Seperti yang ia katakan kepada Winter tadi pagi. Malamnya ia langsung meminta ijin kepada Jeno untuk pergi ke hutan membawa salah satu istrinya. Namun sayangnya Jeno tidak mengijinkannya. Karena itu terlalu berbahaya untuk mereka.
"Ayolah Nono..aku sangat ingin pergi kesana"
Mark kembali merengek. Namun Jeno tidak mempedulikannya. Mereka sedang berada di ruangan Jeno saat ini."Suami ku yang tampan..jangan mengacuhkan ku seperti ini"
Mark menatap sang suami yang memilih untuk mengacuhkannya, dan sibuk dengan pekerjaannya. Mark menggeram kesal, ia menyingkirkan kertas yang ada di tangan Jeno lalu menaiki paha sang suami. Agar ia bisa duduk di pangkuannya.Jeno menatap dingin sang istri, namun ia membiarkan Mark duduk di pangkuannya.
"Nono, dengarkan aku..janji tidak akan berulah di sana. Aku akan menjadi anak yang baik"
Mark mengedip-ngedipkan matanya dengan imut."Tidak"
Ucap Jeno yang kembali menoleh kearah pekerjaannya."Nono..jangan seperti ini"
Mark menangkup wajah sang suami. Lalu menciumnya dengan tiba-tiba. Jeno yang mendapat tindakan seperti itu menatap sang istri dengan sedikit kaget."Bukankah kau mencintai ku?"
Ucapnya dengan seduktif. Jeno semakin menatap lekat sang istri."Kau pikir aku tidak mendengarnya, tuan? Aku belum tidur pada saat itu"
Lanjut Mark yang kini mulai menggoda Jeno. Jeno mengalihkan perhatiannya, menolak bertatapan dengan sang istri."Nono..aku juga mencintai mu"
Mark kembali berbisik, hingga membuat Jeno mengepalkan tangannya di bawah sana. Mark yang melihat raut wajah sang suami yang seperti menahan sesuatu mulai tertawa pelan."Nono, telinga mu memerah lagi"
Ucapnya yang masih saja tertawa. Jeno menatap tajam kearah Mark."Ah baiklah..baiklah..kenapa kau cepat sekali marah!?"
Mark menatap sang suami yang kini juga ikut menatapnya namun masih dengan tatapan tajamnya."Nono..ijinkan aku pergi ya..hanya sebentar..janji tidak akan lama"
Mark mulai mengusap-ngusap baju bagian depan Jeno dengan sedikit sensual. Jeno melirik kearah tangan Mark yang masih mengusapkan tangannya di dadanya."Aku mengijinkan mu"
Ucap Jeno. Mark mendongakkan wajahnya."Benarkah?"
"Guanlin akan ikut dengan mu"
'Memberikan ku pengawal pribadinya. Apa Nono terlalu mencintai ku!?'
"Tidak perlu-"
"Iya atau tidak sama sekali!"
Ancam Jeno.Mark membolakan kedua matanya.
"Baiklah..iya..Guanlin akan pergi bersama ku"
Ucap Mark yang akhirnya mengalah. Jeno mengangguk pelan."Turun!"
Ucapnya dengan suara beratnya."Aku tidak mau, ini sudah sangat nyaman.."
Mark semakin memeluk erat Jeno."Mark Lee"
"Mengapa meminta ku turun? Apa kau tidak merindukan ku?"
Mark menatap sang suami dengan wajah sendunya.Jeno menghela nafas,
"Aku harus menyelesaikan perkerjaan ku"
Ucapnya yang kini melirik beberapa kertas yang menumpuk di meja nya.Mark merengut kesal,
"Kalau begitu, gendong aku ke kamar!"
Pintanya yang kini semakin memeluk sang suami. Jeno kembali menghela nafas, lalu memilih menggendong sang istri menuju kamarnya.Sangat sulit untuk mengurus bayi besar sepertinya.
Pagi harinya Mark dan Winter akan segera berangkat pergi ke hutan. Yejina sebenarnya juga ingin ikut, tapi ia terlalu malas jika harus ke hutan lagi. Cukup saat mereka berkemah waktu itu. Ia tidak ingin terluka lagi karena kecerobohannya sendiri. Jeno menoleh kearah Guanlin yang juga sudah bersiap-siap untuk pergi.
"Jaga dia dengan baik!"
