20.

12.5K 879 6
                                    

Obat itu sudah masuk kedalam Jaemin, hati Jaemin kini berdetak sangat cepat tak mampu menyeimbangi. Jaemin menelan 3 pil sekaligus, dan bagi Jaemin itu sudah sangat ampuh sepertinya. Dan di cara penggunaan obat itu berucap hanya menunggu 20 menit setelah itu ia harus mengedan saja untuk mengeluarkan segumpal darah itu.

Tetapi ini sudah lewat lebih dari 30 menit, Jaemin melihat kembali obat yang ia makan tadi. Membaca cara penggunaan yang siapa tau ia salah, ia pun menelisik botol itu yang masih sama seperti tadi siang. Karena sepertinya kurang efektif, Jaemin mengambil 2 butir pil lagi dan ingin memakannya.

" Ngapain? "

Jaemin terjengat kaget dan langsung membuang pil itu dan menggenggam botol obat itu sampai tak terlihat di permukaan tangannya. Jaemin menoleh dan ada Jeno disana.

" Hah? eugh, engga. Aku mau minum tadi terus eum mau disini aja. " bibir Jaemin bergetar seraya memberikan penjelasan, dan Jaemin melihat Jeno hanya mengangguk saja.

Jaemin pun membuang botol itu di sampah dibalik meja itu dan berjalan kearah Jeno. Jeno pun merangkul pinggang Jaemin dan mengajaknya kearah kamar kembali dan mereka tiduran disana, kembali.

Jaemin menutup matanya di pelukan Jeno, ia tak sepenuhnya tidur. Kini ia sangat takut jika tiba tiba nanti ia merasakan gejala aborsinya, tetapi ia harus mengontrol rasa takutnya karena kini tangannya sedang dipegang oleh Jeno. Jaemin tak mau pria itu mengetahui perbuatannya.

                                  ---

Pagi menjelang, kini Jaemin sedang duduk di sofa dengan Jeno. Tangan Jeno kini berada di paha Jaemin dan mengelus pelan disana, Jaemin sedang mamakan camilan yang dibelikan Jeno.

" Kamu masuk kapan? " tanya Jaemin.

" Aku libur 2 bulan, masih lama. "

" Tugasnya jangan lupa. "

" Bawel. "

Jaemin mendengus, ia melanjutkan menonton televisi yang sedang menayangkan drama itu.

Aborsi Jaemin sepertinya gagal atau yang ia takutkan selanjutnya adalah anaknya sudah meninggal didalam sana dan tak bisa keluar. Tetapi saat ia memegang perutnya, tidak keras. Karena di botol itu menyebutkan ada gejala perut keras juga. Jaemin bingung sekarang, apa ia salah membeli obat atau gimana?

" Kenapa? " tanya Jeno tiba tiba saat melihat kekasihnya melamun.

Jaemin menoleh ke Jeno dan tersenyum disana lalu menggeleng. " Engga. "

" Kalau ada yang dipikirin, bilang dong. "

" Gaada Jen. "

" Awas ya bohong? "

" Engga sayangku. " ujar Jaemin memastikan lalu mengecup pipi putranya.

Cukup lama mereka menghabiskan waktu berdua itu, ada pertanyaan, obrolan singkat, sampai gombalan Jeno yang terdengar sangat classy. Tak lama setelah itu, ada terdengar bel berbunyi. Jaemin yang kaget langsung saja berdiri untuk menghindar ke Jeno.

Jaemin celingukan lihat dari jendela, ingin tau siapa yang berkunjung. Jaemin pun meletakkan bungkus snacknya dan mulai berjalan kearah pintu. Membukanya perlahan, dan.

Ada Mark disana. 

Jaemin tersenyum. " Hai, cari Jeno? "

Jaemin bisa melihat jika Mark terlihat sangat kaku sekarang, mungkin pria itu barusan dari kantor soalnya pria itu masih mengenakan seragam kantor.

Mark berjalan kearah Jaemin dan memeluk pria manis itu, Jaemin terkejut sangat terkejut. Mark memeluknya secara tiba tiba, Jaemin bisa merasakan deru nafas Mark di lehernya.

Mother - Nomin | END. [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang