07.

20.5K 1.4K 33
                                    


" Ini bagus ga sih buat tema lukisan gue untuk festival besok? " Renjun menunjukkan sebuah novel kepada Jeno.

Jeno hanya mengangguk sebagai jawaban, kini Renjun dan Jeno sedang berada di sebuah perpustakaan kota, Renjun yang mengajaknya. Setelah belajar kelompok tadi Renjun meminta untuk ditemani ke perpustakaan kota, Jeno sudah menyuruhnya untuk ke perpustakaan kampus saja namun kata Renjun bukunya membosankan.

" Gue bingung deh jadi ikut festival apa engga, jadi insecure. " keluh Renjun.

" Kenapa insecure? lukisan lo cantik. "

Renjun mengangguk kecil. " Yang lain pada keren keren gitu maksut gue. "

" Lo juga keren kali. "

" Terlalu monoton ga kalau cuman lukisan? " tanya Renjun yang kini ditangannya sudah ada beberapa novel yang ingin ia pinjam.

Jeno menggeleng. " Enggak injun. "

Renjun tersenyum, ia pun menggandeng tangan Jeno untuk meminjam buku itu. Renjun pun menaruh buku itu diatas meja sang resepsionis, ia mengeluarkan kartunya, ia sudah sering meminjam.

" Terimakasih. " ujar Renjun sehabis itu memasukkan novel novel itu kedalam totebag miliknya dan berjalan dengan Jeno kembali.

" Mau langsung balik? " tanya Jeno yang kini mereka sudah diluar.

" Iyadeh, mau malem juga. Lo ga dicariin tante Na? " tanya Renjun sembari memakai helm yang dikasih Jeno.

" Gatau sih, hp gue mati, tapi kemaren gue udah izin. "

Renjun mengangguk dan menaiki motor Jeno yang besar itu, Renjun pun memeluk pinggang Jeno dan Jeno langsung melesatkan motornya menuju rumah Renjun. Jeno pun sampai dengan selamat dirumah Renjun dan Jeno langsung pulang setelah itu. Jeno langsung memutar balik motornya menuju rumahnya, sesampainya dirumah ia langsung masuk dan tak melihat ibunya itu sama sekali.

" Ma? " panggil Jeno. Jeno pun dengan segera naik dan menuju kamar mamanya itu, kosong. Oke, Jeno panik sekarang.

Jeno mencoba menelfon pakai telephone rumah dan sambungan itu tersambung namun ada nada dering di sofa tengah, itu handphone mamanya. Jeno pun mematikan telfon itu dan mulai bergegas untuk keluar kembali. Saat ia ingin mengeluarkan motornya itu ia mendengar ada yang memanggilnya.

" Jeno? "

Jeno menoleh dan perasaan lega menghinggapnya sekarang. Ia pun memasukkan motornya lagi dan berjalan menuju Jaemin. Ya, itu Jaemin yang membawa plastik berisikan dua bungkus nasi goreng.

" Mama darimana sih? aku cariin dimana mana gaada, aku panik tau ga. "

" Astaga, mama beli nasi goreng. "

Jaemin berjalan mendahului Jeno untuk masuk kedalam rumah. Ia pun menuju dapur dan mengambil dua piring lalu membukakan bungkus nasi goreng itu, menaruh sendok di setiap bungkusnya. Jaemin melihat Jeno langsung duduk dihadapannya, jujur saja Jaemin masih sedikit malu dengan Jeno, Jaemin harap mereka tidak akan pernah melakukan lagi dan tidak mengingatkan.

" Gimana belajar kelompoknya? " tanya Jaemin kepada Jeno. " Ga gimana gimana, aku bagian panitia festival. " kata Jeno.

" Bagus dong, nanti kamu bisa dapet point lebih. "

Jeno hanya mengangguk sebagai jawaban ibunya itu. Jaemin jadi teringat kejadian pagi tadi dimana anaknya dicari ayahnya.

" Ohiya, tadi Ayah kamu nyariin. Katanya udah bilang ke kamu, tapi kamu belum respon. "

" Ngapain? hp Jeno mati tadi. "

Jaemin menaikkan bahunya. " Katanya sih Haechan ngidam pengen ketemu sama kamu. " Jaemin terkekeh.

" Dih, ngapain, ogah aku. Ngidam kok aneh banget. " delik Jeno tak suka.

" Heh, jangan gitu. Gitu gitu juga ibu kamu itu, Jeno. Itu juga adek kamu yang dikandung Haechan. "

Jeno menggeleng. " Ibu aku cuman mama dan bakal selalu mama doang. Aku gabutuh 2 ibu. "

Jaemin tersenyum di sela sela makannya. Anaknya ini memang kadang romantis, kadang jutek, kadang dingin, kadang cuek, kadang manis, campur campur.

" Tapi kalau ketemu sama Haechan gaboleh ketus, ya? dia lagi hamil. Kasihan ayah sama Haechan juga. " ujar Jaemin memberikan anaknya pengertian.

" Emang mereka kasihan sama mama? "

Bibir Jaemin mengatup, ia lupa jika anaknya ini pandai membalikkan kata kata. " Gapapa, mama kan masih punya nono. "

" Mama aku cium kalau manggil pakai nama itu lagi. "

" Nono nono nono nono. " ledek Jaemin.

" Mama! " teriak Jeno. Jaemin yang telah selesai makannya daritadi pun langsung lari dari hadapan sang anak, melihat anaknya kesal itu membuatnya senang.

Jaemin pun berhasil masuk kedalam kamarnya dan mengunci itu, ia bisa mendengar jika anaknya sudah tidak memanggilnya lagi. Ia pun mulai naik keatas kasur dan bersantai disana.

Sedangkan Jeno sendiri ia keluar rumah untuk mengambil sesuatu yang ia beli tadi yang masih berada di motornya. Ia pun mengambil plastik itu dan kembali ke kamarnya. Jeno mulai membuka bungkus dari produk itu dan ia pasang di  meja belajarnya itu, Jeno membeli sebuah furniture bergambar kartun kesukaanya itu. Jeno itu suka sekali mengoleksi barang, dulu sewaktu ia berada menengah pertama ia suka sekali membaca komik. Dan sekarang komik itu sudah entah berada kemana.

Mungkin sama ibunya dijual ke barang bekas, kan lumayan jadi uang. Jeno pun menyalakan komputer miliknya dan mulai memainkan game online disana, ia biasanya bermain dengan temannya namun sepertinya pria itu bermain sendirian. Umpatan keluar dari pria berkulit putih itu, mata elangnya menatap dengan intens pergerakan didalam komputer itu.

                             —

Hari ini Jeno tak memiliki kelas, jadi ia bisa bersantai hari ini namun ia akan seperti biasa jika pagi ia melakukan jogging didekat dekat sini saja. Ia pun sudah memakai singlet warna hitam dan ada airpods terpasang di telinganya, udara pagi ini sangat segar, membuat keringat Jeno dingin. Biasanya Jeno melakukan jogging serta olahraga itu bisa sampai 1 jam, dan saat kembali kerumah biasanya ia melihat ibunya yang menyirami taman atau memasak.

Jeno pun pulang dan melepas sepatunya, saat membuka pintu ia bisa mencium harum makanan mamanya, ia pun menghampiri ibunya yang berada didapur itu.

" Habis olahraga? " tanya Jaemin yang masih membelakangi Jeno.

" Iya. Paling males kalau jogging di komplek itu digodain ibu ibu. "

" Mungkin suka brondong. " canda Jaemin dengan tawa kecilnya itu. Jeno yang selesai dengan minumnya itu mendekat kearah ibunya. " Kalau mama suka brondong ga? "

" Kamu mau punya papa baru kah? "

Jeno tersenyum tipis mendengar itu. " Ya kalau mama bahagia punya pasangan lagi ya, ga masalah. " ia mengucapkan itu dengan hati yang sedikit sedih.

Jaemin tersenyum kearah anaknya itu. " Engga, mama gaakan nikah lagi. "

Hati Jeno sedikit lega, hey, ia baru sadar. Kenapa ia memiliki perasaan seperti ini? ini tak benar.

" Kalau ada brondong yang suka sama mama, mama bakal gimana? "

" Minta persetujuan kamu lah. "

" Kenapa Jeno? " tanya Jeno penasaran.

" Kamu kan anak mama, sayang. "

Oke. Ayo Jeno sadar. Didepanmu ini adalah ibumu. " Kalau Jeno ga setuju tapi mama cinta banget sama dia, gimana? "

Jaemin menggeleng. " Persetujuan kamu itu penting, kalau kamu ga setuju walaupun mama cinta sama orang itu, mama gaakan mau. "

" Kalau Jeno yang suka mama? "

Hening melanda keduanya. Hanya ada suara desisan masakan Jaemin disana, Jeno pun sedikit akward dengan situasi itu. Ia pun menambahi. " . . Sebagai ibu dan anak maksutnya. " gugupnya.

" Gapapa sayang. " jawab Jaemin langsung.

Mother - Nomin | END. [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang