part 6

6.8K 569 0
                                    

Jeno berhasil mendapatkan target sasaran untuk Mark. Dan Mark berhasil menembaknya dengan tepat sasaran.

Jeno menatap wajah sang kakak yang terlihat sangat bahagia. Lalu mengusap keringat yang ada di dahi Mark dengan lembut.

"Seharusnya kau tidak melakukan hal ini"
Ucapnya. Membuat Mark yang mendengarnya mulai menoleh kearahnya. Mark menatap bingung sang adik.

"Tidak ada tuntutan dari keluarga kita untuk kau melakukan semua ini"
Lanjut Jeno menjelaskan maksud dari perkatannya. Mark yang mendengar hal itu memilih mendengus pelan.

"Aku suka menembak. Mommy dan juga daddy tidak melarang ku melakukan itu"
Ucapnya yang kini memeriksa keadaan pistolnya.

Jeno menatap sang kakak dengan lekat.
"Aku menghawatirkan mu"
Ucapnya dengan lirih. Mark yang mendengar hal itu langsung menatap kaget kearah sang adik.

"Menghawatirkan ku?"
Mark mengulang kalimat yang sama karena semakin kagetnya. Jeno hanya diam saja tanpa mengatakan apapun.

Mark tersenyum manis.

"Astaga Nono, kau sangat baik kepada ku"
Mark berjalan mendekati sang adik. Hingga membuat Jeno harus mundur perlahan. Mark merengutkan wajahnya saat melihat sang adik yang malah menghindar.

"Ada apa? Aku hanya ingin mengucapkan terimakasih kepada mu"
Ucap Mark yang kembali berjalan mendekati sang adik. Kali ini Jeno tidak mundur, namun ia menundukkan pandangannya.

Mark kembali tersenyum saat melihat sesuatu yang berubah pada sang adik setiap kali ia menggodanya.

"Jeno, sepertinya telinga mu memerah lagi.."
Ucapnya dengan seduktif di depan wajah sang adik. Jeno kembali mengangkat wajahnya hingga kedua pasang mata itu kembali bertemu.

Mark menatap kedua mata tajam milik sang adik dengan dalam. Ia sempat terpesona dengan mata indah milik ayahnya itu. Meskipun sudah berkali-kali menatapnya, ia tidak akan pernah bosan.

Jeno tidak bergeming saat sang kakak mulai mendekatkan wajahnya.

"Nono, kau tau..? Kau pria paling tampan yang pernah ku temui"
Ucapnya dengan senyuman manis setelahnya. Jeno menetralkan nafasnya lalu menatap sang kakak dengan wajah datarnya.

"Kita harus kembali"

"Ah, kenapa cepat sekali? Aku ingin terus di sini bersama mu"
Ucap Mark yang kembali menggoda sang adik.

"Mark Lee"
Suara Jeno terdengar memberat.

"Ah baiklah..baiklah..kita kembali sekarang"
Mark memilih mengalah sekarang karena ia tidak ingin membuat sang adik marah.

Kegiatan itu berakhir dengan lancar. Dengan Yejina yang mendapat lecet di kakinya karena kecerobohannya sendiri. Namun Mark masih menatap sanksi gadis itu.

"Aku tidak bisa membayangkan jika Nono menikah dengannya"
Ucapnya dengan gelengan kepala setelahnya. Menolak hal itu terjadi di masa depan.

Setelah berkemas-kemas, dan hendak pulang. Terlihat Mark yang memeluk sahabatnya satu persatu. Karena ia harus kembali ke mansion cosa nostra bersama sang adik.

"Berkunjunglah ke mansion sesering mungkin"
Ucap Mark.

"Kami usahakan"
Ucap Rafaele mewakili kedua temannya yang lain.

Di dalam mobil, Mark memilih untuk tidur karena terlalu lelah.

"Jeno, bangunkan aku ketika sudah sampai.."
Ucapnya yang mulai menguap. Jeno tidak menjawab, ia hanya memperhatikan sang kakak yang mulai tertidur.

Setelah sampai di depan mansion. Mark masih tertidur. Lagi dan lagi Jeno akan menggendongnya dan membawanya masuk ke dalam mansion.

"Selamat datang anak-anak mommy!"
Teriak sang ibu saat melihat kedua anaknya yang sudah masuk ke dalam mansion. Jeno memberi hormat kepada sang ibu.

"Nono, apa yang terjadi pada kakak mu?"
Tanya sang ibu yang kini melihat kearah kloning muda miliknya yang tengah tertidur di gendongan sang adik.

"Tertidur"
Jawab Jeno singkat.

"Astaga anak ini! Tidak menggambarkan seorang anggota keluarga cosa nostra pada umumnya!"
Ucap sang ibu yang mulai tersulut emosi karena ulah anak sulungnya. Sedangkan Jeno hanya diam saja sambil mendengarkan perkataan sang ibu.

"Yasudah, tolong kamu bawa anak nakal ini ke kamar"
Ucap sang ibu. Jeno mengangguk pelan, lalu segera membawa sang kakak ke kamarnya.

Setelah membaringkan sang kakak. Jeno memutuskan untuk segera pergi. Namun Mark tiba-tiba saja terbangun dari tidurnya, membuat ia menahan langkahnya.

"Jeno, apa kita sudah sampai?"
Tanyanya dengan suara yang sedikit serak.

"Kita sudah sampai"
Jawab Jeno dengan suara lembutnya.

"Aku masih mengantuk"
Keluh Mark yang kembali menutup matanya.

"Tidurlah"
Jeno mulai mengelus rambut sang kakak dengan lembut. Hingga Mark kembali tertidur.

"Kau kakak ku, tapi mengapa aku merasakan perasaan berbeda saat bersama mu?"
Ucap Jeno dengan lirih.
























VannoWilliams

Mafia Wife (NoMark)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang