Sesampainya di mansion mafia Sicilia. Mark terlihat murung dan enggan bicara dengan siapapun saat ini. Ia bahkan melewatkan makan malamnya, karena terus mengurung diri di dalam kamar.
Ia masih termenung memikirkan pernikahannya nanti. Mark tidak bisa menolak aturan keluarganya yang baru. Semenjak sang ayah memimpin mafia Sicilia, maka seluruh aturan yang sudah di tetapkan dari dulu akan terus di laksanakan. Apalagi pria yang akan menjadi suaminya kelak adalah pilihan sang ayah. Ia tidak mungkin bisa membantah. Mark juga tidak mempedulikan perasaan cinta. Karena ia tidak pernah memiliki perasaan itu pada siapapun, kecuali untuk keluarganya. Hanya saja ia belum ingin menikah saat ini.
Ia masih ingin bebas dan bermain dengan teman-temannya. Bukan menjadi seorang istri dalam waktu dekat.
Tok tok!
Suara ketukan terdengar dari balik pintu kamar Mark.
"Siapa?"
Sautnya dari dalam."Ini aku"
Terdengar suara yang cukup berat dari balik pintu kamar itu. Sudah pasti itu sang adik.
"Untuk apa kesini?"
Tanya Mark yang sepertinya tidak ingin bertemu Jeno saat ini."Aku ingin masuk"
Ucap Jeno, terdengar seperti memaksa. Mark menghela nafas tidak menjawab. Lalu pintu itu langsung di buka oleh Jeno."Kau belum makan"
Ucap Jeno yang kini berjalan kearah sang kakak."Aku belum lapar"
Ucap Mark."Mengapa?"
Tanya Jeno.Mark menghela nafas,
"Ya belum lapar saja!"
Mark menjawab sedikit ketus. Jeno terdiam namun ia masih berdiri di depan sang kakak.Mark menoleh kearah sang adik yang masih mematung di tempatnya.
"Nono.."
Mark memanggilnya dan meminta sang adik untuk duduk di sampingnya. Jeno menurut, dan ikut duduk di samping sang kakak."Maaf karena ucapan ku kasar"
Mark menatap sang adik dengan perasaan bersalah."Tidak apa"
Jawab Jeno. Mark tersenyum lalu menatap sang adik dengan lekat."Nono, apa kau menginginkan pernikahan ini?"
Tanya Mark."Tidak"
Jawab Jeno."Lalu mengapa kau menerimanya?"
"Aturan keluarga"
Mark menghela nafas. Adiknya ini sangat mirip dengan ayahnya. Sangat mematuhi peraturan keluarga. Sangat berbeda dengannya dan sang ibu.
Mark menghela nafas, lalu menarik sang adik untuk berbaring di sebelahnya. Jeno hanya diam, dan menurut dengan keinginan kakaknya. Mark langsung menyamankan dirinya di pelukan sang adik.
"Kalau kau menikah nanti, jangan lupakan aku ya"
Ucap Mark dengan lirih. Setelahnya ia langsung tertidur. Jeno menatap lembut wajah manis sang kakak."Aku tidak akan pernah melupakan mu"
Keesokan harinya sang ayah dan sang ibu telah kembali ke italia. Mark merasa sangat bahagia, dan langsung berhambur kepelukan keduanya.
Sedangkan Jeno memilih untuk langsung membawa kedua orang tuanya ke ruang pribadi sang ayah. Karena ada hal penting yang harus ia katakan.
Mark menatap hamparan bunga yang ada di taman itu. Tempat favorit sang ibu juga merupakan tempat favoritnya.
Xiaojun yang sedari tadi ada di sisinya hanya terdiam tanpa bicara apapun.
"Xiaojun, hari ini Nono meminta mommy dan daddy bicara bertiga. Apa menurut mu ada sesuatu yang penting?"
Ucap Mark tanpa menoleh kearah Xiaojun."Mungkin saja ada"
Jawab Xiaojun."Apa sangat penting sampai aku tidak boleh tau?"
