"Jeno aku mencintai mu!"
Suara teriakan memburu terdengar di sekitar area kamp pelatihan mafia yang tengah di lakukan di musim panas itu.
Seorang anak manis dengan kulit putihnya melambaikan tangannya dengan semangat kearah sang adik yang tengah berlatih menembak dengan anak para mafia yang lain.
"Mark, bukankah kau terlalu berlebihan mengagumi adik mu seperti itu?"
Seorang anak berumur 24 tahun yang duduk di sampingnya terlihat menegurnya."Tidak! Aku bahkan bisa memberikan seluruh cinta ku pada adik tampan ku itu!"
Jawab Mark dengan semangat. Rafaele yang ada di sebelahnya hanya bisa menggeleng pelan. Sedangkan Harsha serta Chiara yang tadi menegurnya hanya bisa menghela nafas.Mark Lee merupakan anak sulung dari tuan Lee dan nyonya Lee. Anak manis itu tumbuh dengan sangat aktif dan periang, sangat berbeda dengan sang adik yang selalu terlihat dingin persis seperti ayahnya.
Mark tidak mewarisi seluruh sifat ibunya. Ia hanya mewarisi sifat dewasa dan kecerdasan dari sang ibu. Selain itu sifatnya sangat jauh berbeda dengan sang ibu.
Sedangkan Jeno, bahkan hampir mewarisi seluruh sifat dari sang ayah. Namun bedanya adalah, sifatnya jauh lebih dingin dari sang ayah. Ia bahkan sangat jarang berekspresi selain diam.
Kedekatan Mark dengan sang adik tidak perlu di ragukan lagi. Mark akan terus menempeli sang adik kemanapun ia pergi. Mengganggunya dan juga menggodanya. Sangat beruntung sang adik tidak pernah marah atau merasa terganggu dengan sifat kakaknya. Karena pada dasarnya ia juga sangat menyayangi kakaknya itu.
Latihan menembak sudah berlalu, Jeno yang sedang beristirahat bersama teman-temannya yang lain. Harus kembali bersabar menghadapi sang kakak yang kini berlari kearahnya dengan senyuman merekah di wajahnya.
"Nono!"
Teriaknya dengan nyaring, membuat sang sepupu yaitu Na Jayden, putra sulung dari Na Jackson dan Na Mia yang duduk di sebelah Jeno terkaget pelan."Nono.."
Mark yang sudah berdiri di depan sang adik memberikan sebotol air untuk sang adik. Jeno melirik sebentar kearah botol air itu, lalu kembali menatap kearah Mark dengan tatapan dinginnya. Merasa ada yang salah dengan ucapannya, Mark langsung tersadar dan memperbaiki perkataannya."Maaf..Jeno..ini air minum untuk mu"
Ucapnya dengan lembut. Jeno mengangguk lalu menerima botol air itu.Mark terlihat tersenyum senang, lalu mendudukkan dirinya di sebelah Jeno, menggeser Jayden hingga pria tampan itu hampir saja terjatuh.
"Jeno, nanti malam ada festival kembang api di ibu kota. Kau akan ikut, kan?"
Tanya Mark dengan semangat. Jeno menggeleng pelan."Mom forbade us to take part in that event"
Ucapnya dengan suara beratnya. Mark merengut kesal."Oh come on, just this once violates mom's prohibition, it won't be a problem!"
Ucap Mark yang langsung mendapat tatapan tajam dari sang adik."Ehm..baiklah-baiklah..aku minta maaf. Tapi aku sangat ingin melihat kembang api itu"
Ucap Mark dengan rengekan."Kita bisa melihatnya dari kejauhan"
Ucap Jeno."Tapi aku ingin melihatnya dari dekat. Itu tidak akan melukai ku"
Mark menatap antusias kearah sang adik."Tidak"
Jawab Jeno dengan tegas. Mark kembali merengut."Nono menyebalkan!"
Ucapnya dengan lirih. Jeno yang masih duduk di sebelahnya, tentu saja bisa mendengar perkataan sang kakak yang sangat jelas itu."Ikut dengan ku. Aku akan membawa mu melihat kembang api"
Ucap sang adik dengan tatapan seriusnya.