Malam harinya Jaemin meminta Mark untuk beristirahat di kamarnya. Dan biarkan saja ia yang tidur di sofa. Karena apartement Jaemin hanya memiliki satu kamar saja. Namun Mark menolak. Ia ingin melihat Jaemin bekerja dengan laptopnya. Mengecek catatan medis dari pasiennya. Dan hal itu berhasil membuat kepala Jaemin ingin pecah rasanya.
"Kau tau, kau sangat mirip dengan adik sepupu ku"
Ucap Mark yang kini memperhatikan keseluruhan wajah tampan Jaemin. Jaemin yang di tatap seperti itu berusaha menetralkan detak jantungnya saat ini."Dia juga tampan sama seperti mu!"
Ucap Mark sekali lagi. Jaemin hanya tersenyum malu. Ia merasa senang di puji Mark seperti itu."Kalian memang sangat mirip!"
Pekiknya nyaring setelah berhasil menelusuri setiap inchi wajah Jaemin."Tapi sifat kalian berbeda"
Lanjutnya yang kembali menangkupkan wajahnya di kedua tangannya."Jayden itu sangat baik. Ia bahkan sangat perhatian dan penuh kasih sayang. Dia murah tersenyum sama seperti ayahnya dan sangat baik sama seperti ibunya"
Ucap Mark yang kembali mengingat sang adik sepupu yang sebentar lagi akan menikah itu. Na Jayden merupakan adik kandung dari Na Harsha, yaitu salah satu sahabat dekat Mark. Jayden merupakan anak bungsu dari Na Jackson dan Na Mia.Jaemin hanya terdiam mendengar semua perkataan Mark. Ia menatap wajah manis itu dengan senyuman teduhnya. Entah mengapa ia sangat suka melihat wajah anak itu. Terlihat manis namun terkesan tegas.
"Sedangkan kau! Kau mudah marah! Dan sangat cerewet!"
Ucapnya yang tiba-tiba saja menunjuk tepat di depan wajah Jaemin."Hei jaga bicara mu! Aku ini lebih tua dari mu!"
Teriak Jaemin dengan sedikit kesal. Mark hanya mendengus saja. Jaemin yang melihat raut kesal Mark juga ikut merengut kesal."Pergilah ke kamar! Istirahatkan diri mu! Kau kan sedang hamil!"
Ucap Jaemin yang mulai kembali sewot. Mark menatap kesal kearahnya lalu segera berbalik meninggalkan Jaemin yang hanya bisa menghela nafas lelah.Namun belum ada beberapa menit ia merasa nyaman. Mark tiba-tiba saja kembali datang dengan selimut tebal yang melilit tubuhnya.
"Jaemin.."
Panggilnya dengan lirih sarat nada suara yang sedikit manja. Jaemin kembali memijit keningnya lalu menatap malas kearahnya."Kenapa!?"
"Temenin aku tidur.."
Ucapnya dengan puppy eyes yang sangat menggemaskan. Jaemin kembali menghela nafas lelah. Bagaimana bisa ia menerima tawaran untuk merawat bayi cheetah yang sangat manja ini."Tunggu sebentar"
Ucapnya yang langsung segera menyelesaikan pekerjaannya. Dan setelah selesai, ia langsung menghampiri Mark yang masih setia menunggunya.Tanpa bicara ia langsung pergi ke kamarnya dengan di susul Mark di belakangnya.
"Peluk aku, ya!"
Perkataan Mark kembali berhasil membuat Jaemin spot jantung.
"Apa!?"
"Ayolah.."
Mark kembali memohon. Dengan terpaksa Jaemin menuruti keinginan bocah itu. Ia menarik Mark ke dalam pelukannya dan mulai menyamankan tidurnya. Mark membalas pelukan itu yang langsung membuat Jaemin berusaha keras mengontrol dirinya."Pelukan mu terasa hangat.."
Ucapnya dengan gumanan."Walaupun tidak sehangat suami ku"
Dam!
Tubuh Jaemin tiba-tiba saja menegang saat mendengar ucapan Mark. Ia kembali sadar bahwa Mark pastinya sudah memiliki suami disana. Mengingat ia tengah hamil sekarang.
Memangnya apa yang sedang ia pikirkan saat ini?
Nyonya Lee tiba-tiba saja terbangun dari tidurnya. Ia mengalami mimpi buruk tentang anaknya.
Tuan Lee yang selalu ada di sampingnya menoleh kearah sang istri yang tiba-tiba saja terbangun dengan nafas yang memburu.
"Ada apa, sayang?"
Tanyanya."Nono, dimana Nono!?"
Tanya nyonya Lee yang terlihat panik."Dia sudah pergi"
Ucap Tuan Lee mencoba menenangkan sang istri."Kemana!?"
Tanya nyonya Lee yang sebenarnya memang tidak tau apa-apa mengenai kepergian Jeno."Dia menjemput Mark"
"Menjemput?"
"Mark Lee, dia sedang berada di korea selatan sekarang"
"APA!?"
Setelah turun dari pesawat pribadi milik keluarganya, Jeno berhasil menginjakan kakinya di negara tempat dimana sang istri berada.
Ia menelisik kesekitar arah, melihat betapa lebatnya hutan yang ada di depannya.
Ia tau jika sang istri di buang ke hutan ini.
Dengan sangat santai ia berjalan keluar dari jurang dan mulai melacak keberadaan sang istri.
Di tengah malam pria itu berjalan menelusuri lorong gelap yang ada di tengah kota. Ia masih mengikuti sinyal pelacak yang selalu Jeno berikan pada Mark saat ia pergi keluar mansion. Dan karena jarak mereka yang tidak terlalu jauh, akhirnya sinyal itu kembali aktif.
Hingga di ujung gang sempit itu. Ia bertemu beberapa preman atau lebih tepatnya perampok yang tengah berkumpul di pinggir lorong. Melihat Jeno datang dengan pakaian formal dan terlihat sangat kaya membuat mereka tergiur untuk mendekatinya.
Jeno tidak mempedulikan mereka, ia hanya terus berjalan untuk segera menemui sang istri yang entah bagaimana keadaannya sekarang.
"Hei! Kau mau kemana!?"
Teriak salah satu dari mereka yang berhasil membuat Jeno menghentikan langkahnya.Pria tampan perwaris tahta cosa nostra itu hanya diam saja dan tidak menoleh sama sekali.
Para perampok yang melihat sikap Jeno terlihat mulai termakan emosi. Mereka mulai menghampiri Jeno berniat memberikan pelajaran kepada pria tampan itu. Namun belum sampai ia menyentuh Jeno. Pria tampan itu langsung berbalik dan menembak tepat ke arah bahu pria itu. Gerakan Jeno sangat cepat sampai tidak ada yang menyadarinya.
Jeno masih diam di tempat namun ia menoleh sebentar kearah penjahat itu. Teriakan sakit terdengar dari mulutnya hingga membuat seluruh temannya mulai menghampirinya.
"Apa yang kau lakukan padanya!?"
Teriak yang lainnya. Jeno hanya diam saja lalu membalik tubuhnya menatap datar kearah semuanya."Dasar!"
Para perampok itu mulai mendekatinya. Dan berusaha menyentuh pria tampan itu. Namun nihil, Jeno bukan tandingan mereka. Ia tidak berasal dari negara ini, dan ia merupakan seorang anggota mafia sicilia. Penjahat yang ia temui di italia jauh lebih berbahaya dari mereka. Jadi mereka bukan apa-apa untuknya.Setelah semuanya tergeletak tidak berdaya. Jeno kembali membalik tubuhnya dan kembali berjalan menuju rumah sakit, tempat dimana Mark di rawat sebelumnya.
VannoWilliams