Jisung kini sedang bermain bersama Karina di ruang tamu, pria kecil berusia 2 tahun itu terlihat sangat nyaman dengan Karina. Ia juga kerap memanggil wanita itu dengan sebutan mama seperti saat ini, wanita itu menjaga anak dari calon suaminya. Karina juga tau jika Jisung ini hasil perkawinan dari Jaemin dan Jeno." Mama! ini mainannya kok gini. " keluh Jisung dan menunjukkan mainan karet yang menjadi satu itu.
Karina mengambil mainan itu dan mencoba untuk membenarkan, berhasil. Mainan itu sudah terpisah pisah semua. Karina pun tersenyum dan mengasih ke Jisung kembali.
" Ini ya. " ucap Karina.
" Terimakasih mama! "
" Iya sayang. "
Keduanya pun sibuk kembali, dengan ocehan Jisung yang terkadang sangat berisik jujur saja membuat Karina terganggu. Karina tak suka kepada anak kecil, karena ini anak Jeno, ia harus suka dan mau merawatnya. Sebenarnya saat Jeno izin berziarah ke makam Jaemin ia melarangnya, ia takut jika Jeno berubah pikiran dan tak jadi menikahinya.
Jeno memberikannya pengertian setelahnya, akhirnya mau tak mau Karina harus mengizinkan dengan hati yang berat. Tak lama kemudian, suara deru mobil terdengar diluar. Karina pun dengan cepat membuka pintu utama itu dan ada Jeno disana.
Jeno tersenyum kepada Karina dan ia langsung memeluk wanita itu dan mengecup bibirnya pelan. " Jisung nakal? "
Karina menggeleng. " Engga kok. "
Jeno tersenyum dan melenggang pergi darisana, ia menghampiri anaknya yang sedang bermain itu. Hatinya berdenyut melihat Jisung yang sedang membelakanginya, mirip Jaemin. Jujur saja ia belum bisa melupakan Jaemin, namun ayahnya memaksanya untuk segera menikahi Karina.
" Papa! " pekik Jisung saat mengetahui ada ayahnya dibelakangnya.
" Hai, main apanih? " tanya Jeno seraya menangkap Jisung yang tiba tiba saja memeluknya erat.
" Icung main sama mama tadi, icung dibantu banyak sama mama, pa! "
Jeno tersenyum menanggapi itu, seharusnya yang dipanggil mama oleh Jisung itu seharusnya Jaemin. Jeno menggeleng pelan menghapus ingatannya. Ia selalu dihantui oleh wajah Jaemin, apakah ini efek rindunya?
Memang tak mudah bagi Jeno harus melupakan Jaemin yang telah tiada, ternyata ditinggal oleh Jaemin lebih mengerikan, ia seperti tak bisa hidup. Harusnya ia dulu mengikuti kata Jaemin untuk menggugurkan anaknya saja, ia begitu egois dulu. Tak jarang Jeno berimajinasi melihat Jaemin dirumah, entah pria itu sedang menggendong Jisung ataupun ia tersenyum.
Kehadiran Jisung, membuatnya seperti melihat duplikat Jaemin. Mata indah Jisung saat menatapnya itu seperti Jaemin menatapnya dulu.
Saat Jaemin dinyatakan meninggal, Jeno depresi berat. Bahkan pria itu sempat ingin membunuh Jisung yang menangis kencang karena Jeno membanting semua barang dirumahnya, Jeno stress mendengar tangisan Jisung. Pria kecil yang hampir dibunuh oleh ayahnya sendiri itu kini sudah 2 tahun, jika Mark tak datang kerumah, mungkin Jisung sudah ikut Jaemin ke surga.
Setelahnya, Mark membawa Jeno ke psikiater untuk memeriksakan Jeno. Sedangkan Jisung, Mark dan Haechan rawat sampai Jeno kembali bugar. Jeno dan Jisung bertemu setelah 1 tahun lamanya, Jeno sudah bisa melihat Jisung yang dapat berjalan.
Malam sudah tiba, kini Jeno sedang berada dikamarnya yang kini kasur itu sudah menjadi besar. Awalnya, Karina ingin menggunakan kamar Jaemin, namun Jeno melarang itu. Jeno menutup rapat kamar Jaemin, tapi tak jarang Jeno masuk ke kamar Jaemin jika ia rindu kepada pria manis itu. Bau Jaemin masih melekat disana, ia dapat menciumnya dengan tajam. Jeno semakin rindu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mother - Nomin | END. [REVISI]
FantasiaA nomin mature fanfiction. Tentang keluarga Lee dengan sang ayah bernama Mark Lee dan ibu bernama Lee Jaemin serta anak lelaki mereka bernama Lee Jeno. Sejak kecil, Jeno kerap ditinggal oleh ayahnya membuatnya sangat dekat dengan ibunya, baginya ib...