Ucapnya dengan lirih. Xiaojun tidak menjawab, karena ia juga bingung harus menjawab apa?Mark menghela nafas.
"Besok ujian calon istri Jeno akan segera di laksanakan. Kenapa aku yang merasa gugup?"
Ucap Mark."Itu hal yang biasa, tuan Jeno akan memilih salah satu calon untuk menjadi istrinya. Itu adalah hal yang penting. Wajar jika anda juga ikut merasa gugup"
Ucap Xiaojun sesopan mungkin. Mark mengangguk pelan."Rasanya aku tidak ingin melepas adik ku itu"
Keesokan harinya pertemuan itu memang benar terjadi. Mark melihat banyak sekali rombongan anggota keluarga yang sudah tiba di mansion mafia Sicilia.
Meskipun kedua calon istri untuk Jeno sama-sama cantik. Namun Mark masih saja terpukau dengan paras Winter yang terkenal sangat pemalu itu.
"Mark, kita harus segera pergi"
Xiaojun yang ada di belakang Mark yang masih terus memperhatikan halaman mansion akhirnya menegurnya. Mark mengangguk dan memilih untuk langsung keluar dari kamar dan menemui anggota keluarganya."Nona Yejina dan nona Winter sudah datang"
Ucap salah satu bodyguard di sana. Mark menoleh kearah depan dan mendapati dua orang gadis dengan rupa anggunnya tengah berjalan ke tengah ruang aula."Dia sangat cantik"
Gumam Mark yang kini menatap Winter. Gadis manis itu menatap kearah Mark dengan senyuman lembutnya. Mark yang mendapat respon sebaik itu juga ikut tersenyum.Lumayan lama mereka menunggu tuan Lee duduk di salah satu sofa yang ada di sana. Hingga akhirnya tuan dan nyonya Lee tiba di dalam ruang aula. Di susul dengan Jeno di belakang mereka.
Seluruh manusia yang ada di sana langsung menunduk ketika mendengar sautan salah satu bodyguard, yang menandakan ketiganya sudah tiba.
Kedua calon dengan wajah cantik itu terlihat menunduk hormat ketika tuan Lee sudah duduk di sofa nya.
"Tuan besar..para calon istri tuan Jeno akan memperkenalkan diri mereka masing-masing"
Ucap sang sekretaris. Pria tampan itu terlihat mengangguk masih menatap lurus kearah kedua gadis yang salah satunya akan menjadi istri anaknya kelak.Yejina maju pertama untuk memperkenalkan diri meninggalkan Winter yang masih menundukkan pandangannya di belakang sana.
Yejina memperkenalkan dirinya dengan sangat sopan. Tuan Lee terlihat mengangguk lalu menoleh kearah Winter. Begitu juga dengan Mark, yang terlihat tidak sabar menunggu Winter memperkenalkan dirinya.
Winter menatap wajah tuan Lee sebentar lalu mulai membungkukkan tubuhnya untuk memperkenalkan dirinya pada pria tampan itu. Setelah Winter memperkenalkan diri. Tuan Lee terlihat mengangguk masih dengan ekspresi datarnya.
Setelahnya Winter memilih mundur untuk kembali bersejajar dengan Yejina.
Sang sekretaris maju ke depan untuk memberikan pengarahan kepada keduanya itu.
"Kalian akan di berikan waktu seminggu untuk menunjukkan jika kalian pantas berdampingan dengan tuan Jeno. Dan hasil akhirnya, tuan Jeno sendiri lah yang akan memilih sang calon istri"
Ucap sang sekretaris dengan sangat jelas. Keduanya mengangguk pelan sebagai tanda mengerti."Tuan besar, apa ada yang ingin anda sampaikan?"
Tanya sang sekretaris kembali. Tuan Lee terlihat menggeleng pelan.Dan setelahnya pertemuan itu di tutup.
VannoWilliams