Ucapnya kepada Guanlin, dan langsung di angguki patuh oleh sang pengawal. Mark berjalan kearah sang suami yang sedari tadi terus memperhatikannya."Nono, apa kau juga akan pergi?"
Tanya Mark."Hm, ada urusan penting di kota Milan"
Jawabnya.Mark mengangguk,
"Kami akan segera pergi""Berhati-hatilah.."
Jeno mengelus rambut sang istri. Mark tersenyum manis."Kami akan pulang tepat waktu"
"Aku akan menjemput mu"
"Tidak perlu.."
Mark mendekatkan dirinya dengan Jeno.
"Jika Nono pulang lebih awal, habiskanlah waktu mu bersama Yejina. Dia tidak ikut dengan kami"
Bisik Mark sambil mengedipkan matanya. Jeno menatap Mark dengan tatapan tidak sukanya, entah mengapa ia selalu tidak senang jika Mark menyuruhnya menghabiskan waktu dengan para istrinya yang lain.Karena Mark sangat tau, jika sampai sekarang Jeno sama sekali belum pernah menyentuh kedua istrinya itu. Dan mungkin hal itu tidak akan pernah terjadi.
"Nyonya, kita sudah siap"
Guanlin mengintrupsi dari jauh. Mark mengangguk, lalu kembali menoleh kearah Jeno."Cium!"
Ucapnya dengan semangat. Jeno mendekatkan dirinya dengan sang istri, lalu melumat bibir manis itu dengan lembut. Lalu setelahnya ia mencium keningnya."Jangan merindukan ku"
Ucap Mark dengan diringi tawa setelahnya. Lalu setelahnya ia langsung pergi meninggalkan sang suami yang menatap dalam kearahnya."Aku akan selalu merindukan mu"
Lirihnya dengan sangat pelan.Mark, Winter beserta dengan pengawal dan pelayan pribadi Mark sudah sampai ke tujuan mereka. Yaitu hutan yang berada di belakang Villa keluarga Lee atau keluarga Williams. Hutan ini sebenarnya sangat berbahaya. Namun Mark memilihnya karena ia dulu sering berburu di sini bersama sang ayah.
"Nah nona Winter! Kau bisa memilih sudut manapun yang kau mau"
Ucap Mark yang kini melirik kearah Winter yang sudah menatap takjub pemandangan indah yang ada di hutan itu."Terimakasih banyak, nyonya"
Winter terlihat sangat senang, sampai tanpa sadar ia malah memeluk Mark dengan erat. Mark mengedip-ngedipkan matanya dengan pelan. Sedangkan Guanlin dan juga Xiaojun sudah menatap kaget kearah mereka.Winter yang tersadar dengan perlakuannya yang tidak sopan segera melepas pelukan itu.
"Maaf, nyonya.."
Ucapnya sambil menunduk.Mark tersenyum,
"Ah, tidak apa"
Ucapnya.Lalu setelahnya Mark menoleh kearah Guanlin,
"Jangan beritahu tuan Jeno"
Ucapnya dengan lirih. Guanlin langsung mengangguk patuh.Winter mulai mengeluarkan perlengkapan lukisnya dan mulai melukis pemandangan yang sudah tertera di depannya.
Sedangkan Mark memilih untuk berjalan-jalan sendirian di tengah hutan itu. Tadinya ia pergi bersama Xiaojun, namun ia menyuruh Xiaojun untuk kembali karena ada barangnya yang tertinggal di tempat Winter melukis. Sedangkan Guanlin ia diperintahkan untuk menjaga Winter. Meskipun awalnya ia terus menolak, namun akhirnya pria tampan itu memenuhi keinginan Mark.
Semoga saja Jeno tidak mengetahui hal ini.
Mark semakin berjalan jauh ke dalam hutan. Hingga tanpa sadar ia tidak melihat jika di depannya sudah tidak ada daratan lagi. Melainkan jurang yang sangat dalam.
Hingga akhirnya, ia terjatuh ke dalam jurang yang sangat dalam itu.
Tubuh Mark terus berguling-guling ke bawah hingga akhirnya kepalanya menghantam kuat sebuah batu besar yang ada di bawah sana.
Mark mencoba membuka matanya dan berusaha berteriak, namun ia tidak bisa melakukannya. Kepalanya terasa sangat sakit, hingga akhirnya kegelapan menyerangnya.
VannoWilliams