part 31

3.1K 270 0
                                    

"Lepaskan!"
Mark mencoba berontak ketika Jaemin memaksa ia untuk masuk ke dalam kamar. Tapi Mark menolak. Bukan karena apa, tapi ia tidak ingin masuk ke dalam kamar. Ia bahkan sangat ingin menemui seseorang yang ada di depan apartement Jaemin. Sampai pada akhirnya Jaemin tidak ada pilihan lain selain menggendong Mark.

Namun belum sempat ia melakukan hal itu, tubuhnya tiba-tiba saja terpental cukup jauh dengan diiringi suara tembakan, membuat semua yang ada di sana terlihat kaget. Lengan pria itu tertembak, hingga mengeluarkan darah yang cukup banyak.

Mark bahkan tidak percaya dengan apa yang ia lihat.

Hingga sesuatu tiba-tiba saja masuk ke dalam indera penciumannya. Ini wangi parfum milik suaminya.

Ia segera menoleh kearah samping tubuhnya, dan betapa kagetnya ia saat melihat Jeno yang tengah berdiri di depannya dengan tatapan dinginnya.

"Nono!"
Teriaknya dengan perasaan yang sangat bahagia. Ia segera berlari kearah Jeno dan langsung memeluknya dengan sangat erat.

"Aku merindukan mu.."
Ucapnya dengan rengekan sambil mengendus bau maskulin yang di keluarkan oleh sang suami. Jeno menarik tubuh Mark, lalu memperhatikan seluruh wajahnya. Mencoba mencari luka di sana. Lalu ia melirik kearah seluruh tubuh Mark. Tiba-tiba saja ia merasa sangat marah saat melihat pakaian yang tengah Mark gunakan. Belum lagi itu kemeja Jaemin. Tentunya baunya akan tertinggal disana.

Jeno hendak merobek baju itu, namun Mark menghentikan kegiatannya.

Ia menangkup wajah sang suami lalu tersenyum menatapnya.

"Kau merindukan ku?"
Tanyanya sambil mengelus rahang tegas itu. Jeno mengangguk, membuat Mark tersenyum dan langsung memberikan satu ciuman lembut pada bibir tebal itu. Menggigit bahkan menghisapnya dengan sedikit rakus.

"Eumhn.."
Mark bahkan semakin menekan bibirnya agar Jeno lebih leluasa menciumnya. Setelah puas berciuman Mark kembali menatap kearah sang suami.

"Lepaskan!"
Ucap Jeno tertuju pada kemeja Mark. Mark terlihat kebingungan. Hingga akhirnya Renjun yang masih ada disana tersadar.

"Aku membelikan mu pakaian tadi"
Ucapnya yang segera mengambil beberapa pakaian yang tadi sempat mereka beli. Mark mengangguk tersenyum, lalu berguman terimakasih. Setelahnya ia langsung masuk ke dalam kamar untuk mengganti pakaiannya.

Sedangkan Renjun masih ada disana. Menatap kearah Jeno yang tengah menatap tajam kearah Jaemin yang tengah di obati oleh Haechan.

Chenle yang baru saja datang dari dapur setelah mengambil minuman untuk Jaemin. Melirik kaget kearah wajah tampan Jeno.

"Astaga, dia benar-benar seorang mafia. Baru kali ini gue ngeliat cowok seganteng dia"
Bisiknya pada Haechan, masih dengan tatapan takjubnya. Haechan hanya mengangguk pelan saat mendengar perkataan dari Chenle itu.

Ia juga mengakui, jika Jeno terlihat sangat tampan dan berwibawah. Pria itu memiliki karisma yang terlihat jauh berbeda dengan mereka. Sampai membuat mereka tertegun saat melihatnya tadi.

Setelah mengganti pakaiannya. Mark segera keluar dari dalam kamar, lalu kembali berjalan kearah Jeno.

Ia menoleh kearah seluruh penghuni rumah.

"Dia suami ku!"
Ucapnya sambil menggandeng lengan Jeno. Jaemin yang mendengar hal itu sempat terkejut. Namun akhirnya ia sadar mengapa Jeno sampai semarah itu tadi.

"Dan dia juga adik ku!"

"APA!?"

"AUCH!"
Jaemin memekik sakit saat Haechan tiba-tiba saja menekan lukanya. Mark yang melihat ekspresi kaget dari mereka memilih tersenyum kecil.

"Ah, percuma di jelaskan juga kalian tidak akan mengerti!"
Ucapnya.

"Tapi yang pasti dia adalah suami ku. Itu sebabnya kami bersama! Dan terlebih lagi dia bukan adik kandung ku"
Ucap Mark yang berhasil membuat Renjun mengangguk namun yang lainnya masih belum paham. Tapi tidak masalah. Setidaknya ada satu yang paham. Mark kembali menoleh kearah sang suaminya. Lalu mengalungkan tangannya di leher jenjang itu.

"Bagaimana bisa kau menemukan ku?"
Tanya Mark.

"Pelacak yang selalu kau bawa"
Ucap Jeno. Mark yang tersadar langsung mengangguk paham.

"Kita harus pulang"
Ucap Jeno.

"Apa bisa?"
Tanya Mark yang mulai berbinar. Tentu saja. Ia sangat ingin pulang. Jeno mengangguk. Mark tersenyum bahagia.

Ia melepas rengkuhannya pada sang suami lalu menoleh kearah keempat manusia yang tengah melihat kearahnya.

"Terimakasih untuk semuanya"
Ucapnya dengan senyuman hangatnya. Ia memeluk mereka satu persatu, bahkan Jaemin pun juga ia peluk, mengakibatkan rasa cemburu kembali menyelimuti Jeno, namun ia hanya memilih untuk diam saja. Karena sebentar lagi mereka juga akan pulang.

"Cepatlah menikah!"
Ucap Mark sambil menepuk punggung Jaemin dengan sedikit kuat hingga menimbulkan protesan kecil dari mulutnya. Mamun ia tetap tersenyum. Ia pasti akan sangat merindukan Mark. Terlebih lagi rasa suka yang tiba-tiba muncul di dalam hatinya namun tetap saja ia tidak bisa melakukan apapun. Karena pria seperti Jeno lah yang harus ia hadapi nantinya. Ia mana sanggup!? Ia hanya bisa berharap, bisa memiliki pasangan yang seperti Mark. Walau tidak mirip setidaknya ada kesamaan dari keduanya.

"Aku akan merindukan kalian"
Ucap Mark setelah melepaskan pelukannya dari Renjun.

"Dan terimakasih.."
Ucapnya dengan lirih dan hampir saja menangis.

"Sampaikan salam ku pada keluarga mu disana. Bagaimanapun juga kau sudah kami anggap seperti keluarga kami sendiri"
Ucap Renjun yang hampir saja menangis, begitu juga dengan kedua temannya.

"Pasti"
Ucap Mark dengan pasti. Renjun, Haechan, Chenle dan Jaemin menatap kearahnya dengan tersenyum. Mereka pasti akan merindukan anak itu.

Jeno menarik pinggang Mark lalu mencium pipinya dengan pelan. Mark menoleh kearahnya lalu tersenyum.

Jeno menoleh kearah mereka lalu mengangguk pelan sambil mengucapkan rasa terimakasihnya. Karena sudah menjaga Mark selama ini.




















































VannoWilliams

Mafia Wife (NoMark)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang