejanya dan mencari rekan kerjanya, meminta izin untuk pulang dengan alasan ia merasa tidak enak badan. Ia berjalan setengah berlari menuju lift dan setelah sampai di lobby, ia langsung mencari mobil Taeju. Itu dia. Jiho melihat mobil Mercedes hitam yang ia yakin sekali adalah salah satu mobil milik Mujin. Ia mendatanginya dan membuka pintunya.

Taeju menoleh ke arahnya dengan wajah yang kaku, antara sedih dan tidak tahu harus berbuat apa. Ada perban di dahinya dan tangannya masih menggunakan supporter untuk bahunya yang tertembak. Ia hanya menyetir dengan satu tangan.

"Taeju-ssi, gwenchanayo??" tanya Jiho, memegang lengan Taeju.

Jiho juga merasa khawatir kepada Taeju karena kemarin Mujin pergi di dampingi Taeju, dan sudah terlihat jelas bahwa Taeju cedera, bisa dipastikan Mujin kemungkinan mengalami cedera dan luka yang lebih parah.

"Aku baik-baik saja."

"Geundae, Mujin-ah..."

Taeju menghela nafasnya. Jiho terlihat panik, matanya tertuju ke segala arah dan dadanya naik turun karena jantungnya memompa kencang.

"Aku akan mengantarmu."

Walaupun gelisah, Taeju merasa lebih tenang setelah bertemu Jiho. Ia mengendarai mobilnya dengan sangat hati-hati dan kecepatan rata-rata.

"Apa yang terjadi, Taeju?"

"Salah satu anggota menerobos masuk ke dalam lingkaran Song Sungpa, organisasi yang menjadi saingan Dongcheon. Merekalah yang memulai, karena merebut beberapa teritori yang selalu menjadi milik Dongcheon, dengan sengaja menyebarkan informasi palsu tentang Dongcheon. Kami tidak bisa tinggal diam. Tapi organisasi mereka sekarang sangat besar. Sepertinya mereka menyewa preman-preman liar khusus untuk menghadapi kami."

"Lalu, apakah kepala organisasi mereka juga terlibat?"

"Ne. Jo Do Jae terluka lebih parah daripada Mujin. Aku tidak tahu apakah dia masih hidup atau tidak. Mujin masih sadar di tempat, tapi Do Jae sudah pingsan setelah perkelahian dengannya. Dadanya tertembak."

Astaga, ini sangat gila dan mengerikan. Aku tidak percaya aku berada di tengah-tengah masalah ini. Jika orangtuaku tahu, mereka bisa terkena serangan jantung di tempat.

Jiho menelan ludahnya. Itu tidak penting. Sekarang, ia sangat mengkhawatirkan keadaan Mujin saat ini.

"Bagaimana keadaan Mujin?"

"Mujin baru dirawat pagi tadi, karena saat itulah ia diselamatkan oleh salah satu anggota. Ia langsung dibawa ke rumah sakit. Sempat berhenti bernafas dan kehilangan banyak darah. Ia tertembak di perutnya dan dada sebelah kanan, dan tentu saja beberapa luka di bagian tubuh lainnya," jelas Taeju. "Aku selalu mendampinginya. Sebelum akhirnya ia tidak sadarkan diri, aku mendengar ia memanggil namamu. Tubuh Mujin kuat, aku yakin ini tidak akan lama."

Apa?

Jiho rasanya tidak sanggup mendengar semua ini. Kedua bibirnya bergetar dan air matanya mulai turun di pipinya.

Bagaimana bisa dia sempat-sempatnya memikirkanku disaat berjuang untuk hidup? Dasar bodoh. Mujin, bagaimana jika nanti aku tidak sanggup melihatmu? Sekarang aku menangis seperti orang bodoh, tapi aku yakin saat aku melihatmu nanti, aku akan terlihat lebih bodoh jika kamu tahu dan bisa melihatku.

Strangled [Choi Mujin] - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang