29.

8.7K 742 56
                                    


Jaemin menghela nafasnya, hari ini hari yang sangat melelahkan. Ia baru saja memandikan Chenle dan sekarang ia beristirahat, Jeno sudah kuliah. Kini ia tengah menjaga Chenle yang sedang bermain dihadapannya itu, ia memejamkan matanya sebentar. Setelahnya ia mengingat jika Chenle belum makan.

Jaemin pun bangkit lagi dan berjalan menuju dapurnya, ia memanaskan sup yang sudah ia buat kemaren. Sup yang berisikan beberapa potongan sayuran itu tak lama mendidih, ia pun langsung mengambil mangkuk kecil dan menuangkan sup itu. Jaemin pun berjalan menuju Chenle seraya membawa mangkuk itu.

Tanpa Jaemin sadari selama ia jalan, ada beberapa lego mainan Chenle yang berserakan disana. Jaemin yang tak fokus itu langsung menginjak salah satu lego disana dan kakinya terasa seperti disengat. Jaemin yang kaget itu langsung saja jatuh beserta mangkuk itu berserakan, kejatuhan itu sangat terkena perutnya.

" Akh! baby . . baby . . "

Pandangan Jaemin mulai buram, ia bisa merasakan ada air yang mengalir di pangkal pahanya. Ia tak kuat lagi, perutnya sangat sakit, di pandangan yang buran itu Jaemin dapat melihat Chenle yang merangkak mendekat. Jaemin mulai menutup matanya. 

                                ---

Jeno baru saja selesai dengan kelasnya, pikirannya sedari tadi pening. Ia baru saja mendapatkan banyak tugas, ia sangat pusing dan ingin keluar dari kuliah sekarang juga. Tapi tak mungkin karena sebentar lagi ia akan lulus. Jeno yang sudah cepat cepat ingin pulang untuk langsung menidurkan dirinya, Jeno melihat jam digital yang berada diatas gerbang kampusnya. Jam 4 sore.

Ia memang memiliki kelas siang dan pulang sore hari. Jeno yang sudah siap itu langsung melajukan motornya dan pulang kerumahnya.

Saat sampai di halaman rumahnya, ia bisa mendengar dengan jelas Chenle yang menangis. Bukankah Jaemin ada dirumah? Jeno pun memperbesarkan langkah dan membuka pintu itu. Nafas Jeno tersekat melihat Chenle yang berada didepan Jaemin yang pingsan.

" Sayang! " teriak Jeno, Chenle yang melihat Jeno pun semakin menangis kencang.

Mata Jeno sudah memerah, celana yang digunakan Jaemin sudah memerah darah itu. Jeno juga bisa melihat jika sup itu tumpah disana dan ada lego juga dikaki Jaemin. Amarah Jeno memuncak melihat Chenle disana. Tanpa babibu Jeno langsung menggendong Jaemin dan berjalan menuju mobil.

" Jeno? " Jeno melihat orang yang memanggil dirinya. Mark dengan Haechan. Sepertinya keduanya ingin menjemput Chenle.

Tangan Haechan ada sebuah perban, Mark kaget melihat Jaemin yang sudah penuh dengan darah. " Astaga Jaemin, ayo papa antar nak. " ujar Mark.

Jeno yang tak bisa berfikir jernih itu langsung saja memasukkan Jaemin kedalam mobil Mark, sedangkan Haechan ia mengambil Chenle didalam. Ia sama terkejutnya ada sebuah darah disana.

Sesampainya dirumah sakit, Jeno langsung berteriak memanggil dokter dan membawa Jaemin kedalam ruangan. Jeno masih sangat marah sekarang, sangat marah. Bocah kecil itu selalu merepotkan Jaemin, terlebih orang tuanya yang menitipkan anaknya kepada Jaemin yang sedang hamil. Jaemin pasti lelah mengurusi Chenle.

Bugh!

Jeno meninju rahang Mark, Mark yang tak siap itu langsung terhuyung. Jeno menarik kerah Mark dan menatap ayahnya itu. Wajah Jeno memerah dan mata anak itu berair.

" Gara gara lo Jaemin harus masuk kedalam rumah sakit. Gara gara anak lo anjing! anak lo dan lo lo semua bikin Jaemin kaya gini. Lo ga mikir apa Jaemin lagi hamil dan lo suruh dia jagain anak haram lo itu? lo mikir ga sih anjing?! " teriak Jeno dihadapan Mark.

" Jangan kurang ajar kamu, aku ayahmu. "

Jeno memukul Mark lagi. " Gue ga peduli kalau lo ayah gue, gue ga peduli. Gue ga butuh ayah tukang selingkuh kaya lo dan lo ngehasilin anak haram! "

Mark mengerang kembali saat Jeno memukulnya lagi. " Sampai anak gue sama Jaemin kenapa napa, gue buat lo gabisa lihat dunia anjing! "

" Jeno . . udah . . " Haechan menengahi Jeno saat hendak ingin memukul suaminya lagi. Haechan juga menjaga mental sang anak agar tak takut.

Jeno melepas tangannya dan Mark langsung duduk disana. Jeno kini beralih menatap Haechan dan Chenle secara bersamaan. Ia menunjuk Haechan.

" Lo! lo bikin keluarga gua rusak bangsat! pelakor lonte gajelas kaya lo mending mati bareng anak haram lo itu! "

Haechan menggeleng ribut. " Pergi kalian semua. "

Mark bangkit dan ingin berujar kembali, namun pekikan Jeno membuatnya sendu.

" Pergi sebelum gue bikin umur kalian pendek. " ujar Jeno yang membelakangi mereka. Hatinya sangat hancur, pikirannya kacau, ia khawatir dan juga kesal.

Mark pun menghela nafasnya, ia dan Haechan langsung pergi darisana. Haechan sempat menolak namun langsung dipaksa oleh Mark. Jeno pun duduk disana dan memandang ruangan yang ada Jaemin didalamnya. Jeno bangkit kembali saat dokter disana keluar.

" Bagaimana? " tanya Jeno buru buru.

Dokter yang memiliki nametag Kim itu langsung menepuk pundak Jeno. " Saya tidak tau harus mengungkapkannya bagaimana. "

Hati Jeno sudah berhenti sebentar sekarang, dunianya yang berputar itu langsung berhenti.

Dokter kim menghela nafasnya. " Saya memiliki kabar buruk. Sebelumnya maafkan saya jika saya bertindak dahulu sebelum mengatakannya, karena ini menyangkut nyawa. "

" Tuan Jaemin sekarang koma dan kami tidak tau kapan ia akan sadar. Sedangkan bayinya, berhasil saya keluarkan. Jika tidak segera dikeluarkan, keduanya akan tidak selamat. Bayi anda laki laki dan terlahir premature, beratnya cukup berat dan dia tampan. Sedangkan ibunya, ia harus melewati masa masa koma-nya. Bayi kalian sempurna, tidak ada kecacatan sama sekali. "

" Tuan Jaemin akan saya pindahkan kekamar biasa setelah alat sudah terpasang semuanya. "

                                 ---

Jeno kini tengah memandang Jaemin yang tertidur dengan tenang disana. Mata Jeno berair dan ia mulai menangis tanpa isakan disana, ini sudah hari ketiga ia tak melihat Jaemin membuka matanya. Jeno memukul angin, ia sangat merasa bersalah dengan Jaemin. Seharusnya ia selalu berada dirumah agar ia dapat membantu Jaemin.

" Maaf. Maaf sayang. "

Perut Jaemin yang awalnya besar itu kini sudah kembali datar, anaknya sudah keluar dengan selamat. Harusnya ia dan Jaemin bahagia sekarang, namun Jaemin tak mau membuka matanya. Jeno duduk di kursi sana dan mengambil tangan Jaemin, ia kecupi tangan itu dengan perlahan dan tersenyum tipis.

" Sayang . . anak kita . . sudah lahir. Dia ganteng banget, kaya aku dan matanya cantik kaya kamu. Sayang . . kamu . . gamau bangun? hey, katanya kamu mau coba semua bajunya ke anak kita? gimana? anak kita udah lahir dan laki laki. Kamu banyak beli baju laki laki kan? "

Hening. Hanya ada suara alat disana.

" Aku kangen kamu, sayang. Kita sudah berjanji untuk merawatnya bersama. Aku akan menjagamu, aku berjanji. Aku belum memberinya nama, aku menunggumu untuk memikirkan nama anak kita. "

Jeno mengecup punggung tangan Jaemin, ia beri usapan disana. " Sayang . . aku bakal terus nungguin kamu disini. Disini sampai kita bisa hidup bahagia bersama. Dengan keluarga kecil kita, aku, kamu dan anak kita. "

" Maaf, aku mukul papa demi kamu. "

Jeno tersenyum melihat itu, keheningan dengan Jaemin adalah hal yang tak menyenangkan. Jeno pun bangkit dan mengecup kening Jaemin. " Aku izin pergi ke ruangan dimana anak kita berada. "

Jeno pun pergi dari sana dan berjalan kearah ruangan yang ada beberapa bayi disana. Umur bayi itu sama dengan umur anaknya, hanya berbeda jam dan hari. Jeno memandang kotak yang tanpa nama itu disana, itu anaknya. Anaknya menutup matanya seperti ibunya. Anak itu sudah menangis namun masih enggan untuk membuka matanya.

Jeno tersenyum tipis melihat itu, ia senang anaknya sudah dapat melihat dunia. Namun Jeno juga sedih jika Jaemin harus melewati masa masa yang berat. Jeno tak ingin berada di posisi ini, memang harusnya sedari awal ia harus selalu menemani Jaemin.

Mother - Nomin | END. [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang