15.

16.7K 1K 97
                                    


Pagi menjelang, sinar matahari mulai masuk kedalam sela sela tirai kamar bernuansa putih itu. Dua sejoli ibu dan anak itu masih memejamkan matanya, dengan tangan si dominant yang memeluk sang submissive, keduanya nampak masih sangat nyenyak. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi.

Baiklah, mari kita tinggalkan kedua ibu dan anak itu. Kini kita beralih ke ibu hamil dan suaminya yang sudah siap semuanya. Mark tengah memakai seragam kantornya dengan dibantu oleh Haechan. Haechan mengecup bibir Mark pelan sebelum lelaki itu keluar.

" Mau masak apa? " tanya Haechan.

" Apa aja, aku suka. "

Mark tersenyum. Mereka berdua pun langsung keluar dari kamar dan Haechan membuatkan teh untuk Mark. Haechan sebenarnya tak bisa memasak, namun ia akan berusaha untuk suaminya itu. Mark yang hampir setiap hari membeli makanan dari luar itu sedikit bosan. Sedikit kesal karena Haechan tak bisa memasak seperti Jaemin.

Ah, dia jadi rindu kepada masakan mantan istrinya itu. Jujur saja saat ia ingin menceraikan Jaemin ia sedikit ragu, dia memiliki dua alasan disini. Dia cinta dengan Haechan, dan ia tak ingin Jaemin  merasakan sakit karena omongan ibunya.

Mark pun melahap roti panggang itu dan menghabiskan tanpa gangguan apapun. Mark pun berpamitan dengan istrinya yang sedang hamil 5 bulan itu, tak lupa ia mengecup kening dan bibir Haechan.

                                   —

Jeno dan Jaemin kini telah membuka matanya, keduanya masih bergulung didalam selimut itu. Tubuh telanjang itu masih suka menempel satu sama lain, Jaemin yang memeluk Jeno dari samping dan Jeno yang menjadikannya lengannya sebagai bantal Jeno.

" Jadi, kita apa? " tanya Jaemin yang mendongak menatap anaknya itu. Sedikit ada harapan dibenaknya.

Jeno terkekeh. " Ya, ibu dan anak? "

Jaemin sedikit kecewa, ia kembali menidurkan kepalanya di bantal. " Cuman itu? "

" Memangnya apa? "

" Pacaran? " cicit Jaemin dengan suaranya yang sangat kecil tetapi Jeno dapat mendengarnya dengan baik.

" Mama mau? "

Jaemin diam. Sebetulnya, ia juga masih bingung dengan perasaannya sendiri. Tetapi ia juga mengakui jika sudah menaruh hati pada anaknya sendiri, terlepas dari perlakuan dan kelakukan keduanya selama ini. Jaemin menjadi sangat bimbang, ia masih menjadi ibu Jeno dan berpacaran dengannya?

Tapi jika pacaran bukannya ada kata putus setelahnya? ia takut jika nanti mereka putus, bagaimana suasana mereka? umurnya juga sudah tak cocok jika berpacaran kembali. Ini susah.

" Its okey ma, kita kaya gini aja. Gausah dipaksain gapapa. " ujar Jeno yang melihat Jaemin hanya diam saja.

Jaemin mengangguk. " Tetep kaya biasanya, ya? "

" Iya. "

Keduanya menyatukan bibir mereka, menyesap bibir satu sama lain. Hati Jaemin menghangat mendengar kata Jeno barusan, semoga keputusan yang seperti ini bisa membuat mereka mengetahui perasaan satu sama lain.

Jeno dan Jaemin telah selesai dengan mandinnya, mereka mandi sendiri sendiri tenang saja. Itu karena Jaemin yang meminta, Jeno tak akan memaksa. Kini keduanya tengah berada di ruang tamu bersantai menonton televisi. Dengan Jeno yang tiduran di paha Jaemin, Jaemin yang memakai hotpants dan bersandar di sofa itu.

" Kamu mau makan apa, malem ini? "

Jeno berfikir sebentar. " Makan diluar aja yuk? " ajak Jeno.

" Apa? "

Mother - Nomin | END. [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang