Kamar utama kedua di mansion itu terasa hangat untuk dijadikan tempat beristirahat setelah beraktifitas. Namun kedua insan, yaitu sang pemilik kamar. Memilih membuat lelah diri mereka kembali. Hari masih siang, tapi keduanya hendak melakukan aktifitas yang biasa mereka lakukan pada malam hari. Sepertinya sang suami menginginkan istrinya lebih awal dari waktu seharusnya.
Bibir terus di panggut, dilumat bahkan digigit hingga menimbulkan rasa anyir akibat darah yang keluar dari luka bekas gigitan diujung bibir sang istri.
Sang suami mulai membuka seluruh pakaiannya. Masih dengan memanggut bibir itu tanpa ingin melepaskannya.
Mark rasanya ingin pingsan jika terus seperti ini, suaminya begitu bernafsu sekarang. Untuk bernafas saja ia sangat sulit. Setelah bibir itu terlepas akibat dorongan Mark pada dada Jeno. Barulah Mark bernafas dengan legah.
Mata sayu menatap mata berkabut nafsu. Jeno masih berusaha melepaskan pakaian atasnya. Tidak ingin melepas semuanya, hanya ingin menunjukan tubuh bagian atas pada sang istri yang selalu menyukai otot di perut dan juga di lengannya.
Bibir kembali di panggut, setelah berhasil melepas seluruh pakaiannya.
Mark melenguh pelan, saat sang suami mulai menarik keatas pakaian atasnya. Memasukan tangannya untuk memainkan dua tonjolan kecil yang mulai membesar itu.
"Akh!"
Mark memekik keras saat sang suami malah mencubit ujung dadanya. Gigitan pada bibirnya ia lakukan karena terlalu terangsang dengan perlakuan sang suami. Jeno masih melakukan hal itu terus menerus. Sangat menikmati wajah terangsang sang istri yang sangat menggoda untuknya."Eumh..Nono..sudah!"
Mark memejamkan kedua matanya, menahan desahan yang hendak keluar dari bibirnya. Wajah Jeno mendekat, berbisik di telinga sang istri sambil menjilat telinga itu dengan sensual."Sangat cantik.."
Ucapnya dengan lirih. Mark membuka kedua matanya, kembali bertemu dengan kedua mata tajam itu.Wajah di sentuh lalu ditarik agar ciuman mereka kembali bertemu. Kali ini Mark ingin mendominasi, meskipun sepertinya akan sangat sulit.
Lidah di masukan ke dalam mulut, menarik lidah sang dominan untuk di adu. Air liur mulai membasahi dagunya.
"Eughh..!"
Mark kembali mengeluh saat sang suami kembali bermain di dadanya. Ciuman di putus, menatap kesal sang suami."Biarkan aku yang di atas!"
Ucapnya yang masih menampilkan wajah kesalnya. Dada dicubit kecil membuatnya memekik sakit karenanya. Bibir mengerucut menatap mata sang suami yang tengah menatapnya dengan intens.Melepas kontak mata itu lalu berbaring di pinggir ranjang sambil menjadikan kedua lengannya sebagai bantal.
"Aku milik mu"
Ucapnya sambil mengedipkan sebelah matanya pada Mark. Mark yang melihat hal itu merasa kagum dengan ketampanan sang suami. Ia langsung merangkak menaiki tubuh berotot sang suami lalu kembali mencium bibir itu."Tidak boleh pakai tangan!"
Ucap Mark yang mulai melepas satu persatu bajunya. Jeno mengangguk. Kedua lengan kekarnya masih berada di belakang kepalanya, menjadi bantalan untuknya. Mark tersenyum lalu mulai menelanjangi dirinya. Ia sangat merindukan sang suami yang entah mengapa malah bertambah tampan saja rasanya.Tubuh sudah polos tanpa sehelai benang pun. Kedua mata Jeno terus tertuju pada dada Mark. Terus melirik mesum bentuk tubuh sang istri.
"Tutup mata mu!"
Ucap Mark kembali memerintah. Jeno ingin protes, namun bibir kembali merengut karena tidak di kabulkan keinginannya. Dengan sedikit kesal Jeno memilih menutup matanya. Padahal tubuh sang istri begitu indah untuk dipandang, malah yang punya tidak mengijinkannya untuk melihatnya.Rasa basah mulai melingkupi bagian perut Jeno. Ia bisa menebak jika itu adalah lidah sang istri. Terus turun ke bawah, hingga sampai pada kebanggaan miliknya.
Kain dibawah dibuka perlahan agar memunculkan milik Jeno yang sangat ia rindukan. Mengobrol sebentar dengan benda panjang itu, membuat Jeno menahan lenguhannya karena sang istri tidak kunjung menyentuhnya juga.
Sempat ingin protes karena terlalu lama, namun tidak lama kemudian tangan Mark langsung menyentuh miliknya dengan tiba-tiba. Membuat Jeno menggigit bibirnya gemas dengan keadaan mata yang tertutup.
Rasa hangat mulai melingkupi miliknya. Mark mulai menaik turun kan tangannya sambil menatap sensual kearah sang suami yang tidak bisa melihatnya sama sekali.
Hingga benda lunak yang tadi kembali menyentuh ujung miliknya.
Ugh! Jeno ingin mendesah rasanya.. ini terlalu nikmat!
Mark semakin menaik turun kan mulutnya yang sudah penuh dengan milik sang suami. Memberikan sevice terbaiknya untuk sang suami.
Cukup lama ia melakukan hal itu. Hingga akhirnya ia memilih berhenti karena terlalu lelah. Jeno benar-benar tidak bisa keluar hanya dengan mulut saja. Ia harus menggunakan lubangnya jika begini.
Perut kembali dinaiki. Lubang diarahkan pada penis besar itu. Perlahan tapi pasti, tubuh Mark turun ke bawah. Memasukan benda besar itu kedalam liang kenikmatannya.
Begitu menyakitkan awalnya, entah mengapa padahal baru beberapa hari ia tidak berhubungan dengan suaminya. Tapi rasanya begitu menyakitinya.
Bibir di gigit pelan karena semakin sakitnya.
"Nono.."
Ucapnya dengan lirih. Mata Jeno terbuka perlahan menatap sang istri yang kesusahan memasukan miliknya pada tubuhnya.Senyuman tipis terukir, lalu dengan cepat membalik keadaan. Membuat sang istri berada di bawahnya saat ini.
"Tadi siapa yang ingin di atas, hm?"
Godanya sambil mengecup pipi gembil itu. Mark merengut kesal."Jangan menggoda ku.."
Ucapnya dengan sedikit kesal. Jeno kembali tersenyum lalu mulai memanggut bibir lembut Mark. Perlahan tangan kekar itu mulai turun ke bawah, mengambil miliknya yang mulai mengeras. Mengangkat paha sang istri agar semakin tinggi. Menempatkan miliknya yang sudah sangat menegang itu di depan liang kenikmatan Mark itu.Jeno terus melumat bibir Mark karena ia tau jika ini pasti akan menyakitinya. Dan dengan perlahan ia mulai memasukan miliknya ke dalam lubang itu dengan perlahan. Mark ingin memekik, namun bibirnya sudah tersumpal bibir sang suami sekarang. Memanggut bibirnya dengan lembut mencoba menenangkan sang istri saat ia berhasil memasukan seluruh miliknya ke dalam sana.
Setelahnya ia mulai memaju mundurkan miliknya dengan perlahan. Agar sang istri mulai merasa tenang. Bibir di lepas, membuat sang istri mendesah karena rasa asing di bawah sana.
"Akh!"
Pekiknya saat dengan mudah Jeno menemukan titik spotnya. Leher sang suami kembali dipeluk, mendesah sekuat yang ia bisa. Mencoba membangkitkan gairah sang suami yang sudah bangkit sedari tadi.Sepertinya malam ini akan terasa panjang untuk keduanya, yang tengah saling merindukan satu sama lain itu.
VannoWilliams